Pemberian yang Berharga Tapi Bohong

1205 Words
Lola bertemu Viko di salah satu cafe di pusat kota. Sesampainya disana, ternyata Viko sudah menunggu. Salah satu alasan mengapa Lola mau bertemu dengan Viko adalah karena Lola tertarik dengannya. Dan untungnya, Viko juga tampak menunjukkan ketertarikan yang sama. “Hai,” ucap Lola. “Halo. Mari silahkan duduk,” ucap Viko. “Thank you,” ucap Lola kemudian duduk saling berhadapan dengan Viko. “Maaf ya aku telat. Tadi kejebak macet soalnya,” ucap Lola. “Kamu gak telat kok, soalnya aku juga baru dateng. Btw makasih ya kamu udah mau makan sama aku,” ucap Viko. “Sama-sama aku juga makasih ya udah diajak makan siang.” ucap Lola. Viko meminta maaf, “Tadinya sih aku juga mau ngajak kamu jalan tapi berhubung nanti aku ada urusan, gak jadi jalan deh kita.” “Santai aja. Urusan kamu kan lebih penting. Lagian kita kan bisa jalan kapan aja,” ucap Lola. “Makasih ya kamu udah pengertian banget sama aku,” ucap Viko. “Kamu dari tadi kok bilang makasih terus sih hehehe.. Santai aja anggap aja kita udah kenal lama,” ucap Lola. “Tapi emang bener loh. Meskipun kita baru kenal tapi rasanya kayak udah kenal lama,” ucap Viko. “Aku ngerasanya juga gitu,” ucap Lola. “Ya ampun sampai lupa aku nawarin kamu makan padahal makannya udah ada didepan kamu. Ayo dimakan aku udah pesenin kamu makanan paling enak di cafe ini,” ucap Viko. Karena ditawari, akhirnya Lola makan makanan itu. Viko dan Lola mengobrol banyak hal untuk mencairkan suasana. “Ngomong-ngomong kamu kenapa sih mau ketemuan sama aku? Padahal kan kita baru kenal,” ucap Viko penasaran. “Aku suka menambah teman baru apalagi kalau orangnya sebaik kamu,” ucap Lola. “Ah.. kamu bisa aja. Kamu juga baik,” ucap Viko. “Oh iya, kamu udah punya pacar belum? Kan gak asik kalau aku ketemuan sama pacar orang,” ucap Viko. “Belum. Aku belum punya pacar,” jawabnya. “Masa cewek secantik kamu gak punya pacar?” tanya Viko. “Kamu tanya atau ngasih tahu? Kalau kamu tanya dan udah aku jawab berarti harusnya percaya dong,” ucap Lola. “Hahaha iya juga sih. Aku cuma mau memastikan aja,” ucap Viko. Viko berkata “Kalau begitu kapan-kapan kita bisa kan ketemu lagi? Aku siap kok nemenin apa yang kamu mau. Kita jalan oke, makan boleh, atau apapun yang kamu inginkan aku pasti mau.” “Bisa dong. Kalau kamu pengen ketemu aku, tinggal hubungi aja aku. Nanti kita atur waktu,” ucap Lola. Sebenarnya, Viko ingin mengorek lebih banyak informasi tentang Lola sehingga ia dapat mengenal Lola lebih dalam. Namun, Viko sadar bahwa mereka masih baru berkenalan dan rasanya tidak pantas jika Viko langsung bertanya tentang Lola secara detail. Viko akan bertanya tentang itu pada Lola tapi nanti setelah mereka sudah lama mengenal. “Aku punya sesuatu buat kamu,” ucap Viko sambil memberikan sebuah kotak hadiah kecil. “Apa ini?” tanya Lola. “Buka aja,” ucap Viko. “Viko baik banget sampai ngasih aku hadiah segala,” batin Lola sambil membuka kotak hadiah itu. “Tadinya aku ragu mau kasih itu ke kamu. Aku takut kamu udah punya pacar dan aku takut pacar kamu salah paham. Setelah aku tahu kamu belum punya pacar, aku jadi lega deh kalau mau kasih itu ke kamu. Sebenarnya isinya bukan sesuatu yang mahal tetapi sangat berkesan,” ucap Viko. Awalnya, Lola penasaran dengan apa isi kotak hadiah itu. Lola berpikir Viko memberikan hadiah yang tak pernah ia duga sebelumnya. Dan ternyata benar, isi kotak hadiah itu benar-benar unik. Viko memberikan boneka beruang kecil dan sebuah gelang plisket berwarna hitam. “Aku kira isinya apa ternyata cuma boneka kecil dan gelang plisket,” batin Lola melihat hadiah yang dia terima. “Aku kasih itu sebagai tanda pertemanan kita,” ucap Viko pada Lola. Melihat ekspresi Lola yang tak begitu senang membuat Viko sedih. Viko tahu apa yang ia berikan memang bukan barang yang mahal atau mewah. Namun, Viko mengatakan bahwa sesuatu yang ia berikan sangat berkesan. Viko bahkan menceritakan cerita apa dibalik gelang dan boneka itu. “Kenapa? Kamu gak suka ya sama apa yang aku kasih?” tanya Viko. “Enggak… Kamu jangan salah paham. Aku suka kok. Nih aku pakai,” ucap Lola memakai gelang yang diberikan oleh Viko. “Gelang dan boneka kecil itu punya cerita panjang dan sangat berarti dalam hidupku. Gelang dan boneka itu adalah barang yang aku kasih ke mantan aku yang udah meninggal. Aku udah pacaran lama sama dia tapi Tuhan lebih sayang dengan dia. Sebelum dia meninggal, dia kasih gelang dan boneka itu lagi sama aku. Dan dia ingin gelang dan boneka itu diberikan pada orang yang tepat,” ucap Viko. “Kamu yakin aku orang yang tepat?” tanya Lola. “Hatiku berkata begitu. Setiap kali aku melihat kamu, aku seperti melihat mantan aku. Rasa rinduku dengannya terobati ketika aku melihat kamu. Hidung kamu, alis kamu, bibir kamu, bahkan struktur wajah kamu sangat mirip dengan mantan aku. Apa yang ada di diri mantan aku juga ada di diri kamu,” ucap Viko. “Yang sabar ya. Semoga mantan kamu sudah bahagia disana,” ucap Lola. “Maaf ya kalau aku udah cerita soal pribadiku. Aku gak maksa kamu terima itu kok dan kamu boleh menolaknya,” ucap Viko. “Aku mau kok malah aku seneng dapat ini. Aku merasa dapat amanah yang begitu besar ketika kamu kasih barang yang berarti dalam hidup kamu. Kamu tenang aja, aku pasti akan jaga gelang dan boneka ini. Aku udah pakai gelang yang kamu kasih dan aku akan simpan boneka yang kamu kasih juga,” ucap Lola. “Makasih ya. Aku seneng kenal sama kamu,” ucap Viko. “Iya. Aku juga seneng kok kenal sama kamu. Makasih juga ya kamu udah kasih sesuatu yang berharga dalam hidup kamu,” ucap Lola. “Karena aku tahu kamu orang yang tepat dan kamu pantas mendapatkan itu,” ucap Viko. Melihat Lola tersenyum membuat Viko juga ikut tersenyum. Viko sangat pintar dalam menggaet hati wanita sehingga mudah untuk mendapatkan cinta yang dia mau. Viko yakin Lola memiliki rasa padanya tetapi Viko tak mau buru-buru menyatakan cinta pada Lola. Viko akan menunggu waktu yang tepat. Viko harus mengetahui dulu tentang siapa Lola yang sebenarnya. Viko harus tahu asal usul keluarga Lola, seberapa kaya keluarganya, dan apakah memungkinkan jika Viko mendekatinya. Jika Lola berasal dari keluarga kaya raya, Viko akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan cinta Lola. Jika tidak, Viko akan menjauh. Sebenarnya, Viko hanya mengarang cerita saja. Gelang dan boneka kecil itu bukan milik mantannya yang sudah meninggal. Namun, itu hanya sebagai cara untuk membuat Lola simpati padanya. Karena mereka baru kenal, Viko tak mau mengeluarkan banyak uang hanya untuk memberikan hadiah pada Lola. Oleh sebab itu, Viko hanya memberikan gelang dan boneka kecil karena harganya murah dan tidak menguras kantong Viko dalam-dalam. Viko tak peduli dengan apa yang dia ceritakan karena sebenarnya ceritanya hanya fiktif belaka. ****** Setelah selesai makan di cafe tersebut, Lola dan Viko kemudian berpisah untuk pergi. Viko sedang mengurus urusannya, sedangkan Lola akan pulang. Ketika hendak pulang, Lola menerima telepon dari Sela. Kekasih kakaknya itu meminta Lola datang menemuinya karena ada sesuatu yang ingin Sela katakan pada Lola.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD