Prolog
Sudah menjadi rahasia umum, jika hari pertama di periode tahun ajaran baru suasana sekolah akan ramai dipenuhi oleh para murid baru yang antusias memulai hari mereka di jenjang pendidikan terbaru. Seolah tak mau ketinggalan, beberapa orang tua sukarela izin datang terlambat ke kantor hanya untuk melihat bagaimana hari pertama anak-anak mereka berlangsung. Tak terkecuali sebuah sekolah yang ada di penghujung Jakarta. Sejak pagi suasana depan sekolah sudah ramai oleh orang-orang yang berkumpul, memperhatikan setiap murid baru yang silih berganti masuk ke dalam lingkungan sekolah. Namun, siapapun tau bukan itu yang menjadi fokus mereka.
Untuk pertama kalinya, pihak kerajaan memutuskan bahwa pangeran kedua mereka, Aydin Surya Kencana, tidak akan menjalani masa menengah atasnya di sekolah khusus bangsawan. Mencetak sejarah untuk pertama kali, kalangan bangsawan menempuh pendidikan bersama rakyat biasa walaupun sekolah yang dimasuki adalah sekolah terbaik di kota. Penduduk sekitar hingga para wartawan memenuhi sepanjang jalan menuju sekolah tersebut, menunggu-nunggu iring-iringan mobil kerajaan yang entah kapan tiba. Kabarnya putra mahkota kebanggaan mereka, Pangeran Nata, siap memberikan pidato penyambutan di sekolah adiknya nanti. Sudah 2 bulan sejak keluarga kerajaan tidak menampakkan hidung di khalayak ramai, itulah kenapa momen ini sangat dinantikan semua orang.
Di salah satu sisi gerbang, beberapa pengawal kerajaan sudah mulai melakukan penjagaan ketat. Itu berarti keluarga kerajaan sudah sudah semakin dekat. Maka salah seorang wartawan yang berhasil mengamankan tepat paling strategis untuk mengabadikan kejadian bersejarah ini memberi tanda untuk rekan kameramennya bersiap merekam.
"Semalam masyarakat dibuat terkejut akan pengumuman bahwa pangeran kedua, Aydin Surya Kencana, memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah formal biasa. Meskipun sekolah yang dimaksudkan, adalah sekolah terbaik di ibukota banyak perdebatan terjadi atas keputusan besar ini." Bersamaan dengan wartawan tersebut mulai berbicara di depan kamera, dari ujung jalan terlihat mobil hitam mengkilap yang sangat dikenali masyarakat muncul. Seluruh kacanya gelap, namun semua orang bergegas bersorak menyambut keluarga kerajaan yang telah tiba. "Banyak orang berpikir apa keputusan ini tepat, sebab walaupun berada di posisi kedua tampuk pewaris takhta. Pangeran Aydin diharapkan mampu menyokong Pangeran Nata ketika ia naik menjadi Maharaja di masa depan. Lantas, ketika Pangeran Aydin yang seharusnya belajar tentang politik kerajaan di sekolah menengah khusus para bangsawan memancing keraguan akankah sang Pangeran kedua mampu membantu Putra Mahkota Nata kelak?"
"Semua orang berharap keputusan ini tidak akan menjadi bumerang untuk politik kerajaan di masa depan."
Bersamaan dengan kalimat terakhir wartawan tersebut, mobil yang membawa keluarga kerajaan berhenti tepat di depan gerbang. Putra mahkota Nata, menjadi orang pertama yang keluar dari kursi belakang. Senyumnya merekah, dan kilatan kamera berlomba-lomba mengabadikan senyuman yang selalu menarik hati seluruh warga kerajaan. Lantas, tak lama kemudian sosok lain keluar dari mobil. Mengenakan seragam putih abu, dan masih menunduk untuk memastikan bahwa penampilannya masih terlihat rapi. Kemudian ia mengangkat wajah, dan saat itulah kilatan kamera berubah menjadi brutal dan orang-orang mulai berseru.
Menyambut Pangeran Aydin memulai pendidikannya bersama warga biasa. Sebuah gebrakan yang siapa sangka akan merubah hidupnya secara drastis di masa depan