TIGA PULUH EMPAT: CUMA TEMEN, KOK

1263 Words
Jun masih terjaga di dalam kamarnya. Dia dari tadi tiap lima menit sekali menengok jendela kamarnya buat ngecek April sudah pulang atau belum. Masih mati lampunya. Jun juga sudah mematikan lampunya. Ini gaya - gayaan sih, bilang sama Bunda kalau mau tidur cepat. Aslinya, dia kepikiran parah April kemana, ngapain, cowok yang dia panggil Janu - janu itu siapanya April, dan berakhir dengan dia yang nggak mood ngapa - ngapain malam ini. Pokoknya, sampai dia lihat April pulang, dia sepertinya nggak akan bisa mengembalikan moodnya jadi baik - baik saja kaya sebelumnya. “Apa gue telpon aja? Tapi kalau tadi beneran pacarnya, masa gue telpon, sih?! Bilang masalah kerjaan? Jam segini?” Dia melirik jam digital kecil yang ada di meja kecil di samping tempat tidurnya. Jam sembilan lewat. Dan dia kembali membanting kepalanya ke bantal dengan gusar. Bingung harus bagaimana dan melakukan apa. Lagi pula, dia malas dekat - dekat ponselnya kalau jam segini. Pesan notifikasi dari banyak aplikasi dating yang terinstal di ponselnya asti sudah bertumpuk nggak terhitung karena sudah sejak tadi sore tak dibukanya. “Ogah, lagi nggak mood sama mereka. Pril, lo di mana, sih?!” Apa yang dibilang April tentang Jun itu nggak sepenuhnya salah. Tapi Jun juga nggak sebrengsek itu, kok. Jun suka sama cewek. Yang cantik, yang seksi, yang senyumnya manis, yang suaranya enak di dengar. Tentu saja Jun nggak bikin kriteria itu asal saja. Dia punya alasan.  Dia nggak ketemu cewek hanya buat ngobrol aja, kan? Walaupun ngobrol butuh suara yang oke, tapi nggak perlu cakep buat bisa ngobrol sama orang. Yah, sekarang semuanya tau ini mengarah kemana. Dia nggak mau dapet cewek cantik dan seksi tapi pas dia udah di ubun - ubun, eh taunya suaranya kaya kucing kejepit pintu. Puas enggak, jijik iya! Tapi dia single kok, alias nggak terikat sama siapapun untuk saat ini. Dia nggak mau merasa terikat cuma  agar kebutuhan biologisnya terpenuhi. Nggak. Dia nggak memandang hubungan antara laki - laki dan perempuan sedangkal itu. Dia juga anti jajan - jajan club. Dan dia selalu main aman. Dia selalu membawa bungkusan foil itu minimal dua di dompetnya. Ada sebungkus kecil juga di dashboard mobilnya. Dari situlah April memergoki hobi bejatnya. Sampai pernah April jijik sendiri dan nggak mau dekat - dekat sama dia. Ya wajar sih, cewek yang deket sama dia pasti ada maunya. Dan kalau mereka cewek baik - baik, pasti mereka akan mikir dua kali buat dekat sama dia setelah tau kelakuannya. Bias cahaya menembus tirai kamarnya. Kamar April! Dia langsung bangun dan ngintip. Bener, April udah pulang. Dia lagi naro - naro barangnya kembali ke meja. Rutinitas April setiap malam dan pagi hari. Mungkin kalau April punya akun digdog, dia sudah punya banyak followers dan punya banyak pemasukan dari video a day in my life bikinannya. April orangnya rapi banget! “Baru pulang jam sepuluh!” Tapi kok dia nggak denger apapun. Motor? Mobil? Atau dia yang keasyikan melamun? Ah, bodo amat! Yang penting April udah pulang. Dia langsung keluar dari kamarnya, memutar dan membuka pintu rumah April. Papa belum pulang jam segini. Papa kerja di dua tempat. Tadi habis isya Papa keluar lagi buat jaga parkir di cafe di deket jalan sana. Pulangnya nanti sekitar tengah malam. Dan kalau Papa belum pulang, pintu rumah April nggak akan dikunci. Cuma ditutup aja. Yang tau juga keluarga April dan Jun aja.  Saat dia masuk, sudah ada Mei dan April di depan kamar April. Sepertinya lagi berdebat, tapi sambil bisik - bisik. Takut kedengeran Mama. “Kok lo ada di sini? Ngapain?!” April berbisik dengan nada berseru saat melihat Jun.  “Lo kenapa jam segini baru pulang?!” “Gue dulu yang tanya, belum dijawab tadi. Lo punya cowo?!” Nah itu juga Jun pengen tau. Tapi Mei sudah lebih dulu tanya.  Mereka saling berdebat dengan nada rendah hingga berbisik. Lucu? Nggak sama sekali. Soalnya bukannya menjawab April malah mengelusi pelipisnya. *** April memijat pelipisnya yang mendadak nyut - nyutan. Baru pulang, sudah diserbu dua makhluk reseh ini. Untung udah malem, jadi dia nggak punya kewajiban buat mengundang Janu masuk ke rumah buat sekedar menawarinya minum. Cowok itu juga lumayan mannernya. Dia langsung pamit pulang karena tau sudah terlalu malam untuk mampir dan tidak mau mengganggu orang rumah April karena lampu depan sudah padam. April lega banget!!! Siapa yang bisa jamin raksasa yang tinggal di samping rumahnya nggak bakal datang dan tiba - tiba masuk ke rumahnya begini kalau Janu beneran mampir tadi. Dia sudah mati - matian cari alasan bagus yang masuk akal buat Janu pas cowok itu tanya kenapa harus kasih Pak Jun hadiah. “Kan dia bos gue. Masa ngucapin aja nggak, nggak ada kado - kadoan. Ya biar interaksi kita makin akrab, kerja nggak awkward.” Jawabnya pas Janu tadi tanya kenapa dia repot - repot mau kasih hadiah ke Pak Jun. Kan dia cuma atasannya. Setelah Janu beres, dan akhirnya bersedia menemaninya sepanjang malam memilih hadiah buat Jun tanpa curiga. Sekarang pas dia baru sampai rumah, duo reseh ini malah langsung menghadangnya dengan perang bisikan begini.  Pertama tadi Mei, Kakaknya. Mendadak pas dia baru saja dari kamar ambil baju buat mandi, dia udah nongol aja di depan pintu mengagetkan April. Untung April bukan orang yang latahan, jadi Mei nggak kena gampar sama April. Untung juga April nggak penakut dan kagetan, jadi nggak ada adegan teriak - teriak nyebut karena Mei, dengan piyama satin putih setengah pahanya berdiri anteng tanpa suara di depan kamar April yang gelap.  April cuma jadi agak d***o karena tiba - tiba Mei tanya, “Sekarang lo punya pacar?” dengan nada berbisik. Dan belum sempat dia menjawab karena masih kaget dan bingung, datanglah satu lagi raksasa bernama Junaidi Salim dengan muka gusar, hanya pakai kolor boxer dan kaus dalam tipis.  Tinggal dibotakin aja, auto jadi tuyul dia. Tapi tuyul mana sih, ada yang ganteng keker berotot begini? Jawabannya ya cuma ada satu - satunya ini, tuyul hatinya April. “Kok lo ada di sini? Ngapain?!” April berbisik dengan nada berseru pada Jun. Mentang - mentang dia bisa keluar masuk rumahnya seenaknya, tapi nggak yang jam sepuluh malam masuk rumah para perawan koloran gitu aja dong! Tetangga - tetangga kan jadi seneng, punya bahan buat digosipin. “Lo kenapa jam segini baru pulang?!” Tanyanya dengan nada yang sama, berbisik. “Gue dulu yang tanya, belum dijawab tadi. Lo punya cowo?!” Mei menyahut, juga sambil berbisik. Kalau April nggak lagi kesel banget sama mereka berdua, dia pasti udah ketawa ngakak dengan situasi ini. Tapi dia kesel, dia capek, dia pusing, dia pengen mandi terus bobo cantik karena besok baru hari kamis. Hari nanggung karena week end sudah jauh berlalu tapi week end depan masih lama. “Kalian jangan ribut bisa nggak?! Ini udah malem, gue capek tau! Besok aja…” “Nggak!” Rasanya April ingin berubah jadi Hulk dan membanting mereka berdua. Dibilangin jangan ribut malah bilang nggak kenceng - kenceng. Jadi pengen ngelitikin pake sikat kawat kan, kalau gini. “Itu tadi Janu. Udah, penjelasan….” “Belum selesai!” Jun langsung memotong, membuatnya mendelik. “Jun, gue capek…” “Gue juga. Dari tadi gue nungguin lo tau.” “Sama, sama, gue juga. Penasaran gue, nggak bisa tidur. Jadi akhirnya lo punya pacar?!” “Ih, pacar apaan, sih. Dia cuma temen doang. Lagian gue udah punya orang yang gue suka dari dulu dan itu bukan Janu. ” Kampret! April keceplosan. PS: Habis ini ada promosi cerita ya, yang mau kepo silakan dibaca (please kepo please) Yang mau skip, aku update lagi besok yaaa ^^ Enjoy Sayang - sayangnya Vee~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD