Perjalanan pulang menuju rumah menghabiskan waktu yang lebih banyak dari biasanya. Kenan terlalu banyak berhenti hanya untuk berkomunikasi hingga perjalanan mereka menghabiskan waktu lima jam.
Sepanjang perjalanan Nerissa memberitahukan Zuko bagaimana cara dia bersikap dan berantisipasi bila nanti ayahnya ngamuk. Tidak hanya itu, Kenan mengingatkan Zuko untuk ingat alur sekenario cerita yang mereka buat untuk membohongi Lucas.
Sementara Zuko hanya bisa memangut-mangut mengerti dengan semua yang di ucapkan Kenan maupun Nerissa, pikiran Zuko lebih berkelana menghapal semua hal yang di lewatinya dan mencari-cari keberadaan seseorang yang tengah di carinya.
Kenan membelokan mobilnya begitu gerbang rumahnya terbuka. Kenan dan Nerissa terlihat saling berpandangan sejenak terlihat sedang saling menguatkan, Kenan bertanggung jawab sepenuhnya bila kebohongan mereka nantinya terbuka. Karena itu dia ingin semuanya berjalan lancar.
“Ini rumahku, kau harus ingat semua yang aku dan Kenan katakan. Kau paham?” kata Nerissa dengan serius.
Zuko mengangguk kecil.
“Peliharaan baik” puji Nerissa mengusap kepala Zuko seperti seekor anjing.
“Jangan menyebutnya peliharaan Nerissa, tidakkah kau lihat tampangnya adalah manusia. Jika kau memanggilnya seperti itu, kau hanya akan membuat Daddy curiga. Dia manusia, perlakukan layaknya sebagai manusia. Kau sudah berjanji akan memperlakukannya sebagai temanmu, jangan membuat semua yang kita rencakan menjadi sia-sia” omel Kenan kesal.
Nerissa tertunduk dengan cemberutan tidak setujunya, “Tapi dia peliharaanku.”
“Bahkan mahluk sekelas binatang sekalipun yang sering kita pelihara selalu di anggap teman. Dan kau akan menganggap mahluk berwujud manusia ini peliharaan?” Tanya Kenan penuh tekanan. Sekalipun Kenan terkenal jahat dan memiliki mulut yang sangat kasar menyebalkan, namun dia tidak pernah menginginkan adiknya bertindak salah.
Nerissa tertunduk dan melihat tangannya yang saling bertautan. “Maafkan aku Kenan.”
“Jangan meminta maaf padaku Nerissa” lirih Kenan tidak setuju. “Minta maaf pada Zuko. Dia terlalu polos dan bodoh karena itu dia tidak marah atas perlakuanmu.”
“Maafkan aku Zuko” aku Nerissa dengan tulus.
Zuko hanya mengangguk kecil tidak menunjukan ekspresi apapun.
“Ayo keluar.” Ajak Kenan yang segera pergi lebih dulu keluar.
Nerissa menarik nafasnya perlahan dan melihat kearah Zuko yang masih duduk di tempatnya. Sekeras apapun Nerissa memandang Zuko sebagai manusia, namun hati dan pikirannya tetap mengatakan tidak. Jiwa Nerissa yang terbagi dengan Zuko memberikan perasaan kuat yang memberitahu Nerissa bahwa Zuko tidak sama dengan dirinya.
Namun Nerissa tidak tahu harus menjabarkannya dengan tindakan maupun dengan kata-kata yang seperti apa.
“Ayo Zuko” Nerissa keluar di ikuti Zuko dan pergi memasuki rumah.
Ada perasaan was-was pada Nerissa memikirkan bagaimana cara yang berbohong dengan benar, tidak ada cara lain selain mendapatkan dukungan dari ibunya, dengan begitu dia akan aman.
Melihat kegelisahan Nerissa yang terlihat sangat nyata karena jiwa mereka terbagi, Zuko melangkahkan kakinya lebih lebar dan menjangkau bahu Nerissa.
“Nona” Zuko melangkah di belakang Nerissa, rambutya yang putih indah itu kini terikat dengan rapi. Langkah Nerissa terhenti karena pelukan Zuko yang memeluk bahunya. “Jangan takut, saya akan melindungi nona” ucap Zuko dengan tegas.
Tubuh Nerissa menegang, namun dia merasakan perasaan aman dan percaya dengan ucapan Zuko. Meski memiliki Kenan yang selalu bersamanya, Kenan selalu memprioritaskan Endrea di banding dengan dirinya, dan sekarang Nerissa kembali merasakan perasaan terlindungi lagi dari Zuko.
Inilah sebabnya kenapa Nerissa ingin membawa Zuko. Selain karena ada ikatan batin yang kuat dia rasakan, Nerissa juga merasa ada seseorang yang bisa menemani dan mengerti dirinya di saat kedua orang tuanya juga Kenan sibuk dengan urusan mereka sendiri.
“Terimakasih” senyum Nerissa kehilangan rasa takut dan resahnya dengan cepat.
Pelukan Zuko terlepas, dia langsung menarik tangan Nerisa dan membawanya pergi memasuki rumah mengikuti kemana Kenan pergi. Nerissa hanya tercekikik geli membiarkan Zuko menuntunnya.
“Dimana Nerissa?” suara seorang wanita terdengar begitu jelas ketika Zuko dan Nerissa memasuki rumah.
“Di luar, aku pergi ke kamar dulu Mom” pamit Kenan setelah memeluk ibunya. Kenan terlihat memilih mundur secepatnya agar tidak terhindar dari pertanyaan apapun karena Lucas ayahnya akan bersikap lebih lembut kepada Nerissa meski tetap tegas.
Perhatian Alexa langsung teralihkan kepada Nerissa dan Zuko yang baru datang. Pandangan Alexa lebih tertuju pada Zuko yang baru pertam kali di lihatnya, “Nerissa siapa dia?” Tanya Alexa langsung pada intinya.
Tidak seperti biasanya Nerissa membawa pria ke dalam rumah, Alexa sendiri selama ini tahu bahwa puterinya Nerissa menyukai Bert. Sangat mengejutkan karena ini untuk pertama kalinya dia melihat puterinya membawa orang asing ke rumah.
Seketika genggaman Zuko terlepas dia berlindung di belakang Nerissa. Sikap antisipasi Zuko terhadap orang asing yang menjurus padanya langsung membuatnya berhati-hati layaknya hewan. Zuko sangat waspada kepada orang yang baru di lihatnya karena dia terluka parah oleh oleh manusia asing juga.
Zuko meneliti Alexa di balik tubuh Nerissa dan meliti apakah Alexa berbahaya atau tidak.
“I.. ini temanku Mom” jawab Nerissa terbata denan cengiran kakunya, Nerissa berbisik meminta Zuko untuk segera melakukan tugas yang dia bicarakan sepanjang perjalanan pulang.
Setelah melihat Alexa dengan seksama, Zuko maju ke depan dalam satu langkah. “Saya Zuko, saya teman Nona Nerissa” Zuko membungkuk memberi hormat dan mempekenalkan diri.
Alexa terdiam sesaat, namun matanya yang bebinar tidak dapat menutupi rasa kagumnya dengan ketampanan Zuko hanya dengan melihat dari jarak dekat, bahkan setiap gerak tubuh Zuko memancarkan cahaya bak taburan berlian. “Kau seorang model?. Kau sangat berkilau seperti berlian.”
Kepala Zuko langsung terangkat dan menatap bingung tidak mengerti apa itu model. Dengan mantap Zuko menggeleng, “Saya seekor ikan” jawabnya jujur.
Seketika Alexa tertawa geli mendengaran jawaban konyol temannya Nerissa itu.
“Mom, apa Zuko boleh tinggal di sini untuk sementara waktu?.” Tanya Nerissa penuh harap.
“Siapa yang kau maksud Nerissa?” tanya Lucas yang berdiri di tangga, pria paruh baya itu langsung menatap tajam penuh perhitungan begitu melihat anak puterinya membawa seorang pria untuk pertama kalinya. Dalam setiap langkah Lucas dia hanya memandang Zuko penuh penilaian. “Siapa dia?. Untuk apa dia berdiri terlalu dekat denganmu?.”
“Daddy.. itu anu..” Nerissa mendadak gagu, “Ini Zuko. Dia menolongku sewaktu aku di pantai, aku jatuh dari tebing dan terseret ombak. Zuko menolongku. Aku membawanya karena kasihan dia kecopetan, identitas dan uangnya hilang padahal dia hendak berlibur di Emilia Island. Aku ingin membawanya tinggal disini untuk membalas budinya selama menunggu pengurusan kepulangannya.” Nerissa mulai berdalih dan bersikap setenang mungkin meski ada banyak getaran gugup di beberapa patah kata yang terucap dari mulutnya.
“Jika kau ingin membalas budi, kau bisa membiarkan dia tinggal di vila atau hotel untuk sementara waktu, Nerissa. Tidak membawanya kemari. Bawa dia ke kantor polisi atau kantor kedutaan untuk menangani masalahnya” tekan Lucas melangkah lebar dan berdiri tepat di hadapan Zuko. Bola matanya yang biru itu, masih menatap tajam Zuko penuh perhitungan. “Apapun kebaikan yang dia berikan kepada keluargaku, aku akan membalasnya. Tapi tidak dengan tinggal satu atap dengan anak dan isteriku.”
“Tapi Dad, apa masalahnya?”
“Orang asing tetaplah orang asing Nerissa, kau tidak tahu apa dia orang baik atau sebaliknya.”
