Hidungku sembab, wajahku sedikit memerah dan kantung mataku cukup besar akibat menangis. Kami sampai di resort jam 6 sore, aku bergegas mandi dan bersiap untuk makan malam. Sejak pulang aku hanya diam, sementara Tristan beberapa kali mengajakku bicara, moodku sangat buruk, dia yang membuatku begini. Kini kami berada di ruang makan, saling berhadapan, tapi aku tidak juga membuka suara. Tristan menghentikkan kunyahan makannya, aku meliriknya dari balik bulu mata, dia sedang menatapku saat ini, ekspresi wajahnya terlihat sangat kesal. "Berhenti mengabaikanku."Aku tetap mengabaikannya, menuntaskan makan malamku dengan cepat. “Ana.”Ia menyebut namaku, menginginkan perhatian. Aku sedang malas melihat Tristan, sikapnya tadi membuatku kesal bukan main, dia membuatku sangat panik hanya karena ja