Setelah memberikan kesempatan pada Andreas, Pria itu tiba-tiba saja merengek minta makan padanya dan kalian tahu? Kayla langsung mual melihat cara Andreas yang dikenal dingin di kantor, malah merajuk karena lapar padanya.
“Ayolaaah Kay. Buatin aku satu ya! Lapeerr—“ ucap Andreas merengek.
Kayla seketika menggeleng tak percaya. Dimana Andreas yang penuh wibawa? Dimana Andreas yang bahkan untuk tersenyum saja ia sulit. Eh tapi tidak. Saat Andreas bersama Rilla, pria itu tertawa lepas. Tapi tentang sosok Andreas yang punya ego tinggi, di mana pria itu sekarang? Karena Kayla yakin, pria yang kini tengah memeluk pinggang rampingnya dalam keadaan duduk ini bukanlah Andreas.
“Andreas kau baik-baik saja?” tanya Kayla menyeringit.
“Maksudmu?”
“Maksudku, kau tak kesurupan setan di apartemenku kan”
TAAKK!
“Awww!”
“Sembarangan aja kalau ngomong. Kesurupan apaan sih. Aku sehat Kay dan buatkan sekarang nasi gorengnya, aku lapar.” Perintah Andreas Lagi.
Kayla keheranan melihat sikap Andreas yang berubah seratus delapan puluh derajat.
“Kau yakin Andreas?”
“Seratus persen yakin. Buruan!! Atau kau akan kubuat kehabisan nafas oleh bibirku!” Ancam Andreas yang membuat Kayla merinding. Setelah mengatai pria itu gila, Kayla langsung berlari kedapur dan menyiapkan nasi goreng untuk Andreas.
Namun tak berapa lama, Kayla kembali sambil membawa beberapa bawang merah, daun seledri dan daun bawang.
“Apa ini?” tanya Andreas saat Kayla menyerahkan semua jenis bawang itu padanya.
“Bawang. Kau tak lihat?”
Andreas mendelik tajam. “Aku tahu ini bawang. Tapi untuk apa kau berikan padaku?”
“Iris!” perintah Kayla yang membuat Andreas melotot tak percaya.
“Apa?”
“Iris!”
“Tapi—kenapa aku?”
“Kau yang mau makan nasi goreng kan? Jadi semua bahannya harus kau yang menyiapkan.” Titah Kayla berani.
“Kau bercanda Kay?”
“Aku serius. Iris atau tak ada nasi goreng.”
Andreas menatap Kayla dalam, lalu seketika senyuman miring terbentuk dari bibir pria tersebut membuat Kayla langsung mengaktivkan alarm siaga satunya.
“Ke—kenapa kau senyum-senyum begitu?” tanya Kayla curiga.
Bukannya menjawab, Andreas justru berdiri dan melangkah mendekati Kayla yang sudah mengambil langkah mundur.
“Kau yakin memintaku menyiangi bawang itu?” tanya Andreas dengan tatapan yang tak lepas dari Kayla.
“Ya—yakin. Ke—kenapa kau mendekatiku?” ucap Kayla ketakutan.
“Tak ada. Aku hanya berjalan ke arahmu. Kau saja yang mundur dan—“
“Kyaaa!” Kayla terpekik karena Andreas menarik tangannya dan terhempas ke d**a bidang pria itu.
“Kau!!!” bentak Andreas tertahan. Ia melepaskan pelukannya pada Kayla namun jarak mereka masih dekat. “Kalau mundur lihat jalan. Untung ku tarik, kalau tidak. Kau lihat ke belakang.!”
Kayla yang juga kaget langsung melihat kebelakang. Tepat di belakangnya ada rak yang di sana tersusun beberapa pajangan. Memang tak terlalu bahaya, hanya saja jika tertubruk, bisa membuat tubuh sakit.
“Kan nggak lihat.” Ucap Kayla pelan.
“Kalau ketabrak tadi gimana?” tanya Andreas sedikit melunak.
“Ya maaf. Kamu sih maju-maju aja.”
“Apa tadi? Kamu? Cieeee, udah aku kamu-an ya? Nggak kau kau lagi?” goda Andreas yang langsung membuat Kayla berdecih.
“Apaan sih. Gaje tahu nggak.” Kayla langsung beranjak dari hadapan Andreas menuju dapur. Sedangkan pria itu bukannya kembali ke sofa, justru malah tampah asik menggoda Kayla dan menyusul gadis itu ke dapur.
“Ngapain ikut sih?” teriak Kayla kesal. Bukan apa-apa. Jantungnya ini lho, tolong diperhatikan juga.
“Nggak ngapa-ngapain. Katanya minta bantuan.” Ucap Andreas yang sudah berdiri di samping Kayla.
“Mau bantuin tapi kenapa di sini? Sana kupas bawangnya.”
Andreas menggeleng. “Dari pada kupas kulit bawang, mending kupasin baju kamu.” Goda Andreas sambil berbisik di pangkal telinga Kayla membuat gadis itu meremang. Kayla yang gemas dengan tingkah Andreas, langsung mencubit perut kekar Andreas membuat pria itu tertawa dan bukan mengaduh. Pasalnya Andreas termasuk tipe cowok yang gelian. Tubuhnya begitu sensitif bila disentuh.
Alhasil bukannya masak, Kayla justru semakin menggoda Andreas dengan mencoba meraih bagian tubuh pria itu yang ditandai sebagai pusat geli.
“Udah. Udah Kay geli ahahaha!” pintanya namun tak juga dihentikan oleh Kayla.
“Kamu jahil banget soalnya. Makanya jangan jahiiiill!” seru Kayla yang terus menggapai titik-titik sensitif Andreas.
Tapi lengah sesaat yang Kayla lakukan justru berbalik padanya. Dengan cepat Andreas menahan kedua tangan Kayla dan menyandarkannya ke dinding dapur. Kini posisi berbalik. Kayla yang tertahan. Kedua tangan gadis itu kini berada di samping kepalanya. Dan jarak wajah Kayla dengan Andreas hanya berjarak satu jengkal.
Nafas mereka sama-sama terengah-engah. Apalagi Andreas yang menjadi pusat yang diserang sedari tadi.
“Andreas?” panggil Kayla gugup.
“Hmm?”
“Ka—kamu ngapain?”
Kayla sungguh tak bisa menyembunyikan kegugupannya. Ia bahkan membiarkan raut wajah itu tampak oleh Andreas. Raut wajah malu dan gugup.
“Maunya kamu aku ngapain?” tawar Andreas bertanya.
“he? Maksud kammmhh—“
Andreas melumat bibir Kayla lembut. Ada perasaan yang Andreas tegaskan di sana. Sangat dan sangat lembut, tanpa nafsu dan juga keninginan untuk lebih. Hanya melumat untuk menyampaikan rasa yang ada di hatinya. Tak berapa lama ciuman itu terlepas.
“Itu untuk kamu yang udah bohongin aku soal Rilla.”
Cup!
Andreas mengecupnya kembali. “Itu untuk kamu yang menolak ajakan aku makan malam saat aku bantuin kamu bagiin brosur.”
Cup!
“Itu buat kamu yang udah bikin aku gila karena air mata kamu tadi siang di kantor. Dan—“ Andreas kembali memajukan wajahnya namun dengan cepat Kayla mengelak membuat Andreas terkejut.
Andreas memundurkan kembali kepalanya dan menatap Kayla yang kini sudah kembali menatapnya.
“Kenapa ngelak?” tanya Andreas heran.
“Kamu suka banget sih cium-cium. Pengalaman ya?” tanya Kayla. Di dalam pertanyaannya tersirat sedikit rasa tak suka. Entah karena cemburu atau karena memang ia sedang marah.
“Kenapa nanyanya gitu?”
“Ih orang nanya jawab aja kenapa sih.” Ucap Kayla menggerutu.
“Haahh! Oke baiklah. Aku bakalan jawab. Tapiiiii—“
CUP! Satu kecupan lagi kembali mendarat di bibir Kayla, membuat gadis itu langsung menatap Andreas kesal.
“Iiiiii Andreaasss.”
“Hahahah! Iya iya. Aku jawab. Tapi kita duduk di sana ya.” Ucap Andreas sembari menunjuk sofa TV. Namun Kayla menggeleng membuat Andreas menatapnya bertanya.
“Katanya laper? Nggak jadi-jadi masak nasi gorengnya.”
“Nanti aja. Dibandingkan nasi goreng, saat ini aku lebih mau makan kamu.” Bisik Andreas menggoda, lalu menggigit dagu runcing Kayla cukup kuat namun gemas.
“Ayo!” Andreas menarik pergelangan tangan Kayla dan membawa gadis itu berjalan menuju sofa. Andreas sudah duduk lebih dulu. Saat Kayla juga ingin duduk, Andreas langsung mengarahkan Kayla untuk duduk di pangkuannya.
“Sini duduknya.” Pinta Andreas.
“Ih nggak mau. Sofanya gede kok.”
“Aku nggak mau kamu duduk di sofa. Duduk sini dan ngadep aku.” Perintah Andreas memaksa. Wajah Andreas sungguh serius, membuat kayla sedikit takut untuk menolak. Secara perlahan Kayla melangkahkan kakinya membelah paha Andreas, lalu duduk di paha pria itu dengan keadaan mengengkang.
“Begini?” tanya Kayla menghadap Andreas.
Dengan senyum manisnya, Andreas mengangguk.
“Jika aku jujur, apa kamu mau ninggalin aku?” tanya Andreas lebih dulu.
“Maksudnya?”
“Kamu tadi nanya apa aku sering ciuman atau nggak.” Ucap Andreas. “Aku yakin kamu tahu jawabannya. Awal kita ketemu pun juga tak baik. Aku tengah melakukan hal yang tak senonoh. Tapi—“
“Bukan itu awal kita ketemu.” Potong Kayla. “Rillakuma awal kita ketemu. Di bangku taman dan aku muncul ngagetin kamu.”
Andreas tersenyum saat otaknya mengingat kejadian itu. betul, saat itu ia sempat kesal pada badut yang kini ia tahu Kayla lah yang di dalamnya.
“Kamu lagi ngapain malam-malam di sana sendirian?” tanya Kayla penasaran.
“Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku ingin jelasin bagaimana aku dulu—“
“Sssttt. Itu cerita lama. Kamu bener mau sama-sama sama aku?” tanya Kayla serius. Andreas mengangguk yakin. “Jika ia, lupakan masa lalu. Sekarang, mulai sekarang, detik ini, menit ini, kita mulai semuanya dengan yang baru.” Ucap Kayla meyakinkan.
Memang benar, masa lalu kenapa di kaji saat masa sekarang? Itu hanya akan membongkar cerita luka. Itu hanya akan saling menjatuhkan diri masing-masing. Lebih baik mulai semuanya dengan yang baru. Saat Cinta itu sudah datang, biarkan ia berjalan dan mengalir. Manusia hanya perlu rasakan dan nikmati dan menjaganya. selesai.
“Kamu yakin?” tanya Andreas untuk memastikan. Kayla mengangguk pasti.
“Aku yakin. Kamu tahu, aku sudah tertarik sama kamu sejak kedua kalinya kamu datang temuin aku dan tahu aku sebagai Rilla.” Ucap Kayla jujur. Andreas tak menjawab, ia hanya memperhatikan Kayla berbicara.
“Saat itu kamu nunggu di bawah pohon dan aku jujur saat itu bahagia banget bisa lihat kamu. Dan yang buat aku jatuh sama kamu itu, ini.” tunjuk Kayla pada bibir Andreas membuat Andreas mengernyit bingung.
“Bibir?” tanya pria tersebut.
Kayla menggeleng. “Senyum kamu.” Ucap lembut Kayla.
“Senyum aku?”
“Ya.” Jawab Kayla singkat.
“Kenapa bisa?”
“Menawan. Hanya itu jawaban yang bisa aku beri. Menawan. Aku suka saat kamu senyum. Aku selalu berharap jika ke kantor, aku bisa lihat senyum kamu. Tapi bukannya dapat senyum, yang ada kamunya malah marah-marah aja.” Curhat Kayla yang akhirnya cemberut.
“Hahahaha. Habis kamunya pakai rahasia-rahasiaan segala sama aku. Kalau aku tahu saat itu kamu Rilla, mungkin aku nggak bakal marah-marah.” Bohong banget Anadreas. Padahal dulu ia sempat mengikrarkan jika benar Kayla itu Rilla, ia akan memecat Kayla dan menjauhkan diri dari gadis tersebut. Tapi nyatanya apa sekarang? Sungguh di luar dugaan.
“Kalau tahu itu Rilla, kamu mau ngapain?”
Suasana hening sejenak. Andreas menegapkan duduknya lalu mendekat pada Kayla. “Ciumin bibir kamu sampai bengkak.”
Blushh!
Beginilah Andreas. Mesumnya tak ketulungan. Tiap ketemu adaaaa aja yang buat dia mengarah pada hal berbau ranjang.
“Kamu kenapa tiap saat m***m mulu sih.” Teriak Kayla gemas.
“Hahahha. Itulah cowok sayang. Kalau nggak m***m, nggak cowok namanya.” Ucap Andreas yang tanpa sadar memanggil Kayla dengan sebutan sayang.
“Ka—kamu panggil apa barusan?” tanya Kayla merona.
“Apa?”
“Tadi—“
“Tadi Ap—haaa” Andreas menutup mulutnya karena baru menyadari. Ia langsung menatap Kayla, takut-takut gadis itu tak suka dengan sebutan spontannya. “Ke—kenapa? Kamu nggak suka?” ucap Andreas bertanya.
Kayla seketika menggeleng. “Suka.” Jawabnya sembari menunduk tersipu. Membuat Andreas tersenyum gemas. Pria itu langsung mencubit kedua pipi Kayla gemas.
“Iiiii! Kamu aslinya emang gemesin gini ya?” tanya Andreas gemas.
“Sakit Andreas. Masa cubit-cubit.”
“Hehehe. Maaf ya. Kamu gemesin gini ya aslinya?” ulang Andreas kembali setelah ia mengusap pipi Kayla pelan.
“Nggak tahu. Kata orang-orang sih iya. Coba deh nanti aku tanya orang-orang.” Jawab gadis itu santai.
“Caranya?”
“Bersikap seperti tadi dulu sama mereka, habis itu tanya.”
“Kamu lakuin, aku kurung kamu di kamar sebulan.” Ucap Andreas dengan wajah tak suka.
“Ha?”
“Cukup sama aku kamu begitu. Nggak ada yang boleh lihat selain aku.” Ancam Andreas lebih tepatnya memaksa.
Melihat sikap Andreas, Kayla seketika merinding dan bergidik ngeri. Apa ini? apa dia baru saja menunjukkan sikap overprotect nya? Mampuslah kau Kayla. Sekali dapat pacar langsung overprotect. Siap-siap dikurung kau! Batin Kayla berucap.
*****