BAB 8 : Intrograsi Lucas

2052 Words
“Ini kamarmu” Nerissa menunjukan kamar pada Zuko. “Kamarilah” Nerissa menarik tangan Zuko dan menuntunnya masuk ke dalam. Beberapa pelayan meletakan semua belanjaan pakaian Zuko dan meletakannya di sofa. Zuko duduk dengan tegak membiarkan Nerissa memandanginya dengan cermat. “Sepertinya kau perlu ikut aku juga ke sekolah. Aku akan membicarakannya pada Daddy, sepertinya dia menyukaimu juga. Namun aku harus merapikan penampilanmu juga, kita terlihat seperti sebaya.” Nerissa sedikit memikirkan keadaan Zuko jika nanti dia pergi ke sekolah, lantas apa yang akan Zuko lakukan?. Karena itu Nerissa berharap bisa membawa Zuko ke sekolah meski akan sangat sulit. Sepertinya Nerissa membutuhkan ayahnya untuk mengurus semuanya karena Zuko belum memiliki identitas sama sekali, ini akan sangat sulit untuk lakukan. Namun Lucas, ayah Nerissa memiliki kemampuan yang besar dalam hal itu. Meski insting Nerissa memperlakukan Zuko seperti hewan, namun wujud Zuko sepenuhnya manusia dan itu tidak terelakan sama sekali. Dan manusia membutuhkan identitas yang jelas untuk menunjukan keberadaanya dan identitas dia yang sebenarnya bahwa dia memiliki hak di suatu bagian sebagai warga Negara. “Kau bisa menulis?. Membaca?.” Tanya Nerissa lagi, Zuko hanya menggeleng kecil, Zuko tidak memahami apa itu menulis dan membaca, sangat asing untuknya. Zuko tidak di karuniai kelebihan untuk mengusai banyak pengetahuan di daratan karena kehidupannya berada di laut sepanjang lima abad lamanya, Namun Zuko di karuniai kekuatan untuk menyerap segala sesuatu pengetahuan yang dia butuhkan. Nerissa tercekat kaget, gadis itu pergi ke sisi ranjang mengambil sebuah buku n****+ dan pensil, Nerissa duduk di samping Zuko. “Sebagai seekor peliharaan kau harus pintar seperti 4njing dan kucing.” “Apa yang harus saya lihat nona?” tanya Zuko mengerut melihat beberapa hurup yang Nerissa tunjukan untuk memberitahunya. “Lihat dan dengarkan aku baik-baik, kau harus mengingat dan mengikutinya.” Titah Nerissa mulai memberitahukan dasar-dasar huruf juga angka. Zuko tertunduk dan menatap dengan serius, ada sedikit lapisan di belakang telinga yang sedikit terbuka dengan sengaja. Zuko kembali mengeluarkan sedikit tenaganya untuk bisa beradaptasi lebih cepat dengan manusia dan belajar lebih cepat menerima semua yang Nerissa ajarkan kepadanya. Zuko harus menemukan seseorang yang tengah di carinya sendiri tanpa melibatkan siapapun. Ajaran yang di berikan oleh Nerissa akan sangat berguna mempermudah pencarian Zuko. Zuko sudah pergi meninggalkan lautan. Dan kini, lautan yang selama ini di tempatinya berada dalam kekosongan, Zuko harus segera kembali untuk menyeimbangkan kekuatan alam dan menjaganya, sama seperti janjinya ketika pengangkatan menjadi dewa. “Zuko, apa kau paham?” suara Nerissa kembali terdengar, gadis itu beberapa kali menjelaskan dasar-dasar huruf dan angka. Zuko menengok dan mengangguk. “Lihat sekarang” Nerissa membuka buku halaman pertama dan mengeja satu kata pertama yang terdapat di kalimat utama isi buku. Nerissa mengejanya dan membacanya, Zuko mengangguk mengerti karena dia langsung menyerap semua apapun yang di katakan. Bagi Nerissa, mengajari Zuko benar-benar ajaib tidak ada bedanya dengan membaca dan di rekam, Nerissa sangat terkesan dan mengagumi kehebatan Zuko. Sesekali Nerissa melihat kearah Zuko, rambutnya yang kini terurai membuat Nerissa iri dengan keindahannya. Namun Nerissa sedikit menyayangkan