Pertemuan Pertama

1875 Words
Evan Elvano atau yang akrab disapa Evan adalah pengusaha muda yang sukses dan kaya raya. Sayangnya, Evan sudah tidak memiliki orang tua lagi. Kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan kapal pesiar saat berlibur ke Italia pada tahun 2012 lalu. Sejak ditinggal orang tuanya, Evan yang meneruskan perusahaan properti warisan orang tuanya. Selain itu, Evan juga harus menjaga Lola, adik semata wayangnya yang kini beranjak dewasa.   Selain mengurus perusahaan warisan orang tuanya, Evan juga memiliki beberapa bisnis sendiri yang sudah ia rintis sejak kuliah dulu. Evan merupakan pengusaha mobil mewah, punya bisnis barang branded, dan juga sukses dengan mendirikan hotel dan restoran untuk kalangan menengah atas. Memiliki paras tampan dan hidup mapan, tentu tak sulit bagi Evan mendapatkan wanita.   Namun, Evan bukan tipe pecinta wanita. Evan tidak mudah mencintai wanita tapi kalau dia sudah cinta, dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan wanita itu. Selain itu, Evan juga sangat perfeksionis terlebih dalam urusan asmara. Meskipun sudah memiliki pacar cantik dan berkelas, Evan masih tak puas dan ingin mencari yang paling tepat baginya.   Suatu hari, Evan dan Lola baru saja menikmati liburan selama 7 hari di Brunei. Setelah berlibur, Evan bersama adiknya pulang ke Indonesia menggunakan salah satu maskapai penerbangan terbaik di tanah air. Maskapai itu terkenal dengan pelayanan yang berkualitas serta kecantikan pramugarinya. Evan dan Lola terbang dengan layanan business class.   Di Pesawat   Sebelum pesawat lepas landas, Evan menghubungi Dinda untuk memberi kabar bahwa ia akan pulang hari ini. Evan dan Dinda sudah berpacaran selama 3 tahun dan sampai saat ini, hubungan mereka masih langgeng.   Dinda adalah tipe wanita yang tidak cemburuan, pengertian, dan setia. Dinda dan Evan memiliki panggilan sayang yaitu “Beb”.   “Beb, aku jadi pulang hari ini nih,” tulis Evan melalui pesan singkat. “Syukur deh beb. Berarti besok kita jadi jalan kan?” balas Dinda melalui pesan singkat. “Jadi dong. Besok aku jemput ya. Oh iya, udahan dulu ya beb. Bentar lagi pesawat take off nih. Nanti aku kabari lagi ya kalau aku udah sampai,” tulis Evan lalu menyudahi chatnya. Beberapa saat kemudian, pesawat lepas landas dari Brunei ke Indonesia. Setelah 30 menit perjalanan, tiba-tiba Evan sakit perut dan langsung pergi ke toilet pesawat. Sementara itu, Lola masih di tempat duduknya sambil membaca majalah. Ketika pembagian makanan tiba, pramugari mulai memberikan makanan dan minuman kepada penumpang. Salah satu pramugari tak sengaja menumpahkan minuman dan mengenai Lola. Pramugari bernama Sela itu membawa nampan berisi jus tomat tetapi saat sedang berjalan tepat di samping kursi Lola, tiba-tiba penumpang di depannya berdiri dan menyenggol nampan hingga minuman itu tumpah ke pakaian Lola. Melihat bajunya kotor dan basah, Lola tak segan memarahi pramugari itu. “Ya ampun! Mbak kalau bawa minum hati-hati dong, baju saya kotor nih!” ucap Lola dengan nada tinggi. “Maaf, saya tidak sengaja,” ucap pramugari itu sambil berusaha membersihkan baju Lola yang kotor dengan tisu. Lola menolak dan memilih membersihkan bajunya sendiri, “Udah-udah saya bisa sendiri,” “Sekali lagi saya minta maaf. Tadi nampan yang saya bawa tersenggol,” ucap pramugari itu dengan wajah panik dan bersalah. Lola membaca name text pramugari itu, lalu berkata “Denger ya Mbak pramugari Sela Ruswita yang terhormat. Kalau salah ya salah aja, jangan nyalahin orang lain dong,” Setelah selesai buang air besar, Evan bergegas kembali ke tempat duduknya. Begitu melihat adiknya sedang terlibat permasalahan dengan salah seorang pramugari, Evan menyusulnya untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Lola, ada apa sih kamu marah-marah? Malu dilihat banyak orang tuh,” ucap Evan. “Gimana Lola gak marah kak. Dia numpahin jus tomat dan kena baju Lola. Wajar dong kalau Lola marah,” ucap Lola yang masih terluap emosi. “Saya benar-benar tidak sengaja. Saya mohon maaf,” ucap Sela. “Sudah gak apa-apa. Tenang aja, saya tidak akan melaporkan ini ke atasan kamu kok,” ucap Evan. “Apaan sih kak Evan. Yang kena kan aku, yang bajunya jadi kotor juga aku, tapi kok kakak yang ngomong gitu. Pokoknya Lola gak terima ya,” ucap Lola. “Cuma kena air tomat kan bukan air panas? Udahlah gak usah diperpanjang,” ucap Evan yang malah membela pramugari itu. “Mendingan kamu ke belakang dulu deh buat bersihin pakaian kamu. Tinggal di lap dikit pakai air juga bersih kan,” ucap Evan pada Lola. “Mbak tolong antarkan adik saya ke belakang ya,” ucap Evan pada pramugari lain untuk membantu Lola membersihkan bajunya yang kotor. “Aku bisa sendiri, gak ada yang perlu nganterin aku terutama dia,” ucap Lola lalu pergi ke toilet untuk membersihkan pakaiannya. Evan tahu awal mula permasalahan bukan dari adiknya tetapi Evan merasa tidak enak karena adiknya sudah bersikap tidak sopan. Lola belum bisa mengontrol emosinya dengan baik sehingga amarahnya tidak bisa dikendalikan. Dengan lapang d**a, Evan meminta maaf kepada semua penumpang di business class yang merasa terganggu atas masalah ini. “Semuanya saya minta maaf atas sikap adik saya yang mungkin membuat kalian merasa tidak nyaman,” ucap Evan. Ketika Lola membersihkan pakaiannya di toilet, Evan kembali duduk di kursinya. Rupanya ada sesuatu yang membuat Evan lebih membela pramugari itu, dibanding adiknya sendiri. Apalagi kalau bukan karena Evan tertarik dengan wanita bernama Sela itu. Sedari tadi, Evan terus memperhatikan Sela yang dengan telaten memberikan makanan dan minuman kepada penumpang. Lola kembali ke tempat duduknya dan mendapati sang kakak terus menerus memperhatikan pramugari yang telah menumpahkan jus tomat kepadanya. Hal ini membuat Lola yakin kalau Evan menaruh rasa pada wanita itu. “Matanya biasa aja dong kayak gak pernah lihat cewek cantik aja,” ucap Lola membuyarkan lamunan Evan. “Soalnya dia gak cuma cantik aja tapi cantik banget,” jawab Evan sambil tersenyum. “Tuh kan, mulai-mulai jelalatan lagi. Ingat kak, kakak udah punya kak Dinda. Jangan coba-coba ngelirik cewek lain” ucap Lola. “Bisa gak sih kamu biarin kakak menikmati pemandangan melihat bidadari dunia itu,” ucap Evan. “Lebay!” ucap Lola. “Dia adalah definisi cantik luar dan dalam. Udah punya body goals, kulitnya putih bersih, dan tutur katanya lemah lembut. Benar-benar wanita idaman,” ucap Evan. “Wajar dong kak. Namanya juga pramugari pasti lemah lembut lah. Ya kali dia mau marah-marahin penumpang dengan kasar,” ucap Lola. Beberapa saat kemudian, seorang pramugari datang dengan membawakan makanan dan minuman ke tempat Lola. Karena bersebelahan dengan kursi Lola, Evan meminta pramugari itu untuk membiarkan pramugari Sela yang mengantarkan makanan dan minuman untuk Evan. “Silahkan, selamat menikmati,” ucap pramugari itu. “Mbak-mbak. Bisa gak kalau yang nganterin makanan ke tempat saya nanti, pramugari yang itu,” ucap Evan sambil menunjukkan Sela yang sedang melayani penumpang lain. “Bisa mas,” jawab pramugari itu dengan ramah tamah. Mendengar permintaan sang kakak, Lola langsung berdiri dan berbisik di telinga pramugari, “Mbak, tolong jangan turutin permintaan kakak saya ya mbak. Khawatirnya, kalau pramugari itu yang nganterin makan dan minum ke tempat kakak saya, nanti kakak saya bisa ngamuk. Kakak saya gak bisa lihat cewek cantik, soalnya dia takut tersaingi,” bisik Lola pada pramugari. “Jadi gitu. Iya-iya, nanti biar saya suruh yang lain ya,” ucap pramugari itu. ***** Pramugari itu kembali ke belakang dan meminta temannya (selain Sela) yang mengantarkan makanan dan minuman ke tempat Evan. Karena yang mengantarkan bukan Sela, Evan curiga kalau Lola sudah berbicara yang aneh-aneh pada pramugari itu. “Selamat sore mas. Ini menu pesanan mas,” ucap pramugari menaruh makanan dan minuman itu ke meja, lalu kembali mengurus penumpang lainnya. “Tadi kamu ngomong apa sama pramugari? Tadi dia bilang iya tapi kok yang nganter makanan bukan yang kakak mau,” ucap Evan pada Lola. “Lola gak bilang apa-apa tuh,” ucap Lola santai. “Ya udah terserah deh kalau gak mau ngaku. Kakak masih banyak cara kok buat deketin dia,” ucap Evan. “Awas aja kalau kakak sampai pacarin tuh cewek. Aku bakal ngadu ke kak Dinda,” ucap Lola. “Berani ngadu? Kakak cabut fasilitas mobil mewah yang kakak kasih ke kamu dan kakak potong uang jajan kamu sebesar 99%” ucap Evan. “Eh..eh.. Jangan dong! Mainnya gitu ih, aku gak suka,” ucap Lola. “Makannya mending kamu makan aja tuh makanan kamu dan jangan ikut campur urusan kakak,” ucap Evan. 30 menit kemudian, pesawat sudah landing di bandara. Semua penumpang berhamburan turun dari pesawat tetapi tidak dengan Evan. Bukannya langsung pergi, Evan sengaja menunggu pesawat sepi. Tujuannya cuma satu yakni mendekati Sela. “Kak, turun sekarang yuk. Aku capek banget nih mau cepet-cepet pulang,” ucap Lola sambil memegang koper di tangan. “Tunggu bentar ya,” ucap Evan. “Apa lagi sih kak? Semua orang udah pada turun tuh,” ucap Lola. “Nah, itu dia orangnya. Kamu tunggu bentar disini ya,” ucap Evan lalu menyusul Sela yang sedang mengobrol bersama temannya sebelum turun dari pesawat. ***** Evan menghampiri Sela yang asyik mengobrol bersama teman-temannya, lalu Evan berkata “Halo, lagi pada ngapain nih mbak?” “Lagi istirahat sebentar mas,” ucap salah seorang pramugari itu. “Boleh kenalan gak? Kenalin namaku Evan Elvano panggil aja Evan,” ucap Evan sambil  mengulurkan tangannya ke tiga pramugari itu. “Halo. Saya Anggun,” ucap pramugari berambut pendek itu. “Saya Putri,” ucap Pramugari dengan gelungan rambut khasnya. Begitu Sela memperkenalkan dirinya, Evan langsung terpana. Jantungnya berdegup kencang dan gugup. Senyum manis dan paras menawan yang menghiasi wajah Sela benar-benar membuat Evan gemas. Evan tak sabar ingin lebih dekat Sela. “Saya Sela,” ucap Pramugari Sela yang diincar oleh Evan. Saat bersalaman dengan Sela, Evan terhanyut dalam lamunan sampai-sampai ia lupa melepas tangan Sela. Karena reflek, Sela langsung memaksa untuk melepas tangannya dari tangan Evan. “Maaf mas. Tangannya,” ucap Sela sambil tersenyum. “Eh iya sorry-sorry,” ucap Evan langsung melepaskan tangannya. Sementara itu, Lola yang melihat kelakukan sang kakak hanya bisa menggelengkan kepala. Lola heran dengan sikap playboy Evan yang tak pernah berubah sejak dia muda bahkan sampai sedewasa itu. Di usianya yang menginjak 29 tahun, Evan masih saja suka bermain-main dengan wanita. “Kak Evan, kak Evan. Kapan kamu berhenti menggoda wanita, kasihan mereka ujung-ujungnya kamu bikin sakit hati,” batin Lola sambil menggeleng kepala melihat kelakuan Evan. Tak mau kehilangan waktu dan kesempatan, Evan blak-blakan meminta nomor ponsel Sela. Dengan santainya, Evan mengulurkan ponselnya ke hadapan Sela agar Sela yang menulis nomor handphone secara langsung. “Hari ini aku beruntung banget. Kamu mau gak menambah keberuntungan aku biar aku makin bahagia?” tanya Evan pada Sela. “Apa yang bisa saya lakukan?” tanya Sela. Evan mengulurkan ponselnya, lalu berkata “Kasih nomer hape kamu dong,”           Sebenarnya, Sela sering menghadapi penumpang yang meminta nomor handphonenya dan tak ada satupun pria yang ia beri nomor ponselnya. Namun, kali ini Sela tergerak hatinya untuk memberikan nomor ponselnya pada Evan. “Ya udah boleh. Sini,” ucap Sela lalu menuliskan nomernya di hape Evan. Lola dari kejauhan, “Tuh kan bener. Lagian kenapa sih pramugarinya mau aja kasih nomer hapenya buat kak Evan,” “Makasih ya,” ucap Evan tersenyum sambil mengedipkan mata ke Sela. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Evan mengajak Lola turun dari pesawat. “Lola, ayo kita pulang,” ucap Evan pada Lola yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh. “Permisi. Makasih ya Mbak-Mbak,” ucap Evan pada ketiga pramugari itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD