14. Setitik Rasa Bersalah

1377 Words
Matahari pagi yang menyinari bumi di pagi ini, lantas tak membuat suasana hati Aruna ikutan cerah. Malah mungkin sedikit mendung. Tadi malam Rakandaru terus menghubunginya, namun Aruna sengaja mengabaikannya. Karna dia sudah bisa menebak alasan apa yang membuat calon suaminya begitu bernafsu untuk menghubunginya. Pasti dia ingin menyalahkannya karna telah bertindak nekat pada Bianca. Mengingat wajah terluka Bianca kemarin, tanpa sadar mencipta sedikit rasa tak nyaman dihatinya. Dia memang berniat untuk memberikan gertakan pada Rakandaru, namun tetap saja rasa bersalah pada Bianca ada. Kalau bukan karna Agatha, mungkin kemarin dia tak akan berbuat setega itu pada Bianca. Agatha lah yang terus mendesaknya untuk melakukan gencatan senjata pada Rakandaru dan Bianca. Diam-diam selama ini, sahabatnya itu terus mengawasi Rakandaru dan Bianca yang masih menjalin hubungan. Padahal Rakandaru akan menikah dengannya. Oleh karena itu, Agatha pun memaksa dirinya untuk menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Rakandaru. Dan dia pun menceritakan kejadian pada malam itu. Lagi pula dirinya juga merasa lelah karna terus-terusan mengalah, selalu memberikan waktu untuk Rakandaru. Namun sayangnya hanya dijadikan sebagai lelucon oleh lelaki itu. "Run, kenapa diam terus sih?" Aruna tersentak kala Camellya tiba-tiba menyenggol lengannya "Eh, iya. Kenapa Mel?" Decakan pelan keluar dari mulut Camellya. Jadi sejak tadi dia hanya bicara sendiri ya, karna ternyata Aruna malah sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri. "Gue masih gak nyangka kalau Lo memutuskan untuk menikah secepat ini Run? Bukannya Gue gimana-gimana ya. Hanya saja, apa Lo gak merasa takut atau trauma dengan kejadian di masa lalu?" ujar Camellya yang tengah mengutarakan isi hatinya Nanti malam akan diadakan pengajian di rumah Aruna, dan Camellya yang tidak memiliki kegiatan pun datang terlebih dahulu. Sedangkan sahabatnya yang lain mungkin akan datang menyusul. "Sebenarnya, aku juga bingung Mel. Kadang ada perasaan bimbang yang tiba-tiba muncul" balasnya lirih "Lah, gimana sih Run? Kalau Lo gak cukup merasa yakin, seharusnya Lo gak menerima lamaran Kak Daru. Setidaknya kalian mencoba pendekatan atau pacaran dulu saja" Camellya tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Menurutnya pernikahan adalah hal yang sangat penting, bukan sesuatu yang bisa di anggap remeh atau coba-coba. Jika sejak awal sudah merasa tidak yakin, lalu bagaimana dengan nanti yang terjadi selanjutnya. Takutnya nanti pas ada masalah datang didalam rumah tangga, Aruna akan gegabah dalam mengambil keputusan. Tidak memilik pendirian yang cukup kuat. "Pacaran terlalu lama kan biasanya gak menjamin langgeng sampai pernikahan juga Mel. Ya mumpung ada yang berniat serius, mending aku terima sekarang lah" ujar Aruna dengan santai, Ah, seandainya saja Camellya tahu cerita yang sebenarnya. Mungkin sahabatnya ini tidak akan terlalu meribetkan diri untuk terus mempertanyakan tentang keputusannya menikah cepat. Bukan hanya sahabatnya saja, bahkan seluruh keluarganya juga terus mempertanyakan keyakinannya ini. Dan seketika dirinya berubah menjadi si pengarang cerita, membuat cerita seolah dirinya benar-benar yakin dengan pernikahan mendadak ini. "Entah kenapa, omongan Lo berhasil menyentil hati Gue Run" ucap Camellya dengan raut melas, "Sebenarnya Gue juga gak yakin, sampai kapan hubungan yang Gue jalani akan kuat bertahan" lanjutnya "Maaf ya Mel, aku gak bermaksud bicara seperti itu" sesal Aruna Aruna tak bermaksud menyindir atau pun melukai perasaan sahabatnya ini. Pasalnya saat ini Camellya sedang menjalin hubungan back streat dengan kekasihnya, dikarenakan orang tua Camellya tak merestui. Disaat Camellya bisa mendapatkan cinta dan kesetian dari kekasihnya, namun tak mendapat restu dari orang tua. Maka sebaliknya dengan dirinya yang memiliki restu, namun tak mendapatkan cinta bahkan kesetian. "Woy, serius amat sih" teriak Devan yang tiba-tiba muncul mengagetkan mereka berdua Untuk kesekian kalinya Aruna tersentak keget karna terlalu sibuk dengan pikirannya. "Lo tuh Dev, dari dulu kenapa gak berubah-berubah sih" sentak Camellya sembari menggeplak lengan Devan, sungguh dia amat kesal dengan sepupu Aruna ini "Wah, sepertinya Lo perlu periksa kesehatan mata deh Mel. Gue curiga kalau Lo punya penyakit mata" ucap Devan sok dramatis "Sialan. Bukannya minta maaf, malah mendoakan yang tidak-tidak" sungut Camellya dengan perasaan kesal Devan sejak dulu tidak pernah berubah, mantan dari Agatha ini masih sering bertingkah jahil. Padahal sekarang Agatha telah berubah menjadi gadis yang dewasa dan juga mandiri, sifat manjanya telah hilang sejak hubungannya kandas berasama Devan. "Kamu gak kerja Dev, kenapa malah kesini?" tanya Aruna, mencoba mengalihkan perdebatan antara Devan dan Camellya “Gue ambil cuti, sepupu Gue kan sebentar lagi mau nikah” jawabnya sembari melirik Aruna jahil “Lo ngapain ambil cuti segala sih Dev, Aruna nikahnya kan bukan hari ini juga” ujar Camellya yang merasa gemas dengan tingkah Devan “Yang cocoknya ambil cuti itu calon suaminya Aruna alias Kak Daru. Lagi pula kehadiran Lo juga sebenarnya gak terlalu dibutuhkan banget disini” lanjutnya sembari tertawa cekikikan “Heh, Mel-mel. Gue sama Aruna itu udah kayak kembar siam, jadi Gue mesti selalu ada untuk menemani Aruna yang saat ini pasti lagi sibuk nenangin jantung yang sedang jedag-jedug mikirin pernikahannya” ujar Devan sembari merangkul Aruna dengan tersenyum lebar “Halah, itu mah alasan Lo aja kali Dev. Untung Lo udah putus sama Agatha. Gak kebayang gimana kalau kalian nikah nanti, pasti sahabat Gue itu sering marah-marah karna suaminya yang pemalas” sahut Camellya “Gak papa pemalas, yang penting kan otaknya cerdas. Hidup tuh dibuat santai Mel, jangan mikirin kerjaan mulu” Untung saja, Devan ini memiliki otak yang oke. Jadi meskipun tingkahnya tengil dan seenaknya sendiri. Setidaknya pekerjaannya selalu lancar. "Btw, kenapa kalian cuma berdua saja. Yang lainnya kemana?" tanya Devan sembari kepalanya celingukan, entah sedang mencari apa "Halah, bilang saja kalau Lo mau cari Agatha" ejek Camellya "Eh, siapa bilang. Orang Gue mau cari Ziezie kok" sanggahnya dengan santai "Gue mau tanya sama Ziezie, kira-kira kakaknya itu pake pelet apa sampai bisa meyakinkan Aruna untuk mau menikah dengannya" tambahnya dengan wajah tanpa dosa Tanpa aba-aba, seketika Devan kembali mendapatkan keplakan tangan dipunggungnya. Sampai membuatnya mendesis perih. "Wah, sekali lagi Lo keplak anggota tubuh Gue. Gue akan menuntut Lo atas tindakan KDP Mel" "KDP apa'an?" sahut Aruna penasaran "KDP, kekerasan dalam pertemanan" jawabnya dengn tegas Sepertinya Devan lupa dengan status Camellya yang menyandang sarjana hukum. Bisa-bisanya dia ingin menuntut Camellya. "Tapi bener juga Lo Dev, Gue juga mau tanya peletnya dapat dari mana. Siapa tahu orang tua gue bisa dipelet, terus merestui hubungan Gue sama ayang beb deh" Aruna yang mendengarnya pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Istigfar teman-teman. Apa yang kalian bahas itu adalah perbuatan musyrik" ujar Aruna sebelum berlalu pergi meninggalkan Devan dan Camellya Saat ini dia suduh cukup gila dengan semua masalah yang datang menghampiri, dan berada di antara Devan dan Camellya akan semakin beresiko untuk menambah kegilaannya. Aruna yang ingin menaiki tangga, seketika mengurungkan niatnya kala melihat sang Mama yang berada tak jauh dari tempatnya berada sekarang. Kakinya segera berjalan menghampiri Aira yang terlihat sedang mengobrol dengan seseorang yang dia kenal sebagai salah satu karyawan di toko Khaira Bakery. "Hallo calon pengantin?" sapa karyawan Aira kala Aruna mendekat "Hai juga mas Agung, apa kabar?" tanya Aruna dengan ramah "Alhamdulillah baik. Mas masih gak nyangka kalau sebentar lagi si manja ini mau menikah" canda Agung yang dibalas tawa kecil oleh Aruna dan Aira Aruna memang cukup dekat dengan karyawan Mamanya, dia sudah menganggap mereka seperti kakanya sendiri. Maka tak jarang mereka saling melempar candaan. "Doakan semoga semuanya lancar ya mas" "Pasti dong Run. Ya sudah kalau gitu mas Agung pamit dulu ya, mau balik ke Toko lagi. Mbak Aira, aku balik dulu ya" setelah berpamitan dengan Aira dan Aruna, Agung pun berlalu pergi Tak lama setelah itu, Aruna tiba-tiba memeluk Aira dari arah samping. Kepalanya ia sandarkan dipundak Aira. "Mama" panggilnya dengan suara pelan Aira yang tiba-tiba mendapat perlakuan manja dari sang putri, tangannya dengan lembut mengelus rambut panjang Aruna yang tengah tergerai itu. "Ada apa sayang?" tanya Aira ketika melihat sorot berbeda dikedua mata putrinya "Aruna kangen Ma" ungkap Aruna yang seketika mencipta senyuman dibibir Aira, Aira selalu merasa bahwa waktu begitu berlalu dengan cepat. Masih jelas di ingatannya kala Aruna memohon untuk membuatnya tetap bertahan. Dan sekarang, putrinya yang manja ini akan melangsungkan pernikahan. Sebuah fase dimana kita akan dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi, dalam hal pikiran maupun sikap. "Mama selalu ada disini untuk kamu sayang" ucap Aira yang seolah bisa membaca isi hati dari putrinya itu Sedangkan Aruna masih diam membisu, namun didalam hati tengah menggumamkan rasa frustasinya. "Seandainya Mama tahu yang sebenarnya terjadi, apa Mama akan memaafkan Aruna? Dan andai saja Aruna bisa menceritakan semuanya Ma, mungkin Aruna tak akan merasa takut.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD