Bagian 25

2311 Words
Siang ini setelah pelajaran selesai Regan dan River memutuskan untuk stay di kelas dulu lantaran malas berdesakan dengan murid-murid lain yang mengantri untuk mengisi perut mereka. 30 menit di gunakan kedua remaja itu untuk mabar, oh iya, ngomong-ngomong soal River dan Regan, mereka berdua kemarin mendapatkan hukuman tambahan lantaran malah ngadem di UKS. Pak Yoga dengan senang hati memberikan hukuman lagi untuk kedua muridnya itu, untung saja hukuman yang diberikan bukan membersihkan toilet melainkan mengerjakan tugas double. River dan Regan tak masalah, lagipula menurut mereka hukuman seperti itu adalah hukuman yang bermanfaat daripada membersihkan toilet. Yah, sekarang kalian pikir deh. Di sekolah kan pasti udah ada petugas kebersihan, lantas untuk apa murid yang tugasnya belajar malah di suruh membersihkan tempat kotor seperti itu? bukankah lebih baik mereka dihukum untuk mengerjakan tugas? selain akan mendapatkan ilmu mereka juga akan semakin banyak belajar. Back to topik, kemarin mereka belum bertemu dengan Tissa, tapi hari ini mereka sudah janjian untuk bertemu di kantin. Setelah 30 menit berlalu, akhirnya Regan dan River memutuskan untuk pergi ke kantin lantaran dari tadi Tissa sudah sibuk menelepon mengganggu acara mabar mereka berdua. Langkah kaki kedua remaja itu memasuki kantin, River menyapukan pandangan mencari dimana keberadaan sahabat ber pipinya. Tatapan sipit cowok itu berhenti pada cewek yang tengah melambai, itu dia Tissa. River menyenggol bahu Regan, lantas mereka berdua berjalan mendekati bangku yang diduduki oleh Tissa.  “Eh, Tissa sama siapa tuh” celetuk Regan saat menyadari kalau Tissa tidak sendiri, dari postur tubuhnya Regan rasa itu bukan Amanda. “Kayaknya dia udah punya new friend, bagus deh kalo gitu” jawab si perfect smile lip and eye sembari terus berjalan. River memasukan tangan di kedua saku celananya, tumben sekali jantungnya tak berdegup kencang saat ini. Cowok itu sudah berniat meminta maaf pada Tissa, kalau kemarin gagal, setidaknya hari ini harus berhasil. “Kalian lama banget sih, lumutan gue nunggu disini” celetuk Tissa saat kedua teman nya sudah sampai di bangku kantin, Regan dan River masih belum bisa melihat wajah teman  baru Tissa lantaran mereka berdua berdiri tepat di belakang punggung cewek itu. "Tiss" panggil River. "Gue minta maaf sama lo, dan sekarang gue udah ikhlas. Gue nggak akan berharap lagi sama lo, jadi, kita masih temenan kan?" Cewek berpipi itu diam sejenak, sebelum mengembangkan senyumnya "Iya, gue udah maafin lo kok. Gue juga minta maaf ya karena udah nolak lo, suatu saat kalo lo tau alasannya, lo pasti bakal maklum" "Iya" “Lo udah pesen makan belum?” tanya Regan yang hanya di angguki oleh Tissa, cewek itu menepati janjinya untuk mentraktir Regan dan River selama seminggu “Good girl” saat Regan hendak duduk, Tissa keburu menyela dengan menghentikan gerakan cowok dengan senyum termanis itu. "Stooopp, gue ada kejutan buat lo, Re" "Kejutan? Apa?" Barengan dengan berhentinya ucapan Regan, cewek yang sedari tadi memunggunginya kini menoleh. Sontak membuat mata Regan langsung membulat, cowok itu terpekik kaget, tak menyangka kalau yang ada di depannya sedari tadi adalah,.. Ira?? Tissa tersenyum melihat ekspresi kaget yang Regan tunjukan, terlihat jelas kalau cowok itu merasa sangat senang. Tapi saat netra Tissa beralih ke cowok yang ada di samping Regan senyumnya pudar, River pun menatap Ira dengan kaget, tapi kekagetan River beda dengan kekagetan Regan. Wajah River berubah pucat seperti habis melihat hantu. “Ira!” Sekilas, Ira menatap kearah cowok yang ada di samping sahabat nya, rasanya Ira seperti mengenal cowok itu. Tapi, siapa? Dimana? Tatapan Ira kembali pada Regan, dia tersenyum sangat  manis. Cewek itu menarik lengan Regan untuk segera duduk di sampingnya "Akhirnya, kita ketemu lagi. Aku udah nepatin janji buat dateng ke Indo kan?" "Lo mau berdiri di situ aja, Ver?" sela Tissa mem buyarkan lamunan River, cowok itu dengan kaki yang sedikit gemetar berjalan, lantas duduk di samping Tissa yang langsung menggeser bokongnya agar River mendapatkan tempat. Kini, dia berhadapan langsung dengan gadis itu, gadis yang River lihat kemarin, gadis yang River yakini adalah gadis di masa lalunya, gadis itu adalah Lami. "Kenapa lo bisa masuk disini?" tanya Regan, terlihat sangat antusias. Ira tersenyum "Aku cuti sekolah di London, Mama-Papaku yang masukin aku kesini biar aku nggak ketinggalan pelajaran" "Memangnya berapa lama lo mau stay di Indo?" Regan banyak bertanya, sementara Tissa hanya menatap kedua orang yang sedang temu kangen itu dengan kekehan kecil. Beda sekali dengan River, pikiran cowok itu mendadak blenk. Ira, Regan, mereka saling mengenal. Bagaimana bisa? “Nggak tau, sampai urusan nya selesai" Regan mengacak rambut Ira sejenak, "Oh iya, gue mau kenalin lo ke sahabat-sahabat gue yang waktu itu gue ceritain ke elo. Salah satunya Tissa, dan lo udah kenal. Nah, satu lagi, kenalin, Ra, dia River" Ira menelan ludahnya susah payah, nama itu, nama yang baru saja di sebut oleh Regan bagaikan sambaran petir di siang bolong untuk Ira. Cewek itu spontan menoleh ke arah River, yang raut wajahnya belum berubah sama sekali, masih datar. "Ver" panggil Regan, River langsung mengulurkan tangan nya untuk 'berkenalan' "River Ghent Wijaya" Deg. Tak salah lagi, River yang tengah duduk di depannya adalah River teman masa kecilnya, tujuan nya menginjakan kaki di Indonesia kembali. Ira tak tau harus beraksi seperti apa, di satu sisi dia ragu kalau River masih mengingatnya, sementara di sisi lain cewek itu ingin sekali memeluk River lantaran rindu. "Al-almira" Benar dugaan River, cewek itu adalah gadis kecil di masa lalunya. Regan langsung menarik lengan Ira yang masih berjabat tangan dengan River, dia tak suka. "Nggak usah lama-lama, ntar saling suka lagi" Makanan pesanan mereka datang, Tissa langsung menyambutnya dengan senang. Cewek berpipi itu menuang banyak sambel membuat River spontan menahan lengan Tissa "Lo mau mencret?" "Ciee, perhatian ciee" River melepaskan cekelan tangan nya, Tissa langsung menaruh botol sambal, tidak jadi menuangnya banyak-banyak. Kegiatan singkat mereka terekam jelas oleh netra almond milik Ira, kenapa dia ditikam rasa cemburu? Kenapa mendadak ingatan nya saat River menyelipkan helai rambutnya muncul? Dan kenapa, River sekarang tumbuh begitu tampan? “Denger-denger kemarin kalian dihukum sama Pak Yoga?” tanya Tissa, dia memasukan potongan bakso kedalam mulut. Suara cewek itu membuyarkan lamunan Ira. Regan yang tepat berada di depan Tissa langsung terkekeh, tangan nya sibuk memotong bakso dan di pindah ke mangkuk Ira agar gadisnya tidak kesusahan memotong. “Ho oh, gara-gara River tuh. Masa pas Pak Yoga lagi nyatet di papan dia malah bisikin gue sesuatu. Yaudah deh, akhirnya kita jadi nge-gosip berdua” “Dasar lamtur! pantes aja kalian di hukum” seloroh Tissa lagi. "Sebenernya Ira pengen ketemuan sama lo, Re kemarin. Tapi gue nggak tau lo dimana, di kelas, di kantin, perpus, toilet, nggak ada semua pas gue cari" "Gue sama River tidur di UKS" "Sialan lo!" Mereka terhanyut dalam obrolan, hanya Tissa dan Regan yang cerewet, sementara River kebanyakan diam. Masih belum paham dengan situasi dan kondisinya, begitupun dengan Ira yang ingin sekali mengobrol dengan River, tapi masih takut dan canggung, jadilah dia hanya diam. River meletakan sendok dan garpunya, denting singkat membuat atensi mereka bertiga langsung terpusat pada cowok itu. “Gue, gue nggak laper” dia berdiri "Gue ke kelas duluan" River langsung berjalan pergi begitu saja, Regan menatap punggung sahabatnya yang mulai menjauh dengan heran. Cowok itu mengalihkan tatapan pada Tissa "Kenapa sih dia?" "Nggak tau, pms kali" Tissa menyusul bangkit “Nah, Ira, gue kan udah bantuin lo buat ketemu sama Regan, jadi sekarang tugas gue udah selesai. Jadi, gue cus ke kelas dulu” ucap cewek itu lantas menoleh ke arah Regan “Dan lo cowok gulali nenek, jangan lupa anterin gebetan nya ke kelas ya, dia sekelas sama gue. Takut nyasar nanti, bye bye” “Mulut lo berisik banget deh Tiss perasaan, mau pergi aja masih nyempetin buat khotbah dulu” balas Regan menatap Tissa jengkel, tapi cewek berpipi tak menggubris. Dia memilih untuk melangkah meninggalkan mereka berdua di kantin. Kini yang tersisa hanya Regan dan Ira. “Lo kenapa diem aja dari tadi?” tanya Regan yang membuat Ira langsung menoleh ke arahnya, mereka berdua saling melempar senyuman “Nggak papa, still a little awkward” jawab Ira yang mendapatkan anggukan dari Regan. “Nanti pulang biar gue anterin ya? lo tinggal dimana?” Ira menyebutkan alamatnya, dekat dengan sekolah tapi jauh dengan rumah Regan lantaran harus putar balik karena mereka berbeda arah. Tapi ini kan Ira, mau seberapa jauh rumah nya Regan akan selalu siap mengantarkan. “Re, aku boleh tanya sesuatu?" “Apa?" "Kamu udah lama temenan sama River?" Regan menggeleng "Baru beberapa bulan, dia pindahan dari London juga, kenapa emangnya" Dengan ragu-ragu Ira menggeleng “Nggak papa, cuma kepo” Jadi, selama ini dia dan River berada di negara yang sama?  (^_^)(^_^) Arsen menjatuhkan tubuh di tempat tidur miliknya, hari yang begitu melelahkan lantaran banyak tugas kuliah yang harus dia kerjakan. Bahkan untuk mengabari Tissa saja Arsen belum sempat, tapi cowok itu santai lantaran merasa Tissa sudah paham kondisi, toh cewek itu bukan tipe pacar yang meminta untuk dikabari setiap detik. Pintu diketuk dan muncul wajah River yang mengenakan training serta kaos hitam, kaca mata bening bertengger manis di hidungnya “Bang, sibuk nggak?” tanya River, Arsen menggeleng. Dia lantas bangun, menatap wajah adiknya yang suntuk membuat Arsen menebak kalau saat ini mood River sedang buruk. “Kenapa lo suntuk banget, ada masalah?” “Ini soal Lami, Bang” Mendengar nama gadis itu di sebut Arsen langsung memusatkan perhatiannya pada River “Kenapa sama Lami? bukannya kemarin lo udah seneng banget soalnya dia ada di Indo” River mengangguk “Gue udah ketemu sama dia” “Lah, bagus dong! gimana kabar dia? gue yakin Lami makin cantik” dengan semangat Arsen menjawab, tapi menyadari wajah murung River membuat Arsen berfikir kalau ada sesuatu yang buruk terjadi. Apa? Mungkinkah Lami tak mengenali River? “Seharusnya lo seneng kan, kenapa ini malah murung?” lanjut Arsen mengutarakan rasa penasaran nya lewat pertanyaan. Cowok berkaos hitam itu menghela nafas, dia duduk di pinggiran ranjang Arsen. “Sebelum gue jawab, ue boleh tanya sesuatu sama lo?” “Sure” “Sebelum lo pergi, Lami pernah bilang nggak kalau dia juga mau pergi atau pindah?” Arsen menggeleng ragu, dulu Lami memang tidak bercerita kalau dia mau pergi dari Bogor. Sikapnya juga biasa saja, “Tapi, dia sempat bilang kalo ada orang yang mau mengadopsi. Mungkin setelah itu dia pindah dari Bogor” jawab Arsen lagi “Kenapa sih emangnya? ada sesuatu yang terjadi sama dia?” "Kenapa semuanya jadi semakin rumit, Bang? Kenapa bisa gue dan Regan menunggu gadis yang sama?" "Maksud lo?" "Lami, mungkin setelah pindah dia mengganti nama panggilan nya menjadi Ira. Dan oleh karena itu, setiap Regan curhat ke gue soal Ira dan Ira, ya gue santai aja gitu. Bahkan di London kemarin, Regan dan Ira sempat bertemu." "Jadi maksudnya? Regan juga menyukai Lami?" "Ya" Senyum