Sungguh Anne tak bisa berkata-kata. Kata perjaka yang biasa di anggap sebagai sesuatu yang aneh di jaman ini--ternyata disandang dua pria hot jeledot, tampan dan memiliki ketampanan yang melanggar hukum--yang berada di apartemennya. Ini mengingatkan tentang dirinya yang masih virgin dan menyembunyikan fakta itu dari semua orang.
'Nasib mereka sama denganku. '
Akan tetapi, Anne memiliki pemikiran jika mereka berdua telah menyia-nyiakan sumber dayanya. Ya, yang dimaksud sumber daya oleh Anne adalah sesuatu yang besar, hidup, berdiri yang menekan perutnya ketika kedua pria ini meniban tubuhnya untuk drama. Seharusnya sumber daya itu dinikmati bukannya dibiarkan menganggur.
'Sungguh kejantanan yang malang,' batin Anne.
Secara tidak sadar, Anne menatap ke pangkal paha Clark. Dia diam-diam mengasihani sesuatu yang tersembunyi dari celana pria itu. Betapa malang kejantanannya karena dibaikan hak-haknya oleh sang pemilik. Sayangnya, betapa pun besar simpatinya pada junior Clark, dia tidak akan bisa membantunya. Itu sepenuhnya menjadi hak Clark.
'Haah memang benar-benar sayang sekali. Padahal perutku tadi merasakan betapa besar, panjang dan keras miliknya. '
Clark sadar jika Anne menatap ke arah selakangannya. Timbul pemikiran jahil untuk mengerjai gadis ini. Dia ingin tahu bagaimana gadis yang terkenal kesempurnaan ini, bereaksi ketika ketahuan melihat miliknya.
Kreert.
"Akh! "
Gerakan tiba-tiba Clark membuka kancing celananya mengejutkan Anne. Secara refleks dia menutup matanya dengan tangan.
"Clark, itu tidak sopan," gerutu Anne.
'Meski menutup mata tapi mengapa ada jari yang longgar. Dan mata hijaunya justru melotot ke arah celanaku. ' Clark menatap malas Anne yang malu tapi mau.
'Sudahlah...'
Brum.
Usai memarkir mobil, Clark mengajak Anne masuk. Mereka di sambut dengan sumringah oleh Samatha. Tubuh wanita itu seolah dikelilingi bunga-bunga yang bertebaran. Apalagi ketika dia melihat Anne hanya mengenakan kaos Clark dan Clark sendiri bertelanjang d**a. Hatinya semakin berbunga-bunga membayangkan putranya dan Anne melakukan hal yang iya-iya.
"Oh sayang. Senang berkenalan denganmu. Aku samantha, ibu Clark," Samantha menjabat tangan Anna dan memeluknya. Anne pun menyambut pelukan Samantha dengan senang hati. Pelukan ini adalah pelukan dolar, sebab dari tangan besi Samantha dalam menjalankan bisnis keluarga bangsawan Wilson lah kartu kredit yang Clark berikan dibayar. Yang pasti, di otak Anne hanya ada kartu kredit.
"Senang bertemu denganmu, Mrs Samantha. Aku teman Clark. "
Samantha mengibaskan tangannya bolak balik seolah tahu arti teman yang Anne ucapakan. "Ohohoho aku tau itu. Kurasa kalian lelah, jadi beristirahat di kamar Clark."
Anne memerah. Meski ini hanya akting tapi membuat orang percaya jika dirinya dan Clark habis bercinta cukup memalukan. Apalagi di depan ibu sang pria yang melototi perutnya. Anne menduga jika Samantha ingin sekali memiliki cucu darinya.
Tahu akan kegelisahan Anne, Clark mengajak gadis itu pergi. "Aku akan mengajak Anne ke kamar, Bu. Ayo Anne. "
"Okey. Permisi. "
" Tentu saja... Anggap rumah sendiri, Anne. "
Di kamar Clark. Anne merebahkan dirinya diranjang Clark. Aroma segar lavender dan buah-buahan membuatnya merasa rileks. Apalagi dia hampir melakukan hal panas dengan Clark, ranjang untuk melepaskan ketegangan adalah yang Anne butuhkan.
Akan tetapi, Anne tidak bisa menghilangkan betapa bahagia wajah Samantha tadi. Dia memang single monther yang memiliki otak jenius sehingga mampu mengendalikan perusahaan, tapi dia juga seorang ibu normal yang menginginkan anaknya tidak memiliki orientasi seksual menyimpang. "Aku merasa bersalah sudah membohongi ibumu, " lirih Anne. Matanya menatap langit-langit kamar Clark yang berbentuk kubah dengan lukisan langit.
"Jika demikian, bagaimana jika kita benar-benar melakukannya?" Goda Clark. "Aku rela melupakan Willy sejenak."
"Oh, diamlah. Itu tidak lucu Mr Gay. Atau kau benar-benar menjadi biseksual? " gerutu Anne.
Sayangnya Mr gay yang tampan itu tidak mau berhenti. "Sudah kubilang, aku tidak akan menyia-nyiakan alternatif selama aku dan Willy belum mengikrarkan diri. ''
"Aku tidak tertarik untuk menjadi yang pertama untukmu Mr Gay."
Clark menyeringai. Wajahnya semakin seksi ketika sudut bibir Clark ditarik ke atas hingga lebih tinggi dari bibir lainnya. Anne seolah mendapatkan serangan sinar ketampanan. Pria ini memang mewakili predator di alam liar. Matanya yang sewarna dengan mata singa, rahang yang tegas ditambah otot bisep yang terbentuk indah membentuk tubuhnya, merupakan daya tarik tersendiri. Dia menggiurkan dengan caranya sendiri, sangat berbeda dengan Willy yang memiliki ketampanan yang misterius.
'Tapi aku tidak tertarik dengan gay. '
"Kurasa aku tadi menemukan seorang gadis yang melototi selakanganku, " goda Clark. Ternyata Anne ketahuan dan itu membuatnya sangat malu.
"I-itu, yah. Aku...okey, aku memang tidak mungkin melewatkan hal seperti itu. Hei, apa yang kau lakukan!? "
Tubuh Clark tiba-tiba menjepit Anne diantara ranjang. Pria ini nampak serius karena nafasnya yang memburu disertai tatapan matanya yang menuntut. Anne tidak bisa berkutik di bawah tindihan pria ini.
"Aku ingin melanjutkan eksperimen di mobil yang tertunda."
"Apa---hmpt. "
Clark mencium bibir Anne. Menghisap bibir bawahnya lalu membelai lidahnya yang basah. Tidak hanya itu, tangan Clark mulai melakukan tugasnya dengan baik. Jari-jarinya membelai sesuatu yang bulat dari balik kaos yang dipakai Anne.
Anne yang berjuang melawan Clark menyerah dengan kegigihan pria yang tujuh tahun diatasnya ini. Apalagi tubuhnya mulai bereaksi secara alami karena rangsang*n yang diterima kulitnya yang sensitif.
Drrt.
Drrt.
Willy Calling....
William memanggil di waktu yang salah. Namun menyelamatkan Anne dari Mr gay yang plin plan ini. Dengan enggan Clark bangun dari tubuh Anne yang ia himpit. Membuat gadis itu mengusap dadanya penuh rasa syukur.
"Hai, Willy, " sapa Clark.
Belum sempat Clark berkata, Willy sudah mengerocos tanpa jeda.
"Kau di mana? Apa Anne bersamamu? Dia tidak bisa aku hubungi seharian ini. Seharusnya dia memberi kabar agar aku tidak terus meneleponnya. "
Clark merasa geli mendengar Willy yang cerewet karena seorang gadis. "Hei, tenanglah. Iya, dia ada di sini. "
Hening sejenak. "Baiklah. Ini membuatku tenang. Suruh Anne cepat pulang. "
"Aku tidak bisa menjanjikannya. "
Anne mengangkat satu alisnya. Itu karena dia bisa mendengar pembicaraan mereka. Cukup mencengangkan mengetahui jika William lebih tertarik mengetahui dimana ia berada dari pada menanyakan kabar Clark. Bukankah kaum gay biasanya sangat posesif dengan pasangannya. Tapi yang mereka lakukan justru seperti seorang teman.
Diam-diam Anne mencurigai sesuatu. Sayangnya sekarang belum ada bukti. Tapi yakin bukti itu akan muncul dengan sendirinya. Sikap dan tingkah mereka jelas sangat mencurigakan.
Clark menutup teleponnya dan menatap Anne.
"Willy menanyakanmu, dia cemas karena kau belum pulang, " ucap Clark dan duduk di samping Anne. Matanya kembali mengalami gadis yang baru ia serang.
Sejujurnya Anne agak tersinggung dengan sikap William yang memberi batasan padanya. Terutama dengan sikap William yang mencoba mengaturnya. "Aku tidak tau jika memiliki jam malam. Biasanya ibuku yang menetapkan aturan jam malamku. "
"Jangan tersinggung. Willy adalah orang-orang yang terpaku pada aturan dan kaku. Dia akan bermasalah jika ada sesuatu yang diluar kontrolnya. "
'Dia tidak menunjukkan hal itu saat menyiksaku dengan bulu sialan di rumahnya. '
"Bisa dibilang, Willy bukan orang yang terbiasa melanggar aturan, " lanjut Clark yang mencoba menjelaskan sifat Willy.
Lagi-lagi Anne ingin memutar matanya.
'Yang benar saja. Tidak terbiasa melanggar aturan?'
'Serius! Mereka berdua gay dan itu melanggar aturan terbesar di dunia ini dan Willy merasa insecure karena kata 'melanggar' dan 'aturan'? Go to the hell. '
Namun Anne enggan berdebat dengan Clark, bagaimanapun juga Clark dan Willy adalah pasangan.
"Aku menghargai perhatiannya Clark. Jadi bisa kita pulang ke apartemen? " tanya Anne.
Melihat semua ini, Anne ingin membuktikan sesuatu. Kecurigaan demi kecurigaan sudah membuatnya menarik sebuah kesimpulan. Kecurigaan itu diantara tatapan kedua pria itu pada d**a dan bokongnya. Lalu celana dalam mereka yang mengeras ketika melihatnya setengah telanjang. Disamping itu semua, gairah mereka ketika menciumnya bahkan tidak bisa ia tandingi.
Dengan kata lain, Anne curiga jika kedua pria ini sepertinya bukan gay atau setidaknya mereka juga tertarik dengan wanita.
"Apa kau yakin ingin pulang secepat ini? " tanya Clark.
Anne memberikan senyum menggoda. Dia menempelkan dadanya di lengan Clark---membelai d**a Clark sensual. "Aku ingin menyelesaikan tadi di apartemenku. Sungguh tidak menyenangkan aktivitas kita di mata-matai. "
'Jika kalian bukan gay maka Willy akan mati-matian menghalangi Clark. Jadi aku ingin membuka kedok kalian guys. ' Itulah rencana Anne. Sayang sekali jika dia sebenarnya terjebak dalam trik psikologis yang diciptakan oleh Willy dan Clark. Rencana mereka jauh lebih dalam dari yang Anne bayangkan.
Samantha sebenarnya ingin mengundang Anne makan. Dia ingin melihat bagaimana Megan Helle yang terkenal dengan kecantikan dan reputasi sempurna mendidik sang putri.
"Ibu, kami akan pulang. Lain kali aku akan mengajak Anne ke sini lagi?" Pamit Clark.
"Oh sayang sekali. Padahal ibu menyiapkan makan untuk kalian."
Tidak ingin mengecewakan Samantha, Anne menyarankan untuk membungkus makanan itu agar dimakan di apartemen. Samantha segera mengiyakan, dan membungkus makanan ke dalam wadah.
Saat Samantha mengantar mereka ke mobil, kembali Anne harus dihadapkan pada kejahilan Clark. Pria itu tidak berhenti melakukan skinship dengannya. Lihat saja tangannya, dia memeluk pinggangnya erat-erat. Kemudian menciumi dahinya di depan Samantha yang membuat wanita paruh baya itu semakin berbinar.
"Ini makanan kalian."
"Terima kasih, Nyonya. "
Merasa jengkel, akhirnya Anne membalas kejahilan Clark. Dia meremas b****g Clark dengan gemas. Dia bahkan tidak perduli jika milik Clark bereaksi karena remasannya. Dan mereka pun masuk mobil lalu pergi meninggalkan mansion Wilson.
Tbc