ketampanan Zuko yang tetutupi oleh rambut panjangnya. “Zuko” Nerissa menutup bukunya lagi dan menatap Zuko dengan serius. Di raihnya wajah Zuko untuk menatapnya “Rambutnmu harus di potong agar kau terlihat rapi.” Pikirnya lagi memperhatikan bagaimana rambut panjang Zuko tergerai indah yang membuat ketampanannya yang berlebihan itu berubah menjadi sesuatu yang cantik. “Ini ciri wibawa, nona” jawab Zuko. “Tidak, kau harus memotong rambutmu.” Ralat Nerissa dengan wajah yang sedikit memerah karena terpukau teringat bagaimana indahnya warna mata Bert. Sangat mirip, Bert dan Zuko memiliki kesamaan dimana mereka memiliki dua bola mata yang berbeda. “Istirahatlah dulu, besok  kita pergi. Aku juga butuh tidur.” Nerissa beranjak. “Nona” Zuko meraih tangannya Nerissa dan menahan kepergiannya. “Anda mau kemana?” Tanyanya terlihat bingung dan takut untuk di tinggalkan. “Kamarku ada di sebelah, jika kau butuh sesuatu datang saja. Mulai sekarang kau tidur disini. Kau paham?” Tegas Nerissa membuat Zuko mengangguk patuh bagai hewan peliharaan. Zuko diam membeku melihat pintu di hadapannya kembali tertutup setelah Nerissa keluar, dia memandangi sekitar dan mengambil buku yang tergeletak di sampingnya. Zuko mengangkatnya dan menyimpanya di atas kepala menyerap semua yang ada di dalam buku itu. Waktunya Zuko di daratan tidak akan bisa lama, dia harus segera mencari orang yang di carinya sebelum Zuko benar-benar menjadi manusia. Zuko tidak ingin mendapati kematian untuk yang kedua kalinya, dia ingin abadi dalam ketenangan tanpa dosa dan keserakahan. Zuko menarik napasnya dalam-dalam dan melihat ke luar halaman, dia terduduk dengan tegak di atas kursi memandangi langit tanpa bosan. *** “Daddy, apa aku boleh masuk” Nerissa mengetuk pintu ruangan kerja ayahnya. Gadis itu terlihat ragu dan canggung, namun dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi dan harus segera berbicara kepada Lucas. “Masuklah Nerissa” jawab Lucas. Nerissa langsung masuk melihat kesendirian Lucas yang tengah bekerja, Lucas ayahnya adalah tipikal seorang ayah yang keras dan sangat cukup menakutkan. Terkadang Nerissa menangis cengeng karena kemarahan Lucas yang menginginkan dirinya untuk disiplin seperti Kenan kakaknya. Namun apa daya, Kenan memang memiliki sifat yang sangat sama seperti Lucas. Sementara Nerissa lebih mirip seperti ibunya yang cengeng dan sensitif. Namun di sisi lain, Lucas adalah ayah yang sangat baik dan siaga, apapun yang Nerissa inginkan selalu dia berikan selama itu masuk akal. Lucas dan Kenan selalu menjadi tameng Nerissa dan melindunginya dari siapapun yang membuat Nerissa sedih. Lucas juga adalah seorang ayah yang menghargai perbedaan juga pendapat Nerissa selama itu tidak berbahaya. “Daddy..” suara Nerissa melembut begitu berdiri di belakang Lucas. “Apakah Daddy sibuk?.” Tanya Nerissa nyaris tidak terdengar, Nerissa sudah bisa melihat kesibukan Lucas sekarang, namun dia tidak bisa bicara langsung begitu saja tanpa berbasa basi. “Tidak Nerissa, ada apa?.”  “Aku ingin sesuatu.” Pintanya dengan senyuman lebar memijat bahu Lucas. Lucas sudah tahu sejak Nerissa mengetuk pintu, Nerissa akan selalu datang ke ruangan kerjanya jika menginginkan sesuatu. Sama seperti Alexa, isterinya. “Katakan.” Bibir mungil Nerissa membentuk senyuman lebarnya, seketika, dia memeluk bahu Lucas dan. “Aku ingin Zuko masuk sekolah denganku, Kenan kan sudah lulus. Zuko bisa menjagaku disana. Kita bisa menjadi teman yang baik, aku juga suka dengan Zuko.” Lucas terdiam sesaat terlihat tidak keberatan dan tidak menunjukan persetujuan juga.  “Minta Shwan untuk mengurusnya. Zuko harus melewati ujian, jika dia lolos dia masuk sekolah lain.” Cukup lama Nerissa terdiam dan memikirkan kata-kata yang tepat untuk di ucapkan mengenai keresahan utamanya. “Tapi Zuko tidak memiliki indentitas, bisakah Daddy mengurusnya juga?.” Cengir Nerissa sedikit gugup. “Apa maksudmu Nerissa?. Kenapa dia tidak memiliki identitas?. Kau kau sudah bilang identitasnya hilang, kita tinggal meminta bantuan ke kedutaan negaranya berasal.” “Tapi itu lama.” “Itu tidak akan lama Nerissa, setiap Negara menjamin keselamatan warga Negara mereka sendiri. Lagi pula, kau bilang dia akan tinggal sementara di sini” Nerissa menggeleng sedih tidak memiliki jawaban apapun untuk di katakan, dia tidak pandai berbohong apalagi kepada orang tuanya. “Aku mohon, buat identitas untuk Zuko. Aku sangat menyuikainya, aku memiliki teman di rumah saat semua orang pergi bekerja. Dia sangat baik dan penurut. Aku ingin Zuko segera masuk sekolah dan tidak menunggu, aku akan mengisi semua datanya, Daddy hanya perlu meminta Shwan mengurus sisanya. Aku tidak ingin Zuko di anggap sebagai imigran gelap di sini.” Rengek Nerissa mengeluarkan jurus terakhirnya. Lucas memijat batang hidungnya dengan sedikit keras, dengan terpaksa dia mengangguk “Baiklah, nanti akan di urus setelah aku meyelidikinya.” Jawabnya dengan sedikit keberatan. Rengekan Nerissa langsung berhenti, “Terimakasih Daddy” ucapnya seraya mengecupi pipi Lucas sebelum dia kembali berlari keluar. Permasalahan identitas Zuko kini akan di tangani oleh ayahnya, Nerissa tidak perlu merasa resah lagi membawa Zuko bepergian. *** Matahari bergerak perlahan tenggelam membawa cahayanya di upuk barat, sejak beberapa jam yang lalu, Zuko masih diam di tempatnya dan terlihat tidak tergoyahkan oleh apapun. Nerissa tidak datang ke kamarnya lagi sejak menunjukan kamar untuknya. Suara gerakan di pintu terdengar, Zuko menengok melihat kedatangan Lucas yang terlihat angkuh dan wasapada. Meski dia sudah berada di bawah pengaruh Zuko untuk bersikap baik dan menerimanya, namun Lucas tetaplah seorang ayah yang peduli terhadap apapun yang bersangkutan dengan puterinya. Lucas berdeham terlihat kaku, “Ikut aku sebentar.” Zuko langsung beranjak dan mengikuti kemana Lucas akan membawanya tanpa kekhawatiran sedikit pun. Rupanya Lucas membawa Zuko pergi ke luar rumah, tepatnya berada di halaman lapangan golf. Mereka duduk saling berhadapan di temani segelas anggur. Zuko tidak bicara sedikitpun, dia tidak tergertak dengan tatapan tajam Lucas yang penuh penilaian, menilai apakah Zuko pantas berteman dengan puterinya atau tidak. “Minumlah.” Lucas mengambil gelas anggur di hadapannya, begitu pula Zuko yang langsung mengambil gelasnya dan mengikuti pergerakan Lucas. Zuko masih bisa menerima sesuatu yang berbentuk air untuk masuk ke dalam mulutnya, air-air itu akan melebur hilang tanpa sampai ke dalam perutnya. Zuko mengikuti apa yang Lucas lakukan, dia meminum anggurnya. Ekspresi datar Zuko berubah seketika dengan mata terbelalak merasakan sensasi baru dalam hidupnya. Zuko meletakan kembali gelas kosongnya di meja, namun tangannya mengambil botol anggur di atas meja dan langsung meminumnya dari sana. Zuko merasakan sensasi dimana lidahnya terasa seperti di pijat. Lucas langsung berdecih jijik melihatnya. Sikap Zuko seperti anak muda yang baru mengenal alcohol. Lucas berdeham cukup keras mengisyaratkan Zuko untuk mendengarkan apa yang akan dia ucapkan. “Apa yang kau miliki untuk menjamin jika kau pantas untuk menjadi teman puteriku?” tanya Lucas secara langsung begitu saja. Kepala Zuko mendongkak mencari-cari sisa-sisa tetesan anggur yang terjatuh dari bibir botol. Zuko langsung duduk dengan benar kembali dan menatap Lucas, “Saya mahluk yang bertanggung jawab.” Jawab Zuko. “Tanggung jawab saja tidak cukup.” Kali ini Zuko terdiam. “Apa yang kau suka dari puteriku?” tanya Lucas lagi. Zuko terdiam sejenak, tidak ada yang dia sukai dari Nerissa selain membutuhkan bantuannya untuk bisa bertahan dengan meminjam sebagian jiwanya, Zuko di cipatakan sebagai mahluk yang tidak bisa membenci maupun menyukai. Dia akan memperlakukan semua orang dengan sama, yang salah di hukum dan yang benar dia bela. Rasa suka Zuko tidaklah berbentuk dari perasaan, namun kesetiannya. Seperti kesetiaannya sekarang kepada seseorang yang tengah di carinya. Kepala Zuko bergerak ke sisi memperhatikan Lucas dan melihat apa yang harus dia katakan kepada Lucas sebagai jawaban. “Saya dan Nona Nerissa sudah saling berbagi kehidupan dan tubuh, kami terikat.” Jawabnya dengan jujur. Rahang Lucas mengetat seketika dengan tangan terkepal kuat, “Apa maksudmu?!” geram Lucas marah hingga menerjang meja di depannya dan membuat Zuko terjungkal ke belakang. Lucas langsung berdiri dengan napas tidak beraturan. “Berani-beraninya kau menodai puteriku.” Lucas salah menangkap ucapan Zuko, namun Zuko yang memasang ekspresi datar hanya terbaring dan segera duduk di atas rerumputan dengan ekspresi datarnya. Zuko tidak terintimidasi sedikitpun apalagi merasa bersalah. “Kau mau mati” geram Lucas yang melangkah dan berdiri di hadapan Zuko, Lucas membungkuk mencengkram kerah baju Zuko dan menatapnya dengan tajam. “Jangan pernah menyentuh puteriku, atau ku patahkan tanganmu.” Ancamnya dengan penuh tekanan. “Jauhi puteriku, pergi sekarang juga, tidak akan aku biarkan bajin9an siapapun menyentuh puteriku.” “Tidak” jawab Zuko dengan datar dan tetap menatap mata Lucas. Tangan Lucas terkepal kuat dan melayang di udara. “Dadd” panggil Nerissa hampir seperti sebuah teriakan dan berlari terburu-buru, Nerissa langsung memisahkan Lucas dan Zuko. “Apa yang Daddy lakukan?.” Kemarahan di wajah Lucas tetap tidak bisa dia sembunyikan, “Kau, bagaimana bisa kau menyukai pria berambut seperti kuda pony Nerissa?.” “Dia temanku, aku kan sudah mengatakannya” jelas Nerissa seraya membantu Zuko berdiri dan berbisik menanyakan keadaannya karena khawatir, Nerissa sudah bisa menebak ini akan terjadi. Nerissa sudah terbiasa dengan Lucas yang mengganggu setiap pria yang dekat dengannya karena semasa muda Lucas, dia adalah pria bren9sek. Lucas tidak ingin puterinya di dekati pria yang memiliki karakter sama sepertinya saat masih muda. “Teman katamu?. Dia bilang kalian sudah berbagi tubuh dan terikat, sadarlah Nerissa, kau masih muda. Fokuslah belajar dan bermain sewajarnya” nasihat Lucas menahan teriakannya. “Dad!. Jangan salah paham, aku masih mencintai Bert. Zuko ini temanku, kami memiliki ikatan batin yang kuat seperti saling berbagi tubuh” teriak Nerissa dengan kesal. Lucas membungkam mendengarnya, Lucas mengusap tengkuknya dan terlihat masih menahan kesalnya karena Nerissa membela Zuko. “Antar dia ke kamarnya.” Kata Lucas yang kini segera pergi. To Be Continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD