"Baru kali ini, Bapak merasakan sakit yang sesungguhnya karena sebuah kemiskinan." Pak Joyo mengusap air mata yang ia sembunyikan dari kedua wanita tercintanya, dia berdiri di dekat jendela sambil menatap langit yang mendung semendung hatinya. Langit yang juga siap menumpahkan air hujan dengan begitu deras sederas air mata yang sedang berjatuhan dalam keluarga itu. "Hening, kamu beneran tidak dinodai oleh mereka, 'kan, Nduk?" tanya Bu Fatma di sela Isak tangisnya, ia membingkai wajah pucat sang putri dengan kedua telapak tangan. "Tidak, Bu. Sepertinya mereka hanya menginginkan foto-foto itu untuk menekan kita, tapi itu sudah cukup untuk membuat aku hancur. Aku takut, Bu. Aku takut." Tangis Hening terdengar begitu pilu menyayat hati, Bu Fatma begitu tahu bagaimana putrinya, ia yang tida