BAB 9 : BOS KURANG AJAR!
Candy memasuki gedung. Bersyukur kali ini dirinya tidaklah terlambat. Gadis itu melihat Melsya yang tampak tengah memakan Sandwich dan langsung tersenyum ke arahnya.
“Ini mbak buatkan satu” Candy tersenyum dan menerimanya setelah duduk disamping Melsya. “Makasih mbak” mulai memakan sarapannya secara perlahan, Candy tampak memperhatikan Melsya yang mulai bekerja meski saat ini masih sangatlah pagi dan dia bahkan belum menyelesaikan sarapannya.
Candy sempat berpikir bahwa orang-orang di perusahaan ini adalah orang-orang yang gila kerja. Ayahnya saja kerap kali tidak pulang karena harus menjaga anggota dewan seharian. “Mba orang yang pekerja keras yah” Melsya tertawa kecil mendengar ucapan Candy. “Semua orang disini adalah orang-orang yang pekerja keras” Melsya membetulkan ucapan Candy.
“Untuk yang berjasa besar selama periode satu tahun terakhir di akhir tahun nanti akan mendapatkan bonus besar-besaran” Candy mengangguk-angguk paham. “Tapi tiap tahun juga akan ada pemecatan massal bagi yang ga ngejalanin tugasnya sebagaimana mestinya” Candy menatap takjub. “Sebentar lagi akhir tahun, jadi kalau ada pegawai yang malas-malasan dia bakal langsung dipecat”. Tanya Candy antusias. “Tenang ajah itu bakal berlaku buat pegawai yang bekerja minimal tiga bulan” Candy menoleh menatap Ryan yang tersenyum mengejek padanya.
Candy paham betul arti senyuman dan perkataan bosnya itu. Melsya langsung bangkit dan membungkuk hormat pada Ryan. “Anda akan menghadiri peresmian pembukaan wahana air pukul 09.20 nanti” Ryan mengangguk. Meski sebenarnya tidak tahu bahwa proyek pembangunan wahana air milik ibunya sudah selesai, pantas saja ibunya pulang ke Indonesia.
“Melsya tolong hadiri rapat EC pukul 9 nanti. Saya baru dapat info bahwa rapatnya dimajukan menjadi hari ini, cukup catat semua hal penting dalam rapat itu” Melsya menunduk mengerti. “Baik pak” Candy menatap Ryan yang juga menatapnya.
“Apa yang kau tunggu? Ikut saya” Ryan mulai berjalan lebih dulu, membuat Candy berlari mengejarnya. “Saya ikut?” tanya Candy sesopan mungkin mengingat dirinya tengah berada di dalam perusahan, dimana banyak pegawai berlalu-lalang.
Ryan melirik sekilas dan kembali acuh. “Ya iya lah lu kan kacung gue. Acaranya bakal diliput Tv lo harus keliatan keasikan di wahana itu. Ngerti?” Candy sempat berhenti melangkah. Ryan menoleh dan malah meneriaki Candy, “Cepet” Candy kembali berlari mengejar langkah Ryan yang lebar.
Candy sudah duduk di depan, tepat di samping Barsh. Tubuhnya terasa kurang enak saat ini. “Bisa saya ga usah main-main di wahana pak?” Ryan bicara tanpa mengalihkan pandangannya dari tabe miliknya. “Ga bisa” Candy menghela nafas cukup kasar. Benar juga dengan kepribadian Ryan mana memperbolehkan pria itu hal seperti ini.
Sampai di tempat wahana, keramaian seakan membuat kepala Candy semakin terasa pening. Ryan menoleh Sekilas namun tampak tidak terlalu peduli dengan Candy.
“Nona, anda harus berganti pakaian, mari ikut saya” salah satu panitia yang tampaknya pegawai perusahaan mengajak Candy berganti pakaian. Gadis itu hanya mengikuti dan mengekori wanita yang tampak sudah dewasa dan begitu mempesona itu.
Tidak butuh waktu lama sampai Candy sudah berganti pakaian dengan pakaian Renang. Tampaknya memang tidak semua pegawai ikut meramaikan pembukaan wahana, hanya beberapa pegawai saja dan sialnya Candy malah termasuk dalam beberapa pegawai itu.
Entahlah mungkin Ryan memang berniat mengerjainya saja.
Rupanya acara pemotongan pita sudah dilakukan dan kini saatnya para wartawan merekam dan meliput setiap sisi wahana besar yang sudah mencuri perhatian sejak baru dirancang. Candy tersenyum sempurna dan langsung menghampiri salah satu kursi santai disana—berbaring dengan senyuman menggembang.
