15. Pernikahan

1124 Words
Seperti kebanyakan calon pengantin pada umumnya, Aruna pun sama. Dia juga merasa gugup, takut dan juga ada secercah rasa bahagia yang menelusup hatinya. Hari ini akhirnya tiba, hari dimana status lajangnya akan berubah menjadi seorang istri. Tentunya menjadi istri dari seorang Rakandaru. Seorang lelaki yang sudah dia kenal sejak kecil, yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri. "Calon pengantin, jangan gugup ya" bisik Reziena tepat di samping telinganya Aruna membalasnya dengan senyuman tipis. Sejak 1 jam yang lalu, dia sudah cantik dengan riasan khas pengantin jawa. Memakai baju kebaya berwarna putih untuk akad nikahnya nanti. "Kakak mu pasti datang kan Zie?" tanya Aruna yang entah kenapa masih kepikiran soal kehadiran Rakandaru, Dia takut jika Rakandaru kabur atau tak datang ke acara pernikahan mereka nanti. Pasalnya lelaki itu jelas sangat terpaksa untuk menikahinya, dan ditambah beberapa hari yang lalu dirinya sudah membuat Rakandaru murka. "Tenang saja Run, dia pasti datang kok. Ini barusan Mami WA, katanya rombongan akan tiba setengah jam lagi" jelas Reziena yang langsung mencipta helaan napas lega dari Aruna Tadi pagi sekali, Reziena memang sudah datang ke rumahnya terlebih dahulu. Sahabatnya ini lebih memilih menemaninya ketimbang menemani kakak kandungnya sendiri. Agatha, Ardilla, dan Camellya juga sudah datang, kini bersamanya didalam kamar. Demi membuat Aruna merasa lebih nyaman dan melupakan rasa gugupnya. Para sahabatnya mengajaknya bercanda dan juga berfoto, bahkan membuat video pendek bersama. "Kira-kira kalau Aruna sama Kak Daru punya anak, nanti anaknya mirip siapa ya?" celetuk Ardilla dengan wajah seolah sedang berpikir "Yang jelas mirip Aruna sama Kak Daru lah, masa mau mirip Lo sih Dil" balas Reziena dengan senyum pongahnya, yang lainnya pun ikut tertawa. "Pasti nanti anaknya kembar deh" tambah Camellya "Eh, iya benar juga, di keluarga Lo kan punya keturunan anak kembar ya Run" Aruna tersenyum menanggapi obrolan para sahabatnya, rasanya terlalu dini untuk membahas tentang masalah anak. Apalagi dengan keadaannya dan Rakandaru yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. "Kembar atau tidak, yang penting dikasih sama Allah. Begitu juga dengan cewek atau cowok, semua sama saja. Tergantung cara kita mensyukurinya" ujar Aruna lembut Setelah itu mereka lanjut mengobrol, sampai tak terasa akad nikah akan segera di mulai. Aruna perlahan dituntun oleh Reziena dan Agatha menuju halaman samping yang dijadikan tempat untuk akad nikah. Dibelakangnya ada Ardilla dan Camellya yang setia mengikuti. Semenjak langkah Aruna mulai mendekati halaman, Rakandaru yang semula sedang menunduk kini terpaku menatap sang calon istri. Ada desiran aneh kala matanya tak sengaja bersibobok dengan milik Aruna. Namun secepat mungkin dia tersadar, bayangan Bianca yang menangis dipelukannya telah memenuhi otaknya saat ini. Kemarin dia nekat menemui Bianca di Toko bunga milik kekasihnya itu, namun dia tak menemukan Bianca disana. Malahan dia mendapat sebuah surat yang dititipkan pada Dwi si pegawai Toko. Dwi bilang jika Bianca pergi ke rumah neneknya, dan sebelum pergi menitipkan surat untuknya. Isi surat itu benar-benar memupus harapannya. Bianca memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka dan memintannya untuk tak lagi datang menemui. Pada akhirnya Bianca menyerah, kekasihnya itu tak ingin dia perjuangkan kembali. "Rakandaru" panggil Fakri yang mana membuat dia tersentak dari lamunan, Terlalu larut dalam pikiran, dia sampai tak menyadari jika disampingnya sudah ada Aruna yang duduk dengan anggunnya. "Saudara Rakandaru, apakah sudah siap untuk melakukan akad?" tanya petugas KUA Rakandaru pun membalasnya dengan anggukkan pelan. Perlahan Arga mulai mengangsurkan tangannya untuk kemudian dijabat oleh Rakandaru. Hari ini Arga akan menikahkan putrinya, mempercayakan sang putri pada Rakandaru. "Bismillaahirrohmaanirrohiim, saya nikahkan dan kawinkan saudara Rakandaru Wiratmaja bin Bapak Fakri Wiratmaja dengan putri saya Aruna Putri Argantara Binti Argantara, dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai" ujar Arga dengan tegas "Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Putri Argantara binti Bapak Argantara dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap Rakandaru dengan tegas dan suara lantang Kemudian sahutan kata sah menjadi pertanda bahwa kedua pengantin telah sah menjadi sepasang suami istri menurut agama dan hukum. Suatu ikatan yang tidak bisa Rakandaru permainkan semaunya. Lantunan Do'a tanpa sadar menggetarkan hati Aruna. Semua orang terlihat bersuka cita atas pernikahannya, begitupun dengan dirinya yang tersenyum penuh haru. Sedangkan Rakandaru masih setia dengan wajah datarnya, hanya sesekali tersenyum tipis. Setelah bertukar cincin dan menandatangani surat nikah. Aruna dibuat gugup kala dirinya diharuskan mencium tangan sang suami, dan dilanjut dengan balasan ciuman dikening oleh Rakndaru. Tiba saat dimana keduanya sungkem pada orang tua masing-masing, Aruna tak bisa menahan laju air mata kala dirinya berhadap pada sang Papa. Arga nampak memeluk erat tubuh sang putri, putri manja yang sekarang sudah berstatus sebagai istri orang. "Jangan menangis kesayangannya Papa, kamu harus bahagia sayang. Papa sangat mencintaimu" ucap Arga dengan suara pelan, kedua matanya tampak berkaca-kaca semenjak dirinya menjabat tangan Rakandaru tadi. "Aruna sayang Papa. Maaf kalau Aruna masih sering bandel dan buat Papa kesal. Makasih untuk kasih sayang dan semua yang sudah Papa berikan untuk Aruna ya Pah" lirihnya dengan suara bergetar Saat didepan sang Mama, perasaannya semakin bergejolak tak menentu. Kembali teringat kala dirinya diliputi rasa takut karna kehilangan sang Mama. "Mah" isaknya terdengar pelan Aira dengan lembut mengusap punggung bergetar sang putri. Sesekali dirinya menghapus air mata yang merembes di kedua matanya sendiri. "Sayang, mama sangat bahagia karna bisa melihat putri mama yang cantik ini menikah. Jadi jangan nangis, nanti make up nya luntur" sebisa mungkin Aira menekan keinginan untuk ikut menangis bersama sang putri, "Maafin Aruna ya Mah, Aruna sayang mama" ungkapnya "Mama juga sangat menyayangimu nak. Semoga pernikahan kalian berdua diridho'i oleh Allah, semoga kalian selalu bahagia" ujar Aira dengan suara bergetar menahan tangis Kemudian setelah sesi penuh haru, kini saatnya sesi foto bersama. Dilanjut menyalami satu persatu tamu undangan. Tamu yang hadir memang lebih sedikit dibanding resepsi nanti, karna kedua belah pihak memang sengaja mengundang keluarga kerabat dan orang-orang terdekat saja. "Akhirnya, kawin juga" seru Ardilla dengan jahil "Nanti malam, jangan lupa live streaming ya Run. Anggap saja sedang berbagi ilmu" celetuk Camellya tak kalah fulgarnya Mereka sama sekali tak mengindahkan wajah Aruna yang saat ini sedang memerah karna menahan malu. Emang dasar jahil sahabatnya ini, padahal disampingnya masih ada Rakandaru. "Selamat ya kakak ipar, semoga kalian berdua selalu dilimpahi kebahagiaan. Keponakan kembarnya ditunggu secepatnya ya" ucap Reziena sembari memeluk tubuh sang sahabat yang sekaligus menyandang gelar sebagai kakak iparnya Karna sejak dulu dia selalu berharap Aruna akan menjadi kakak iparnya, dan akhirnya Allah mengabulkan keinginannya itu. "Sekarang Lo sudah menjadi istrinya, Run. Mulai sekarang Lo harus memperjuangkan kebahagiaan Lo sendiri. Jangan menjadi lemah sampai dia memiliki kesempatan untuk menyakiti lagi" bisikan Agatha membuat Aruna refleks menolehkan kepalanya kesamping, dimana Rakandaru berada. Dia sangat tahu jika suaminya itu tak merasa bahagia sedikitpun dengan pernikahan ini. Namun sejak Rakandaru memilikinya dengan ikatan sah, sejak itu pula dia menetapkan hatinya untuk berjuang. Dia akan membuat Rakandaru mencintainya melebihi rasa cintanya kepada Bianca. "Semoga cepat dikasih momongan ya Aruna sayang" ujar Agatha dengan senyuman lebar, yang dibalas Aamiin oleh yang lainnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD