Semenjak kejadian malam kelam itu, Berlian sering termenung di dalam kamarnya sambil memegang perut. "Apa benar aku sedang mengandung?"
Meski semua keluhan yang dirasakan seperti seorang ibu hamil, tetapi dia belum berani memeriksakan diri ke dokter dan memakai alat test kehamilan untuk mengetahui lebih jelas.
Perlahan Berlian melangkah mendekati meja kecil di samping tempat tidur lalu mengeluarkan testpack dari dalam laci. Ia membawa testpack itu ke kamar mandi.
"Kalau benar, bagaimana?" katanya dengan lirih. Wajahnya tampak sembab karena sedari siang tadi dia hanya menangis memikirkan nasibnya yang malang.
Seandainya saja dia tidak pernah ke klub malam itu mungkin semua ini tidak akan terjadi, pikirnya menyesali semua.
Berlian mengeluarkan alat tes kehamilan dan membaca petunjuk di kertas yang ada di kemasan itu. Tangannya gemetar dan air mata tak berhenti mengalir membasahi wajahnya.
Perasaan takut dan cemas mulai menyelimuti hatinya saat ia mulai mengikuti petunjuk penggunaan alat tes kehamilan itu.
Siapa ayah dari bayinya? Pikiran itu kembali menyiksa diri dan menghancurkan mentalnya sedemikian parah.
Suara isak tangis terdengar memenuhi setiap sudut kamar mandi, Berlian menutup mulut untuk meredam suara tangisan itu agar tak didengar ibunya.
Ia mulai memasukkan alat tes kehamilan itu ke dalam wadah kecil yang sudah disiapkan, dan menunggu sesuai petunjuk penggunaan.
Tangan dan kakinya gemetar hebat, terasa sedingin es. "Apa benar kalau aku hamil? Lalu siapa lelaki yang sudah menghamiliku?" isaknya menutup mulut kencang. Ia duduk di atas closed yang ditutup, menunggu dalam keheningan.
Setelah lima menit berlalu, Berlian berdiri dan mengambil wadah yang diletakan didekat kaca wastafel.
Suara tangisannya semakin kencang saat melihat garis dua terang di testpack itu, yang artinya dia memang sedang mengandung.
"Siapa lelaki itu. Dia harus melihat ini dan dia harus bertanggung jawab!" isak Berlian sambil meremas testpack tersebut.
***
Di tempat berbeda, Brian mendatangi klub malam Mauren yang tengah ramai dipadati pengunjung.
Untuk pertama kalinya ayah satu orang anak itu menginjakkan kaki di tempat kotor itu, hanya untuk mencari keadilan demi anak semata wayang.
Suasana klub sangat ramai, dipenuhi pemuda-pemudi yang tengah asik menikmati alunan musik dari DJ kenamaan. Kepala mereka bergoyang ke sana kemari mengikuti dentuman musik yang memekakkan telinga.
Lelaki paruh baya itu melangkah masuk melewati orang orang yang asik menikmati minuman beralkohol di botol mereka.
"Minggir sedikit!" kata Brian ketus.
Ia menerobos keramaian dengan kasar sambil mengedarkan pandangan ke seluruh klub mencari owner di sana.
Brian menghentikan langkah kaki di depan meja bar dan memanggil salah satu bar tender yang tengah menuangkan minuman ke pelanggan.
"Saya ingin bertemu dengan owner di klub ini!" kata Brian dengan nada tegas dan tatapan tajam.
Bar tender mengabaikan ucapan lelaki paruh baya itu.
Brak!
Brian yang emosi menggebrak meja hingga membuat pengunjung yang tengah duduk di depan meja bar, terkejut dan beberapa orang di dekat meja bar menghentikan gerakan kepala mereka.
"Cepat! Saya ada perlu dengan pemilik bar di sini!" bentak Brian dengan tatapan menantang. "Saya ingin menyelesaikan permasalahan anak saya! Anak saya dilecehkan oleh pengunjung di klub ini!"
Suara parau lelaki yang menahan tangisan itu membuat iba salah satu bar tender wanita. Dia pun mendekati Brian lalu membawanya ke tempat lebih tenang.
"Tolong pertemukan saya dengan owner di sini!" pinta Brian lirih.
"Memangnya apa hubungannya anak Anda dan owner di sini Pak? Karena kami tidak bisa mempertemukan orang asing dengan owner kami tanpa alasan yang tepat."
"Saya hanya ingin meminta untuk diperbolehkan memeriksa rekaman CCTV pada malam anak saya dibawa oleh lelaki asing ke hotel. Tepatnya sekitar dua bulan yang lalu," jawab Brian lirih.
"Oh, ingin mengecek CCTV, kalau begitu saya akan meminta ijin pada Madam Mauren dulu. Bapak tunggu di sini ya." Pelayan wanita itu meminta Brian duduk di kursi tunggu yang ada di ruangan cukup jauh dari keramaian tadi.
"Terima kasih Nak," ucap Brian.
Wanita itu menemui pemilik klub dan menceritakan semua yang tadi diceritakan oleh Brian, dengan sedikit memelas pada pemilik klub, akhirnya pemilik klub keluar dari ruangannya dan menemui Brian.
Melihat kedatangan wanita bertubuh gempal itu, Brian langsung berdiri. "Apa Anda pemilik klub di sini? Apa saya boleh meminta tolong? Saya ingin melihat rekaman CCTV di klub ini."
Brian mendekati pemilik klub dan memohon dengan manik mata berkaca-kaca.
"Baik, ikut saya ke ruang CCTV," kata pemilik klub mengajak Brian ke ruangan itu.
"Terima kasih banyak," ucap Brian tersenyum, mulai menemukan sedikit harapan.
Brian diajak ke ruangan yang bercahaya temaram, ia dan pemilik klub masuk ke ruangan itu.
Di ruangan tersebut hanya ada satu orang penjaga yang mengawasi CCTV. Penjaga itu duduk di depan layar monitor dan menoleh ke arah Madam Mauren saat mendengar suara langkah kaki.
"Madam," katanya lalu berdiri.
"Duduk saja," kata Madam dengan nada tenang, tetapi cukup tegas.
"Ada apa Madam?" tanya petugas itu.
"Periksa rekaman CCTV pada hari sabtu jam sepuluh malam, dua bulan lalu," jawab Madam sambil mengingat ucapan Brian.
"Tanggal dua puluh," sambung Brian.
"Baik," kata petugas lalu memeriksa rekaman CCTV sesuai tanggal, jam dan bulan yang diberitahu tadi.
Petugas itu memperlihatkan rekaman setiap ruangan di klub Malam Mauren hingga ke parkiran.
"Tidak ada yang mencurigakan. Malam itu sama seperti malam biasanya, hanya ada pemuda mabuk dan wanita malam," gumam petugas CCTV.
"Stop di situ," kata Brian saat melihat anaknya dibawa ke salah satu kamar. "Coba diulang!"
Video diputar mundur, Berlian memang dibawa oleh dua orang wanita ke salah satu kamar dan tak lama Berlian berlari dari kamar itu dengan wajah ketakutan.
Brian memperhatikan rekaman dengan sangat fokus, hingga akhirnya dia menemukan rekaman yang memperlihatkan Berlian menabrak tubuh salah satu pengunjung laki-laki dan dibawa pergi oleh lelaki itu.
"Itu dia! Lelaki itu pasti ayah dari cucuku!" kata Brian memastikan dengan yakin. "Aku yakin itu dia, dia yang menghamili Berlian. Anak perempuanku."
Pemilik klub malam menyempitkan kedua matanya. "Apa Anda yakin? Jangan sampai Anda asal menuduh, karena itu bisa berakibat fatal pada masa depan putri Anda."
"Saya sangat yakin dan saya tidak pernah salah. Dia pasti lelaki yang sudah menghancurkan hidup anak saya. Masa depan anak saya dan semua mimpi anak saya harus dikubur gara-gara lelaki b******k itu," jawab Brian menggebu-gebu.
Ia sangat yakin pria yang ditabrak oleh Berlian adalah pria yang membawa anaknya ke hotel.
Visual karakter ada di IG @agnezpricillia