“Orang itu pasti udah balik kan? Hahahaha gue ini khawatir ama apa sih, kalo gini sih bisa santai sesuka hati” Candy masih memejamkan matanya, menikmati kenyamanan yang saat ini dirasakan. “Woy, gue potong gaji Lo 80% baru tau rasa” Candy langsung bangkit karena terkejut.
Entah mengapa saat ini ia menatap Ryan yang tampak mengenakan celana renang saja. Wajah gadis itu memerah padam dan langsung mengalihkan matanya kelain arah. Pertama kalinya ia melihat Ryan tidak berpakaian formal dan malah langsung disuguhkan dengan tubuh kokoh yang dengan santainya berdiri tepat di depan matanya.
“Pamer roti” Candy berdecak namun Ryan yang mampu mendengarnya tampak ingin tertawa keras karena gadis itu berdecak kesal dengan wajah yang masih memerah padam.
Candy bangkit, masih memalingkan wajahnya yang memerah karena malu—tidak kuasa mampu ditahannya.
“Cepet cobain setiap wahana abis itu bakal ada wartawan yang meliput lo, tugas lo ngebuat citra perusahaan sebaik mungkin. Jangan hancurin citra perusahaan, ngerti?” Candy hanya mengangguk dan mulai berjalan ke pinggiran kolam.
Ia harus melewati kolam dewasa untuk menuju kolam wahana. “Candy” panggilan suara yang amat dikenali gadis itu membuat kepalanya tanpa sadar menoleh dengan sendirinya. Candy tersenyum saat melihat Salsa yang tampak tersenyum ke arahnya.
Ah benar juga, Candy baru mengingat bahwa ibunya berinvestasi dalam proyek ini dan tampaknya ibunya tidak bisa hadir pada acara ini sehingga Salsa yang menggantikanya. Candy melambaikan tanganya sambil tersenyum ke arah Salsa. Sayangnya karena tidak memperhatikan sekitar Candy terpeleset saat seorang pria berlari melewatinya dengan membawa ban air besar dan membuat Candy tercebur kedalam kolam.
Salsa berlari ke arah Candy dengan wajah penuh kekhawatiran. Masih dengan pakaian lengkap, gadis itu masuk ke dalam kolam, berusaha meraih Candy yang sayangnya sudah semakin dalam masuk ke dasar kolam.
“Candy” Salsa terus berteriak membuat Ryan menoleh dan memiringkan kepalanya tidak mengerti dan berusaha tidak peduli. Namun tiba-tiba ia teringat raut wajah Candy saat disuruhnya ikut menjajal wahana. “Dia tidak bisa berenang?” Ryan langsung berlari dan masuk ke dalam kolam. Meraih Candy yang sudah tertelan kolam sampai ke dasar dan langsung mengangkat gadis itu ke tepi kolam. Salsa juga ikut naik ke kolam dan langsung memberi pertolongan pertama dengan memompa d**a Candy dan langsung memberi gadis itu nafas buatan.
Salsa terus melakukan hal itu sampai sekitar dua menit dan mendapati respon Candy yang terbatuk-batuk mengeluarkan banyak air dari bibirnya.
“Dia ngiket gue” Candy berbicara dengan nada berbeda. “Dia ingin ngebunuh gue” Candy masih mengucapkan hal-hal tidak jelas. “Dia ingin ngebunuh gue” Candy masih terus berucap ketakutan. Salsa terus mengguncang tubuh Candy, berusaha menyadarkan gadis itu.
“Ga ada yang bakal bunuh lo, sadar Can, sadar” tubuh Candy masih bergetar hebat. “Dia bakal balik lagi buat bunuh gue dia bakal bunuh gue” Candy masih tertunduk ketakutan dengan tubuh yang masih bergetar dan mata yang sudah memerah. “Wanita hantu menjijikan itu mau gue mati. Jalang mati itu mau gue-” Shalman tiba dan langsung menampar Candy.
“Sadar Bie”.
Satu tamparan lagi Shalman berikan pada Candy. Membuat gadis itu langsung mencekik sang kakak kuat, membalik keadaan namun matanya yang memerah akhirnya melihat sang kakak yang berada di bawahnya dengan keadaan tercekik kuat.
Candy melepas cekikan—langsung menjatuhkan diri. Memeluk erat kakaknya sambil mengumpat, tidak peduli dengan keadaan sekitar yang ramai sambil memperhatikan kejadian tidak biasa itu. Ryan semakin memperhatikan Candy. Tidak pernah menyangka bisa melihat sisi lemah gadis itu secara langsung seperti ini.
‘Mungkin sikapnya pada Candy memang sedikit berlebihan juga’.