di wajah River muncul, bukan senyum bahagia melainkan senyum miris “Ira, cewek yang di tunggu Regan selama ini. Cewek yang sering diceritakan ke gue betapa cantik dan baiknya dia dulu sama Regan hingga bisa buat cowok itu fall in love” River mulai bercerita, pelan meski nafasnya mulai tidak teratur “Dan sekarang dia muncul, bukan sebagai Lami melainkan sebagai Ira buat ketemu sama Regan. Gue nggak tau lagi harus bersikap kayak gimana di depan dia, selain berkenalan layaknya orang asing” “Ver, are you okay?" “I don't know" Keduanya terdiam, tak tau harus menjawab bagaimana lagi. Masalahnya terlalu sulit, kalau River membuka semuanya sekarang, maka persahabatan nya jelas akan rusak. Tapi kalau River menahan, maka hatinya lah yang akan rusak. Arsen menatap wajah adiknya yang diliputi rasa bingung “Kenapa di umur lo yang baru 17 tahun udah punya masalah sebegini rumitnya, gue curiga lo punya dosa di masa lalu” “Mungkin dulu gue sering makan pake tangan kiri, makanya kebanyakan dosa” “Lo lagi ngelawak? kalo iya, sumpah jangan di ulangi karena itu nggak lucu sama sekali” River bangkit dari duduknya, cowok itu mengusap wajah dengan kasar “Dahlah, pusing pala gue. Mau minta di beliin Limousin aja sama Daddy” kata River sembari berjalan keluar. “Sok lo! kayak punya Daddy aja!” Detik itu juga Arsen merutuki kebodohannya lantaran berucap tanpa berpikir terlebih dahulu. Arsen menoleh saat terdengar bunyi tuk pada jendela balkonnya, kalian pasti sudah tau siapa pelakunya, Tissa Berlian Senja, valid no debat. Mari kita buktikan. Tidak ada orang lain selain pacar Arsen yang punya kebiasaan menembaki kaca jendela dengan peluru karet. Secepat flash Arsen beranjak menuju balkon, disana berdiri Tissa yang tengah memakai piyama tidur. “Dih, kangen ya lo” celetuk Arsen membuat Tissa memasang wajah seolah ingin muntah. “Gue lagi mau serius nih, Sen” “Hah? seriusan? jadi mau gue serius in kapan?” “Bangke!” umpat Tissa, disaat seperti ini pacarnya itu malah bercanda membuat Tissa geram “Gue mau tanya sesuatu sama lo” lanjut dia tanpa mempedulikan gurauan Arsen. Cowok berdimple di kedua pipinya itu mengerutkan kening, apa Tissa juga akan menanyakan masalah yang sama? mengenai River, Lami a.k.a Ira, juga Regan. Melihat diamnya Arsen membuat Tissa yakin kalau cowok itu sudah bisa menebak apa yang hendak dia tanyakan, dan Tissa juga yakin kalau Arsen pasti tau sesuatu hal, paling tidak tau soal perubahan sikap River hari ini. “Jadi, ada anak baru di SMA Bina. Namanya, Ira. Nah, gue nggak tau kenapa dia bisa kenal sama Regan, dia minta tolong ke gue buat ketemu sama cowok rambut gulali nenek itu. Pas ketemu, gue nggak fokus lagi sama mereka, tapi sama River. Dia kayak habis lihat hantu” “Jadi?” “Lo tau sesuatu soal Ira? Regan? River?” Inilah yang menjadi masalah terbesarnya, sejak dulu Arsen tidak pernah berbohong kepada Tissa membuat dia sekarang jadi bingung antara harus jujur atau mulai berbohong. “Jangan bohong deh, lagian gue kan juga sahabat mereka. Gue berhak tau soal mereka” Arsen melirik ke arah balkon kamar River, tidak ada tanda-tanda cowok itu hendak keluar “Lo nggak salah saat bilang River kayak nge lihat hantu. Lebih tepatnya, hantu masa lalu. Tiss, Ira yang lo kenal itu gadis kecil di masa lalu gue dan River” “Lah, lo kemaren bilang namanya siapa tuh, Lami?” Kini Arsen mengangguk, “Nama lengkap Ira siapa?” cowok itu balas bertanya. “Almira” jawab Tissa singkat, lantas cewek itu menelan ludahnya.  Jadi, astaga! jadi selama ini Regan dan River tengah menunggu satu cewek yang sama? jadi, mereka sudah memberikan spoiler saat berada di atas rumah sakit dengan memandang satu bintang yang paling bersinar itu maksudnya, Almira? ck.ck.ck. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD