Kedatangan Anne dan Willy disambut tatapan penuh cinta dari Clark. Dia melemparkan beberapa lirikan mata menggoda pada Anne saat Willy tidak melihat ke arahnya.
"Kalian pasti lelah. Istirahatlah." Ucapan Clark yang dalam dan penuh maksud membuat bulu Anne merinding sampai ke bulu paling dalam.
'Bulu-bulu tolong jangan merinding...' perintah Anne dalam hati.
Anne mulai mengasihani dirinya yang bersikap absurb karena berada di antara dua pria yang sial*n panas plus tampan.
'Lama-lama jiwa perawanku memberontak minta dilepaskan. '
Bagaimana Anne tidak berdebar hebat, ia merasakan tatapan tidak normal dari Clark yang sedari awal memang tidak normal. Namun kali ini tatapan Clark begitu terbaca jelas. Membuatnya gatal ingin menyerang Clark dan juga Willy. Lalu menjadi sandwich bertiga.
'Ya ampun... apa yang sudah aku pikirkan?! Mengapa otakku bisa memikirkan threesome. Astaga.'
Willy hanya menjawab ucapan Clark dengan gumanan. Sedangkan Anne mengangguk. Apalagi melihat senyum lebar Clark, Anne harus menguatkan hatinya agar tidak menyerang Clark.
****
Pada malam hari, Clark mengendap-endap ke kamar Anne untuk menjalankan rencananya. Tentu saja dia harus memastikan William tidur lebih dahulu agar tidak ketahuan.
Dengan langkah jinjit, Clark menuju kamar Anne. Berniat meminta bantuan dari gadis Helle yang terkenal kesempurnaannya. Dia yakin gadis selicik rubah itu akan mampu berakting dengan sempurna di depan ibunya. Apalagi ia pernah mendengar jika reputasi dari Anne dari keluarga Helle sangat bagus.
Tok.
Tok.
Tok.
"Anne, " panggil Clark. Dia melihat ke belakang karena takut William juga terbangun karena mendengar dirinya memanggil Anne.
"Anne---" Clark tidak jadi melanjutkan panggilannya dan langsung membuka pintu kamar.
Ceklek.
'Ternyata kamar tidak dikunci, " guman Clark. Dia pun merangsek masuk ke kamar Anne seperti pencuri. Akan tetapi, yang ia dapatkan adalah kamar kosong.
"Eh, kemana dia berada... Mengapa Anne tidak berada di kamar? " guman Clark.
Ceklek.
Suara pintu kamar mandi terbuka mengejutkan Clark yang dengan refleks membungkam mulut Anne agar tidak berteriak.
"Akh! Hmmpt..." jerit Anne saat Clark membungkam mulutnya.
"Sssttth ini aku. "
Anne menoleh ke belakang dan mendesah lega saat tahu jika orang yang membungkamnya adalah Clark. Tadi dia sangat panik saat membayangkan jika ada penjahat yang masuk apartemen ini.
Clark pun melepaskan dekapannya.
"Apa yang kau lakukan di kamarku Clark? " tanya Anne yang sehabis mandi menyilangkan tangannya di depan Clark. Jelas terlihat jika Anne tidak keberatan jika Clark melihat tubuhnya yang hanya terbalut handuk sebatas d**a dan paha. Tentu saja fakta jika Clark adalah gay berada di balik sikap Anne yang acuh tak acuh.
Clark tampak bingung mengutarakan niatnya. Sejujurnya fokusnya hilang saat melihat gadis basah di depannya. Jadi ia harus menarik nafas panjang untuk menstabilkan otaknya agar fokus.
'Fokus Clark, ayo fokus,' batin Clark.
"Anne, sebelum aku mengatakan sesuatu--aku ingin kau tau jika aku sudah sangat putus asa hingga harus mendatangimu. "
Alis Anne terangkat. Matanya penuh antisipasi menatap Clark.
"Aku butuh bantuanmu. Dengar, ibuku tadi siang datang dan kehadirannya memberi efek tornado padaku, " jelas Clark. "Dia ingin aku menikah atau memiliki anak. Jelas aku dan Willy tidak mungkin menghasilkan bayi kecuali salah satu diantara kami mau dibedah untuk menerima donor rahim. "
Anne mengangguk -angguk. Sebenarnya dia tidak begitu mendengarkan penjelasan Clark dan masalah yang menimpa pria malang itu. Itu karena matanya yang memiliki bakat mendeteksi pria tampan, sedang terpesona dengan gerak gerik Clark yang berbau jantan dan macho. Setiap kali Clark bergerak, otot bisepnya tegang dan menggembung membentuk lekukan seksi di tubuhnya. Anne harus mengigit bibirnya karena keseksian Clark yang memiliki garis V yang seksi.
"Apa kau mendengarku! " teriak Clark yang mencengkeram erat bahu Anne. Dia putus asa karena Anne seolah tidak mendengarkannya.
Cengkraman Clark menyadarkan Anne dari lamunannya. Dia buru-buru bersikap seperti gadis bijak sesuai dengan reputasinya selama ini.
"Oh, ehem. Baiklah, apa yang kau inginkan? " tanya Anne buru-buru untuk menutupi kegugupannya. Dia jelas tidak ingin Clark menyadari jika dirinya terpesona dan memiliki imajinasi liar di otaknya.
'Otot nakal. Menghilanglah dari otakku.'
"Temui ibuku, besok. Jadilah kekasih palsuku. "
"Eh? Ma-maksudmu?" Tanya Anne gagap.
Mata emerald Anne membola. Dia memerlukan waktu mencerna semua ini. Bayangan liar mulai berseliweran di otaknya. Padahal saat ini dia masih belum sadar dari pesona Willy tadi siang. Sekarang dia ditawari oleh Clark. Anne merasa Tuhan pasti sangat mencintainya sehingga memberinya kesempatan untuk mengrepe-grepe Clark.
'Yes... aku akan memiliki dua bicth. Well aku tidak keberatan. '
"Apa keuntungan bagiku?" tanya Anne. Meski dia dengan senang hati membantu mereka berdua, Anne tetap tidak bisa menolak kartu kredit yang pendanaannya ditanggung oleh keluarga Wilson. Terlebih dia sudah mendapatkan kartu kredit yang ditanggung oleh keluarga Burgen. Ini bisa meringankan hidupnya yang dalam kondisi diembargo oleh ibunya.
"Lihat ini. Kau boleh menggunakan kartu kredit ini selama kau menjadi kekasih palsuku, " tawar Clark yang mengeluarkan kartu hitam.
'Sudah kuduga.'
"Itu tidak masalah. "
Anne mengambil kartu itu seolah akan o*****e. Setidaknya, dalam masa hukuman ibunya yang marah karena dia melihat lemak di perut ibunya, Anne masih bisa memiliki baju, tas atau sepatu terbaru dari Prada, Gucci atau Louis Vuitton.
"Aku akan menjemputmu besok di kampusmu. "
"Aku tidak sabar menunggu hari esok," jawab Anne.
"Ini bearti kita sepakat." Clark mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Yang disambut Anne dengan ceria.
"Deal."
Clark kemudian keluar dan menutup pintu. Senyumnya melebar karena tahu jika masalahnya sudah beres.
Usai Clark keluar dari kamar, Anne berdiri menatap cermin. Dia mengambil sisir dan mulai berpikir tentang Willy dan Clark. Baginya tingkah mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan dulu.
"Mereka bilang jika diusir dari keluarganya. Jadi, mengapa mereka masih khawatir dengan kondisi keluarganya? " tanya Anne pada dirinya sendiri. Sejujurnya Anne merasa mereka berdua aneh.
"Oh, jangan-jangan mereka tidak tahan hidup tanpa kekayaan keluarganya, jadi mereka mati-matian berusaha kembali pada keluarga mereka, " guman Anne
Anne mengangguk. "Ya, pasti itu alasan mereka memintaku menjadi kekasih palsunya. "
Bagaimana pun mereka berdua adalah orang yang dibesarkan dengan sendok emas. Mana mungkin sanggup menghadapi kerasnya mencari uang.
Anne kemudian membuka tubuhnya dan melempar handuknya di lantai. Tidur telanjang adalah kenikmatan tersendiri baginya. Namun saat membayangkan dirinya melakukan threesome dengan Clark dan Willy, Anne merasa tubuhnya sangat malang. Seolah dia kucing lapar yang tidak bisa memakan daging di depan mata.
"Mengapa mereka harus menjadi gay? Tidak-tidak. Yang benar, mengapa orang yang menyewa apartemen ini adalah gay. "
Terpaksa Anne mengalihkan pikirannya pada dua kartu kredit yang Clark dan Willy berikan. Dia sudah tidak sabar memborong di Times Square besok bersama Lizzie.
>
Anne Pov.
Keesokan harinya, Lizzie kembali mencegatku sebelum masuk kelas. Matanya seperti anak anjing yang memohon untuk tulang. Tulang yang dimaksud di sini adalah cerita yang terjadi antara aku dan William. Aku yakin tidak hanya Lizzie, seluruh kampus pasti menginginkan gosip antara aku dan William. Memangnya siapa yang tidak ingin mendengar gosip pria bangsawan yang dikira gay.
"Kau yakin tidak akan meneteskan air liur?" Tanyaku pada Lizzie.
"Amat sangat yakin sekali. "
Aku terkekeh. Jika ibuku tahu aku sekarang menjadi pusat rasa iri gadis di kampus, dia pasti akan memelukku dengan gembira. Inilah yang ibuku inginkan dariku, yaitu memiliki reputasi wow padahal aku sangat tertekan.
Dengan mengambil nafas panjang aku mulai bercerita pada Lizzie. "Dia memiliki tubuh seksi yang seolah dipahat dengan hati-hati. Ototnya seindah wajahnya. Duduk di atas perutnya yang keras adalah candu yang memabukkan. Aku bahkan menyukai geliat seksi Willy. "
Mulut Luzzie membuka lebar, "Kau duduk di atasnya. Oh My, kau melakukan posisi Women on Top!? "
Yah, meskipun aku tidak melakukan hubungan seksual dengan William tapi tindakanku yang duduk di atas William masih dalam kategori Women on Top.
"Yah begitulah. " Aku yakin jika tak lama lagi, gosip aku dan Willy akan menyebar di kampus. Memang inilah yang kuharapkan.
Mendadak Lizzie berhenti berjalan. Matanya terbelalak melihat sosok pirang bermata coklat keemasan yang tampan. Tubuh tegap dan tinggi Clark jelas merupakan tipe ideal Lizzie, sama halnya dengan Nick. Sayangnya Clark jauh lebih berkelas, memangnya siapa yang mengalahkan darah bangsawan.
"Apa aku bermimpi, pria itu begitu tampan seperti Apollo. Siapa dia, aku tidak pernah melihat dirinya sebelumnya?" tanya Lizzie bertubi-tubi.
"My second bicth, " jawabku bangga sambil menyeringai genit pada Clark. Sial*n pria itu seperti dewa sek*.
"Apa!? Kau bercanda, Kan? "
"Sayangnya... Tidak. "
Clark berjalan mendekat ke arah Anne. Dia memelukku dan mencium pipiku layaknya kekasih. Tindakan Clatk sangat intim hingga aku yakin membuat Lizzie cemburu.
Aku berbalik pada Lizzie. "Oh, bye Lizzie. Aku harus melakukan hal menyenangkan dengan pacarku, " pamitku sambil mengedipkan salah satu bulu mataku.
"Bye Lizzie. "
Aku mencubit Clark karena menggoda Lizzie.
Anne Pov End.
Normal Pov.
Clark menarik Anne ke Porche silver yang terparkir di depan gerbang sekolah. Anne tersenyum manis pada Clark dan masuk ke mobil. Dia tidak sadar jika timbul kecemburuan pada hati Lizzie karena keberuntungannya dengan para pria.
"Mengapa Anne begitu beruntung dengan pria-pria tampan. Tck. "
"Lizzie, itu tadi Clark Wilson kan? Bangsawan itu?" Tanya gadis-gadis di kampus yang penasaran.
"Ya, seperti yang kau lihat."
Gosip pun merebak di antara para murid. Dalam sehari Anne menjadi gadis populer yang menaklukkan dua pria berdarah bangsawan. Itulah yang memang Anne inginkan. Tuntutan ibunya Megan Helle memang menginginkan putrinya sesempurna dirinya. Megan menuntut Anne menjadi gadis populer, cantik dan menjadi queen bee, seperti dirinya. Hingga tanpa sadar obsesinya membuat Anne tertekan.
"Anne sangat beruntung. "
"Aku iri sekali."
Itulah yang diutarakan mereka semua.
***
Anne dan Clark tidak langsung menuju ke mansion Wilson. Anne ingin memanjakan dirinya terlebih dahulu di outlet high brand end demi kartu kredit yang berteriak ingin dimanjakan. Jadi Anne tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memeluk tas baru atau sepatu baru. Baginya, barangnya itu adalah amunisi untuk berakting dengan Clark. Menurut dugaan Anne, Clark pasti jauh lebih agresif dari pada Willy. Untuk itu dia tidak mau rugi.
"Apa ini bagus, Clark?" tanya Anne.
Clark hanya mengangkat alis dan berkata, "Jika kau tidak memakai lingerie maka jangan tanya pendapatku.''
Inilah yang membuat Anne semakin bingung. Di dunia ini hanya mereka yang mengaku gay tapi menyukai gadis memakai lingerie.
Tbc.