. Aku mandi cepat-cepat lalu turun ke bawah, ketika aku sampai di lantai satu Tristan sudah menungguku di kursi meja makan dengan dua buah map putih. Apa itu kontrak! Hal itu membuat ku penasaran. Aku bergabung dengannya, kami duduk berhadapan. Tristan menyodorkan salah satu map putih itu ke arahku. Aku membuka sedikit sampulnya lalu menutupnya kembali dan menatap Tristan. "Perjanjian pra nikah? Kita kan tidak menikah sungguhan. Tidak ada perjanjian sampai membuat anak kan?." Tristan nampak terkejut, ekspresinya terlihat jelas namun kemudian ia menyeringai menanggapi pertanyaaanku. Dia pasti mau mengejekku lagi. Padahal pertanyaanku serius, kakeknya bertanya tentang keturunan waktu kami di San Fransisco walau hanya sebuah gurauan, tetapi hal itu terdengar seperti harapan yang