“Bagaimana dengan Nerissa?” tanya Lucas terlihat tidak tenang, meski sifatnya sangat keras, namun Lucas tidak pernah suka melihat Nerissa menangis. Lucas selalu ingin yang terbaik untuk puterinya.
Dulu, Lucas melewatkan masa remaja yang sangat nakal sebagai laki-laki, ketika memiliki seorang puteri, Lucas tidak ingin Nerissa berdekatan dengan dengan laki-laki yang nakal seperti dirinya di masalalu.
Lucas berubah menjadi lebih baik ketika bertemu dengan Alexa dan menikah dengannya, namun tidak semua orang bisa berubah menjadi lebih baik dari semua kenakalan dan kejahatan yang telah mereka perbuat.
Karena itu Lucas sangat posesif kepada Nerissa dan tidak membiarkan puterinya berdekatan dengan sembarangan orang. Lucas tidak ingin puterinya menjadi korban kenakalan pria yang tidak baik.
Kenan berpegangan pada pagar besi dan melihat lurus kedepan, memandangi pemandangan halaman rumahnya yang luas dan di keilingi oleh hutan. Setelah mendengarkan perbinangan Nerissa dan Zuko, Kenan di buat berpikir mengenai adiknya.
“Tidak ada salahnya kita membiarkan pria kuda poni itu tinggal disini. Nerissa terlihat sangat bahagia dan mereka berteman secara murni, Daddy tahu kan Nerissa sangat menyukai Bert sejak kecil, tidak mungkin dia bisa jatuh cinta kepada pria kuda poni itu. Nerissa selalu merasa kesepian karena kesibukan kita, kita tidak boleh menghalangi apapun yang membuat Nerissa bahagia dan baik-baik saja. Kita hanya perlu memantau saja.”
“Aku tidak suka pria itu, dia terlalu dekat dengan Nerissa.”
“Akan lebih sulit jika Zuko pergi jauh dan Nerissa mengejarnya.”
“Seberapa besar?” tanya Lucas dengan serius. “Seberapa besar nilai dan potensi dia bisa menjadi teman yang cocok untuk Nerissa?.”
“Nerissa adalah gadis polos dan baik. Namun dia juga teliti. Nerissa tidak mudah menerima kehadiran orang asing, apalagi menjadikan mereka temannya, jika Nerissa nyaman dengan pria kuda poni itu, itu artinya dia memiliki sesuatu yang berarti untuk Nerissa.” Jawab Kenan dengan serius. “Aku yang akan menjamin keselamatan Nerissa.”
Lucas terdiam sesaat dan mencerna apa yang telah di katakan Kenan kepadanya. “Bagaimana denganmu, kau terlihat sedang memiliki masalah?” tanya Lucas yang langsung mengalihkan pembicaraan. Lucas terlihat setuju dengan apa yang di katakan oleh Kenan karena itu dia tidak memperpanjang ucapannya lagi mengenai kehadiran Zuko di dalam keluarganya.
Kenan membuang napasnya dengan kasar, “Aku sudah lama tidak bertemu dengan Endrea. Tuan Julian melarangku bertemu dengan Endrea sebelum menemukan Helian, Helian membuat ulah lagi di Emilia Island.”
“Aku sudah mendengar kabarnya” jawab Lucas dengan hati-hati melihat kelesuan Kenan yang terlihat merana karena belum bertemu dengan Endrea hanya dalam beberapa hari. Lucas benar-benar tidak memahami bagaiamana cara Kenan bisa mencintai Endrea sedalam itu setelah sekian lama.
Kenan jatuh cinta kepada Endrea sejak dia berusia empat tahu, bahkan saat itu Endrea masih berusia beberapa hari. Mengejutkannya Kenan tidak mengubah perasaannya sampai sekarang.
“Aku kesulitan mencari Helian. Si bren9sek itu sangat pandai bersembunyi.” Maki Kenan dengan kesal.
Lucas mendengus geli mendengarnya. “Bukankah Helian sangat menyukai uang seperti ayahnya?.” Tanya Lucas dengan tenang. “Kau bisa melacaknya dari tempat-tempat dia mengambil uang.”
Kenan menengok seketika, matanya yang berwarna biru itu terlihat berbinar senang merasa memiliki secercah harapan. Namun tidak berapa lama setelah itu, kening Kenan sedikit mengerut bingung. “Jika Helian bisa di temukan semudah itu, kenapa Tuan Julian menyuruhku?.”
Lucas mendengus kesal, “Jika kau sudah tahu tengah di permainkan Julian, apakah kau akan berhenti mencari Helian?.”
Kenan langsung menggeleng, Kenan tidak memiliki keberanian untuk mengingkari ucapannya sendiri kepada seorang Julian Giedon apalagi Kenan sedang berusaha mendapatkan kepercayaan darinya.
Bibir Lucas menyeringai jahat, pria itu berbalik dan menepuh bahu Kenan. “Julian melakukannya agar kau tidak mengganggu Endrea beberapa waktu. Dia ingin kau membantu Helian untuk menyelesaikan masalahnya. Kau tidak perlu risau dengan apa yang dia katakan kepadamu, karena yang akan menikahi Endrea hanya kau. Julian tidak akan menemukan saingan yang lebih kuat untukmu, sekalipun dia menemukannya. Hanya kau yang akan menjadi jodoh Endrea.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkan Kenan yang hanya mendengus geli mendengarkan ucapan Lucas.
***
Zuko duduk bersandar di bathup memandangi ekornya yang berkilauan yang muncul terlihat masih memiliki robekan dan luka, kekuatannya sudah melemah dan membuat Zuko akan memakan waktu lama dalam penyembuhan.
Luka di tubuh Zuko, melemahnya kekuatannya, dan terbukanya beberapa pilar emosi di dalam jiwanya membuat Zuko semakin lama mendapatkan kesembuhannya. Jika Zuko tidak kunjung menemukan Tuannya, maka dia harus kembali ke lautan dan melakukan penyembuhan sendiri yang akan memakan waktu puluhan tahun.
Kepala Zuko terjatuh ke belakang dan melihat langit-langit, bibirnya sedikit terbuka menghembuskan napasnya dengan mata yang terlihat menggelap dalam dua warna yang indah. Telinga Zuko sedikit meruncing, tangan Zuko berada di kedua sisi bathup dan berpegangan.
Malam ini dia akan kembali melanjutkan pencariannya untuk menemukan tuannya setelah semua orang tertidur.
Suara ketukan di pintu terdengar. “Zuko, kau sedang apa?” tanya Nerissa terdengar di balik pintu.
Perlahan ekor indah itu berubah menjadi sepasang kaki lagi, Zuko segera bangkit dengan ketelanj4ngannya dan melangkah keluar dari bathup dengan tubuhnya masih basah kuyup. Zuko melangkah mendekati pintu dan membukanya, “Nona” sapanya dengan ekspresi polos tanpa dosa.
“Astaga!” Nerissa melotot kaget karena Zuko bertelanj4ng di hadapannya. “Zuko, sudah aku bilang kau tidak boleh tidak berpakaian saat di hadapan orang asing!” omelnya dengan panik.
“Nona kan bukan orang asing” jawab Zuko lagi dengan tenang tidak menunjukan rasa malu atau apapun.
“Tapi itu tidak sopan!” teriak Nerissa dengan wajah memerah, meski pikiran Nerissa menganggap Zuko peliharaan dan teman, namun fisik Zuko yang nyata tepat di hadapannya tetap saja membuat Nerissa memandanginya seperti lawan jenis. “Cepat berpakaian!.”
Mendengar perintah Nerissa, Zuko langsung membuka pintu lebih lebar dan melangkah keluar kamar mandi dengan ketelanj4ngannya, Nerissa langsung mundur seraya menutupi wajahnya, namun jari-jarinya di buat terpisah dengan mata membulat sempurna melihat Zuko yang kini melangkah memasuki walk in closet.
“Bokongya lebih besar dari bokongku” cemberut Nerissa mengusap bokongnya sendiri yang tidak begitu menonjol. “Tapi, kenapa dia sangat seksi?.”
Saat melihat tubuh Zuko, entah kenapa Nerissa merasa seperti melihat pahatan patung dewa, setiap bentuk tubuhnya yang bergerak memancarkan keindahan seni yang memiliki artian indah, er0tis, klasik, dan menarik pandangan.
Zuko memiliki aura yang adiktif dimana seluruh tubuhnya membuat orang memiliki perasaan kecanduan yang tidak puas hanya dengan melihat satu dua kali.
Begitu tersadar dari keterpukauannya, Nerissa menutup pintu kamar mandi dan berlari ikut ke walk in closet untuk memastikan apakah Zuko sudah benar-benar bisa memakai pakaian atau tidak.
Nerissa berdiri di ambang pintu memperhatikan bagaimana kini Zuko tengah memilih pakaian untuk di kenakan. Zuko mengambil sebuah switer hijau dan mengenakannya, di ambilnya juga sepasang celana dan celana dalam untuk di kenakan.
Nerissa membuang napasnya dengan lega karena Zuko sudah melakukannya dengan benar.
***
Jari Nerissa menunjuk beberapa barisan kata sambil membacanya mengajari Zuko membaca, Nerissa belum menyadari jika Zuko langsung bisa membaca dan menyerap semua apa yang ada di dalamnya dengan kekuatannya. Ini untuk ke tiga kalinya Nerissa mengajarkan Zuko untuk membaca.
Ketulusan Nerissa yang mengajari Zuko membuat Zuko berpikir untuk tetap berpura-pura tidak tahu dan mendengarkan.
“Kau bisa membaca ini perlahan. Aku harus belajar juga” kata Nerissa yang kini mengambil bukunya sendiri dan bersandar di bahu Zuko, gadis itu mulai membaca bukunya sendiri membiarkan Zuko diam memandangi seluruh penjuru perpustakaan yang sangat begitu luas.
Diam-diam Zuko menyerap apa yang ada di dalam semua buku di dalam perpustakaan itu secara perlahan dan mengorbankan satu pilar di dalam jiwanya kembali terlepas hingga mengurangi kekuatannya.
Menyerap apa yang ada di dalam semua buku membuat Zuko mengetahui semua yang menjadi pemikiran-pemikiran manusia hingga sejarah-sejarah yang sudah terlewatkan.
Nerissa mengeliat merenggangkan tubuhnya dan segera menutup buku, gadis itu beranjak dari duduknya dan melihat Zuko yang sejak duduknya tidak bergerak sama sekali setelah hampir satu jam mereka membaca. “Kau mau jalan-jalan?.”
Kepala Zuko terangkat, ajakan Nerissa yang akan menjadi kesempatan Zuko mencari tuannya. Zuko mengangguk dan segera beranjak mengikuti Nerissa pergi keluar pepustakaan, namun langkah mereka terhenti ketika tidak sengaja berpas-pasan dengan Kenan yang terlihat sudah bersiap-siap akan pergi.
Kaki kecil Nerissa bergerak cepat mengejar Kenan. “Kenan kau akan kemana?” tanya gadis itu dengan senyuman lebarnya, tangannya langsung merangkul tangan Kenan dan memeluknya agar Kenan tidak pergi sebelum menjawab pertanyaannya.
“Club malam.”
“Dengan siapa?.” Tanya Nerissa lagi dengan cepat.
“Bertemu temanku.”
Mata Nerissa berbinar seketika, jika Kenan bertemu temannya, maka kemungkinna besar ada Bert juga disana. “Aku ikut”
“Tidak. Kau tidur saja. Aku akan pulang malam” tolak Kenan dengan pelototannya. Kenan tidak suka membawa Nerissa ke tempat yang memiliki banyak kebebasan.
“Aku ikut, aku berjanji tidak akan menganggumu. Zuko akan melindungkiku.”
Kenan terdiam dan melihat Zuko dengan tatapan tajam, Kenan sendiri merasa penasaran dengan apa yang akan di lakukan Zuko kepada Nerissa, Kenan penasaran akan sampai sejauh mana Zuko melindungi adiknya.
“Aku tunggu sepuluh menit” jawab Kenan dengan ketus. Nerissa langsung melompat senang, “Kau, kuda poni. Ikut aku, kita harus bicara.”
***
Kenan berdiri dengan angkuh sambil bertolak pinggang di hadapan Zuko, pria itu menatap Zuko dengan sangat tajam. Tidak mudah untuknya percaya sepenuhnya kepada orang asing, apalagi kehadiran Zuko sangat mencurigakan hingga terkesan aneh dan tidak masuk akal karena sangat begitu mudah berada di antara kehidupan keluarganya.
Kaki Kenan melangkah kecil mendekati Zuko, dia menahan diri untuk tidak memukul karena sudah merasakan bagaimana tubuhnya terlempar di udara sejauh puluhan meter oleh Zuko.
Tangan Kenan terangkat menunjuk dad4 Zuko dan mendorongnya, “Dengarkan aku. Aku tidak tahu siapa sebenarnya kau dan darimana tempatmu berasal, aku dan keluargaku menerimamu demi Nerissa. Jadi, jangan pernah berpikir sedikitpun untuk memanfaatkan, apalagi menyakiti adikku. Kau paham?.”
“Saya tidak menyakiti Nona.” Jawab Zuko dengan datar.
Kenan mendengus kesal. “Satu lagi” Kenan menekan d**a Zuko dengan telunjuknya lebih keras. “Jangan pernah jatuh cinta kepada adikku.”
“Tidak akan” jawab Zuko tanpa keraguan, Zuko tidak merasakan emosi dan perasaan apapun mengenai cinta dan kasih sayang. Apa yang dia lakukan murni kasih sayang sebagai sesama mahluk hidup. Dan kedatangan Zuko ke daratan hanya untuk mencari tuannya, Zuko tidak tertarik dengan kehidupan manusia.
“Kalian sedang apa?” Nerissa berlari keluar dari pintu dengan senyuman lebarnya, gadis itu mengenakan gaun berwarna keemasan dengan seutas tali kecil yang membelit punggungnya yang terbuka.
“Ada apa denganmu Nerissa?. Kau mau menjadi wanita penghibur hah?” teriak Kenan marah sambil menunjuk penampilan Nerissa yang terlalu terbuka. “Ganti pakaianmu.”
“Tapi aku suka Kenan” balas Nerissa dengan teriakan karena tidak terima di bentak. “Pakaian ini cantik.”
“Tidak Nerissa. Aku tidak mau membawamu dengan pakaian sialan seperti itu.”
“Ayolah Kenan. Aku kan sudah dewasa.”
“Ganti pakaianmu, atau kau tidak ikut sama sekali” balas Kenan semakin bersikap keras dengan kenakalan Nerissa yang berada pada masa pubernya yang semakin memperhatikan penampilan dan merasa ingin menjadi pusat perhatian.
“Kenan, kau jahat!” teriak Nerissa segera berlari kembali masuk kedalam rumah lagi untuk berganti pakaian.
“Apa yang kau lihat?!” bentak Kenan pada Zuko yang sejak awal diam dan hanya memperhatikan Nerissa. “Jangan melihat adikku seperti itu, atau ku rusak matamu.”
Zuko menggeleng, “Nona berkilauan seperti kumbang kura-kura emas.” Jawabnya dengan jujur, pakaian Nerissa yang berwarna kuning berkilauan itu membuat Zuko teringat kumbang kura-kura emas yang hinggap di daun ketika dia pergi ke daratan.
Kenan yang mendengar jawaban Zuko hanya melongo kaget. Kenan pikir Zuko akan tergoda kepada adiknya, namun rupanya tidak.
To Be Continue..