BAB 09 - Can't look the other way!

1711 Words
"Kami mau di Equinox. Bisa atur agar kami dapat tempat di sana?." Aku tak tahu dimana Equinox tapi rekan timku Niel dan Lily hampir tak bisa menutup mulut mereka sakit terkejutnya mendengar nama tempat itu. Aku tidak tahu dimana itu dan apa hebatnya hotel itu. Aku lebih suka kasurku di Apartemen, tertidur dengan nyeyak tanpa berpikir tentang kematian, itu lebih baik. Aku beralih memerhatikan Gavin yang duduk tepat di sebelah kananku, dia terlihat ragu-ragu. "Kami tidak bisa menjanjikan apapun, semua orang tahu sangat sulit untuk mengambil tempat di sana, banyak saingan dan hotel tidak membukanya untuk umum, hanya orang-orang tertentu. Terlalu sulit tanpa koneksi." Richard, klien kami yang memiliki janggut tebal, pria yang sangat tidak ku sukai, ekpresinya nampak angkuh dia memang kaya, tapi apakah harus seangkuh itu. Jika dia begitu kaya seharusnya bisa memboking sendiri tempat di Equinox. Aku melirik Gavin lagi lalu menatap Richard, berpindah-pindah menunggu reaksi di antara kedua orang itu. Jika Gavin bilang sulit maka itu memang sulit. Segalanya terlalu mudah kadang-kadang, baginya. Membuatku kesal jika dia terlalu keras kepala. Tapi kini dia berkata sulit, aku percaya itu memang sulit. "Aku akan membayar tiga kali lipat, asalkan kami bisa menikah di sana."Richard tidak menyerah, ia menawarkan harga yang lebih tinggi, spontan aku menatap Gavin, terlalu tertarik dengan tawaran itu. "Kami akan mencoba tapi kami tidak bisa menjanjikannya. Berikan kami waktu, kami akan segera mengabari anda hasilnya."Aku bisa mendengar keraguan pada Gavin, sepertinya kami akan kehilangan klien kaya raya ini. "Baiklah.. 3 hari. Atau aku akan mencari EO lain. Semuanya batal." Ancamannya membuatku mendidih, bisa-bisanya dia berkata begitu. Aku sudah mondar-mandir hotel dan menyiapkan segalanya. Keinginan untuk menarik janggutnya sangat besar. Aku ingin menjambaknya dan memelintirnya hingga dia merintih kesakitan. Istrinya terlalu muda untuknya, kupikir wanita itu menikah karena uang. Aku tidak percaya tentang ketulusan cinta antara wanita muda dan pria tua, wanita muda yang mencintai setulus hati pria yang terlalu tua untuknya. Mereka terlihat seperti ayah dan anak. Aku menahan ekspresiku untuk tidak mengerutkan kening ketika mereka saling melempar senyum mesra. Ini bukan karena aku iri tapi rasanya terlalu aneh. Aku tidak terbiasa dengan penampakan ini. Ini menggangguku. "Ana." "Eoh."spontan aku menoleh pada Gavin yang kini sedang memandangku. Keningnya mengerut seolah berkata apa yang kau pikirkan. "Kau tidak mendengar apa yang ku katakan?."pertanyaannya membuat sebelah alisku terangkat, wajahku pasti terlihat bodoh karena tidak tahu apapun. "Kau bilang apa tadi?."aku bertanya dengan suara berbisik. Memikirkan tentang kekerasan yang ingin ku lakukan pada Richard membuatku tidak mendengar apa yang Gavin katakan barusan. "Hotel yang kau rekomendasikan selain Equinox." Ahh.. aku sampai lupa. Aku memberikan jurnal beberapa foto lokasi yang sudah dicetak dan ku tempel dalam buku. Mulai menerangkan berbagai hotel bagus pada mereka, ku harap mereka mau memilih di antara hotel-hotel ini dan melupakan tentang Equinox. ** "Dia itu mau pamer dengan siapa sih?."aku tidak bisa berhenti menggerutu dan merasa kesal karena Richard berkahir dengan pikiran keras kepala nya untuk memilih Equinox sebagai pilihan yang tidak bisa diganggu gugat. Perjalanan kami kembali menuju ruang kerja dari ruang meeting dihabiskan dengan gerutuan antara aku, Niel dan Lily yang sama-sama merasa kesal. Aku tahu Gavin juga tapi pria itu selalu bersikap sok cool dengan diamnya yang membuatku merasa kasihan. Dia memang ketua tim, tapi tak bisa mengekspresikan kekesalan karena menjaga image positifnya. "Pamer menikah di Equinox itu luar biasa. Kau akan mendapatkan banyak like di i********: percayalah."ucap Niel yang membuatku terheran-heran. Aku akan mencarinya di internet setelah ini. Terlalu penasaran seperti apa hotel itu. "Juga perhatian yang tidak ada habis nya, semua orang akan membicarakannya. Nona Wren menikah di Hotel Equinox, bagaimana bisa dia dapat tempat di sana. Hotel itu terkenal sangat eksklusif dan tak sembarangan orang bisa memboking nya untuk pesta atau jamuan jika bukan orang yang benar-benar kaya raya."ucap Lily dengan suara yang dibuat-buat. Dia seperti tetanggaku, bibi Jane. Wanita tua penggosip yang suka menyebarkan segala hal, berita untuk dijadikan bahan gosip di antara wanita-wanita tua yang suka cari gara-gara. Aku ingat dia pernah bergosip di belakangku setelah aku putus dengan mantan kekasihku. Bahkan dia bergosip tentang ibuku yang memutudkan untuk tidak menikah lagi, mengjngatnya membuatku lebih kesal. Kenapa juga aku harus mengingatnya di saat seperti ini. "Aku rasa aku tidak akan menikah di sana, menghabiskan jutaan dollar. Gajiku setahun saja tidak cukup."itu memang benar bahkan mungkin gaji selama 3 tahun. Itu tidak akan cukup. Kami kembali ke tempat duduk, aku baru saja mendaratkan bokongku di kursi Brenda datang dengan terburu-buru, menghampiriku dengan ekspresi yang membuat keningku mengerut. Ada apa dengannya dan senyuman konyol itu. "Ada apa?."tanyaku. Cukup penasaran. "Ada yang mencarimu di bawah. Kekasihmu. Suaranya sangat merdu. Aku rasa dia sangat tampan."pujian Brenda membuatku menghela nafas dengan pipi mengembung. "Ana punya kekasih sejak kapan kau berkencan?."sahut Simon. "Kau benar-benar jadian dengan pria tampan itu?."Emily mulai buka suara. "ANA BERKENCAN."aku tidak tahu siapa yang berteriak tapi 10 orang yang berada di dalam ruang ini terlihat sangat antusias mendengar kabar itu. Mataku tertuju pada Niel yang menyebut nama Tristan tanpa suara. Spontan aku berdiri dan bergegas turun ke bawah. Ini akan menjadi malapetaka, kenapa dia datang kemari di jam seperti ini. Apa yang dia inginkan.. Lift berjalan begitu lama sementara aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya dan menyuruhnya untuk segera pergi. Seharusnya aku mengatakan padanya untuk di larang bertemu di sini. Ketika sampai di lobby mataku mengedar ke segala arh, mencari-cari keberadaan Tristan. Dimana dia.. Tidak ada di depan recepsionis. Aneh sekali.. "Mencariku!." Tubuhku berputar ke sumber suara dan menemukan Tristan berdiri menatapku dengan setelan kerjanya. Seperti tadi pagi ketika kamo berpisah. Tristan berjalan mendekat sementara aku mengambil satu langkah mundur. Lift berdenting di belakang, mata Tristan tertuju ke arah belakangku dan membuatku mengikuti arah pandangnya. Sialan! Ada Niel, Lily, Emily, Rena, Brenda, dan Rachel. Mereka semua sepertinya penasaran dengan percintaanku hingga mengikutiku kemari. Aku menarik Tristan untuk bersembunyi di balik salah satu pilar di lobby. Dia menurut tanpa perlawanan, baguslah! aku tidak harus menyeretnya untuk bersembunyi. Bukan hanya mereka beberapa orang yang berlalu lalang bahkan memerhatikan kami, Tristan seperti magnet yang menarik setiap perhatian orang-orang kepadanya. Ini membuatku tidak nyaman, pusat perhatian bukanlah gayaku. "Kau membuatku dalam kesulitan."gerutuku sementara dia terlihat tidak peduli. Ia merogo saku dalam jasnya dan mengeluarkan sesuatu. "Ponselku! Bagaimana bisa?."Aku mengambil ponselku dari tangannya. Lalu kembali menatapnya dengan bingung dan curiga. Aku tidak ingat melupakan ponselku sejak tadi, persiapan meeting mendadak membuatku melupakannya. "Terjatuh di mobil." "Betapa baiknya kau sampai mengatarkannya kemari, padahal sebenarnya kau bisa meminta supirmu untuk melakukannya dan membuatku aman dari pergosipan."aku menekan kata gosip agar dia tahu betapa berbahayanya posisiku sekarang. Aku mungkin tidak akan selamat dari teman-teman ku. Mereka akan bertanya banyak hal mengenai Tristan dan hubungan palsu ini. "Itu akan lebih bagus. Mereka suka mencari tahu dari teman terdekat, biarkan teman-temanmu tahu status kita."Ini masih jam 11 tapi sudah ada 3 orang yang membuatku kesal. "Ini hanya akan berlangsung beberapa bulan, kau membuatku dalam bahaya, aku tidak bisa berkencan jika seperti ini. Bukankah kesepakatan ini hanya berlaku untuk kakek dan nenekmu. Juga orang-orang nya yang suka sekali mencari tahu urusan orang lain."sekali lagi aku menekankan kata, ingin membuatnya mengerti tentang posisiku. Ini akan menjadi kerugian jika menyebar terlalu luas, pengaruh Tristan bisa saja cukup besar pada masa depanku. Umurku tidak muda lagi, aku ingin menikah tapi aku belum berkencan dengan pria baik-baik. Ketika aku menginginkannya, Tristan muncul dengan kebohongannya yang membuatku berada dalam kesulitan. Tristan tidak tersinggung kan. Tatapannya terlihat tidak menyenangkan, nyaliku menciut melihat tatapannya saat ini. Ia mengambil langkah untuk mendekatiku, aku bergerak mundur hingga bahuku membentur pilar. Ketika dia mendekat lagi aku beniat untuk berlari namun Tristan menarik pergelangan tanganku dan kembali membuatku bersandar pada pilar. Ini bukanlah hal yang romantis, perlakuannya hanya membuatku takut. Ekspresi Tristan sangat menyeramkan, seolah dia ingin menelanku hidup-hidup. Aku tidak bisa menjauh lagi, bergerak mundur berusaha menjauh hanya membuat punggung terasa sakit karena menekan pilar, aku sadar aku bukan super hero yang bisa meremukan pilar dan bergerak menjauhi musuh dengan kekuatan supra natural. Pikiranku mengacaukan segalanya. Sialan. Selalu saja bukan di waktu yang tepat. Sungguh konyol. "Kau mau membunuhku?."aku bergumam dengan suara lirih yang hanya Tristan dan indra pendengaranku yang bisa mendengarnya. Nyaliku menciut seperti gulali kapas. Tristan menjauh, mengambil sedikit jarak namun tetap tak membuatku merasa aman. "Tidak. Aku ke sini untuk memberi peringatan." Dia ke sini untuk memberikanku peringatan. Rasanya seperti dilabrak karena tertangkap basah dalam perselingkuhan. Ana kau harus fokus, bisa saja ini bahaya besar mengingat background Tristan. Dia mafia kau harus ingat itu. "Apa itu! Apa terlalu gawat?." "Jangan terlalu dekat dengan Niel, nenek ku memberikan foto kedekatan kalian berdua." "Nenekmu menuduhku selingkuh?."anehnya aku merasa tersinggung. "Apa dia tidak tahu Niel itu Gay? Kenapa kau tidak beritahu dia seperti kau menebaknya kemarin. Kau tidak membantuku sama sekali. Apa karena hal ini dia menyuruhmu untuk menjauhiku? Hubungan ini berakhir?." "Aku meyakinkan kalian hanya teman. Jika mereka tahu kau menghianatiku, kau mungkin akan berada dalam masalah." APA! Aku kehilangan kata-kata, sepertinya aku salah berkencan, aku mengencani cucu kesayangan keluarga mafia! Aku memang berada dalam bahaya besar. Bagaimana jika hubungan kami nanti berakhir. Aku akan tetap mati! "Kalau begitu tidak ada bedanya jika nanti kesepakatan kita berakhir."aku mengingatkannya. "Aku akan memikirkannya nanti!." Dia menganggap sepele kematian ku. Ini membuatku marah. Aku ingin menendangnya sekarang tapi fotografer mafia itu mungkin ada di sekitar sini, mengambil foto ku sedang menendang Tristan dan menarikku lebih dalam ke masalah yang lebih besar. menghianati Tristan saja sudah bisa membuatku terbunuh, bagaimana jika aku menendangnya di sini. Mungkin aku akan kehilangan satu kaki. Trsitan memang berbahaya. "Hah! Aku harus kembali bekerja sekarang!."Ingin segera pergi dari hadapan nya. Tristan mendekat membuatku menarik wajah, aku benci pilar di balakang tubuhku. Pilar ini membuatku tak bisa kemana-mana. "Jaga jarak dari pria manapun. Kecuali aku. Untuk sementara demi keselamatanmu." Setelah mengatakan itu Trsitan menarik diri, seringaian tersungging di ujung bibirnya membuatku menatapnya sengit. Dia berjalan mundur, masih menatapku. "Aku akan menjemputmu nanti." Ucapnya sebelum berbalik menunggungiku dan bejalan keluar. "Bagaimana jika aku berdekatan dengan ayahku?." "Ayahmu sudah meninggal." "Dengan pamanku." "Kau tidak akur dengannya." "Adik laki-laki ku." "Adikmu perempuan!." Dia menjawab tanpa menatapku. Meninggalkanku dengan ekspresi terheran-heran. Aku di tinggalkan dengan tampang idiotku. Dia tahu segalanya. Aku sudah terekspose terlalu jauh. Menyakitkan sekali. Aku kehilangan kata-kata. Rasanya seperti kalah sebelum menyerukan kata perang. Ana, kau benar-benar menyedihkan. Tristan tahu segalanya. Dia pria yang sangat mengerikan. "Dia benar-benar menyeramkan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD