“Jadi.. akhirnya kau menikah juga.” Apa maksudnya ekspresi itu, apa dia sedang meremehkanku karena pernikahan kami dulu yang tidak pernah terjadi. Aku merasakan Tristan menggenggam tanganku, membuatku menarik genggaman tangan kami dan menunjukkan cincin pernikahan. Aku senang melihat ekspresi terkejut di wajahnya, kekesalan dalam diriku terbit mengingat masa lalu yang seharusnya sudah terkubur dalam-dalam hingga tak terlihat lagi, namun bertemu dengannya di sini membuatku menggali lagi lubang yang sudah tertutup rapat. “Ya. Kau bisa melihat cincinnya.”aku mempertegas tentang cincin yang kami kenakan sebelum menurunkan genggaman tangan kami. Dia bisa melihatnya sendiri sekarang, aku tidak berbohong. “Aku bisa melihatnya dengan jelas.”ucapnya dengan senyum kecut, ekspresinya terlihat dat