“Hanya untuk be_”
“Tidak Nerissa” sela Nicholas menghentikan ucapan Nerissa.
Seketika Nerissa tertunduk sedih mendengar jawaban Lucas yang tidak bisa di ganggu lagi olehnya.
“Ayolah Lucas, kau tidak lihat Zuko ini. tatapannya sangat lugu aku yakin dia pria baik, dia juga sangat tampan dan berwajah berlian, dia sangat cocok menjadi seorang bintang. Biarkan saja dia tinggal disini sementara waktu” bela Alexa penuh semangat.
“Kau jangan kecentilan Alexa” pelotot Lucas tidak suka.
“Aku tidak kecentilah” teriak Alexa membela diri, “Aku hanya sayang dengan wajah dan tubuh berliannya, dia akan menghasilkan banyak uang dengan itu selama menunggu urusannya di selesaikan. Nerissa juga terlihat menyukainya.”
“Jadi maksudmu kau tergoda pada pria sialan ini?, kau berfikir uang dariku tidak cukup, dan kau akan mendekati cecunguk ini karena bisa menjanjikan dan menghasilkan uang yang banyak?” tuduh Lucas yang kini langsung berdecak pinggang.
“Lucas, kau berlebihan. Dasar breng5ek emosian”
“Kau yang lebih dulu berteriak padaku, dasar cerewet kecentilan.”
“Aku berteriak karena kau memelototi aku!” Alexa menghentakan kakinya ke lantai karena kesal, selalu saja dia bertengkar mempertengkarkan hal yang konyol dengan Lucas.
“Aku membentakmu karena kau terang-terangan menggoda pria lain di depanku Alexa. Kenapa kau tidak sadar diri dengan kulit yang mulai keriput itu, kau tidak cocok dengan mahluk halus seperti dia!” tunjuk Lucas membuat Zuko menjadi sasaran.
“Apa katamu?, aku keriput?. Kau sendiri harusnya sadar diri, kau fikir kau masih tampan hah. Aku tahu gigi gusimu sudah ada yang goyang, uban di kepalamu sudah semakin banyak dan kau kena rematik.”
“ALEXA!” Bentak Lucas.
“Dadd.. Momm… jadi, bagaimana?” cengir Nerissa yang sejak tadi hanya menjadi pajangan di antara kedua orang tuanya yang tengah bertengkar membicarakan hal-hal yang konyol hanya untuk mempertahankan harga diri mereka masing-masing.
“DIAM NERISSA!” Teriak Alexa dan Lucas berbarengan dan kembali melanjutkan pertengkaran mereka untuk saling menjatuhkan.
Zuko yang sejak awal hanya diam mulai merasa terganggu dengan pertengkaran ALexa dan Lucas yang mengingatkan dirinya pada lumba-lumba yang berkejaran tengah kawin di laut. Sangat agresif dan berisik.
Tangan Zuko sedikit bergerak memandangi sebuah botol wine di atas meja. Dalam satu kedipan mata, botol itu terpecah berhamburan hingga menghentikan perdebatan di antar Alexa dan Lucas. Dua tetes wine terangkat cepat di udara dan menembak permukaan kulit Alexa dan Lucas.
Keterdiaman Alexa dan Lucas menjadi semakin panjang. Kedua orang itu saling memandang merasakan sesuatu benda asing bergerak cepat di peredaran tubuh mereka.
“Tuan, Nyonya” panggil Zuko kaku membuat Alexa dan Lucas langsung menengok bersamaan dan menatap Zuko dengan lekat. “Apa saya boleh tinggal disini?.” tanya Zuko dengan nada datarnya.
“Masuklah, Nerissa antar Zuko ke kamarnya” jawab Lucas dengan tenang. “Ayo sayang” Lucas menarik bahu Alexa dan membawanya pergi. Sikap mereka langsung berubah dengan cepat begitu saja hanya dengan pengaruh kekuatan Zuko.
Sejenak Nerissa terdiam bingung nyaris pingsan karena begitu kaget mendengar jawaban Lucas yang berubah pikiran dengan sangat mudah. Sebuah keajaiban untuk Nerissa karena ayahnya yang sangat posesif kepadanya memperbolehkan Zuko tinggal begitu saja.
“Dadd.. apakah itu benar?” tanya Nerissa dengan tidak percaya dan butuh meyakinkan lagi mengenai jawaban ayahnya benar adanya.
Lucas sedikit berbalik dan melihat puterinya, “Lantas kau mau apa Nerissa?.”
Nerissa langsung menggeleng cepat dengan senyuman lebarnya. “Tidak Dad, terima kasih banyak” ucapnya hampir berteriak. Meski sangat membingungkan dan tidak masuk akal, Nerissa tidak boleh membuang kesempatan ini dan harus segera membawa Zuko pergi sebelum Lucas berubah pikiran.
To Be Continue...