First Kiss

1012 Words
Suara tepuk tangan, sorakan serta siulan masih bisa terdengar jelas saat Dion dan Angel berdiri berdampingan di panggung. Di tangan mereka masing-masing sudah ada piala sebagai penghargaan untuk prestasi mereka selama 3 tahun menempuh pendidikan di SMA. Di kepala mereka juga sudah tersemat mahkota layaknya raja dan ratu. Terlihat raut bahagia dan bangga pada wajah Dion dan Angel. "Duhh, mereka berdua cocok banget deh kalo berdampingan berdua kayak gini," ucap Rani sambil menikmati makanan ringan yang ada di depannya. Dinda pun mengangguk tanda setuju. Senyuman yang lebar mengembang di mulut mungil mereka berdua. "Gimana menurut kamu, Sil?" Rani menoleh ke arah Sisil dan menanyakan pendapatnya. Sisil agak terkejut karena sedari tadi dia terpana melihat Dion di panggung. Tentunya dalam lamunannya dia ada di posisi Angel, berdiri berdampingan dengan cowok pujannya. Tapi apa daya, semua itu cuma khayalan. "Ehh, oh, itu. Iya, iya. Cocok, cocok," jawab Sisil sekenanya. Ada rasa khawatir dalam hatinya, takut teman-temannya mengetahui perasaannya yang selama ini terpendam kepada Dion. Padahal sebenarnya dia tidak rela juga Dion berdampingan dengan Angel. Setelah pengumuman lulusan terbaik, Pak Samsul kembali memberikan pengumuman yang lebih menegangkan lagi. Yup, pengumuman kelulusan. Terdengar kembali pidato Pak Samsul yang panjang kali lebar. Semua siswa-siswi SMA Harapan Bangsa yang ikut dalam acara malam itu menyimak pidato Pak Samsul dengan serius sambil berharap agar mereka bisa lulus. Dan akhirnya pidato Pak Samsul masuk pada bagian yang paling ditunggu-tunggu. "Pada malam ini, Bapak umumkan bahwa siswa-siswi SMA Harapan Bangsa ... lulus 100 persen. Selamat Bapak ucapkan buat semua siswa siswi yang Bapak cintai." Pak Samsul mengakhiri pidatonya yang disambut sorakan bahagia dari semua siswa-siswi. Kali ini sorakan terdengar lebih keras daripada ketika tadi pengumuman lulusan terbaik dibacakan. Para remaja tersebut saling bersalaman dan berpelukan saling mengucapkan selamat. Ada juga yang mengeluarkan air mata bahagia karena terharu. Kerja keras yang sudah mereka lakukan selama tiga tahun ini membuahkan hasil yang memuaskan. Dan para remaja tersebut akan menyongsong tahap baru dalam kehidupan mereka. Acara pun masih berlanjut. Sang King and Queen of the Year dipersilahkan untuk mulai berdansa. Alunan musik lembut nan romantis mengalun diikuti para remaja yang mulai berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Yang punya pacar langsung berdansa dengan pacar mereka masing-masing. Yang belum punya pacar ya terpaksa berdansa dengan teman mereka. Dion dan Angel terlihat asyik berdansa berdua. Dion memandangi wajah Angel yang manis dan memberi tatapan yang hangat kepada Angel. Tangan kanannya memegang pinggang Angel dan tangan kirinya menggenggam tangan Angel. Sedari tadi, jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini dia berada sedekat ini dengan Angel. Tubuh Angel yang tinggi semampai berbalut dress pink selutut benar-benar membuat Dion tak mau berhenti berdansa. Dia ingin terus bisa dekat dengan Angel. Dari jauh Sisil hanya bisa memandangi kedekatan Dion dan Angel. Dia tahu bahwa belum ada hubungan apa-apa di antara mereka. Hanya saja, Dion sering curhat ke Sisil dan mengungkapkan kekagumannya pada Angel. Rasa cemburu pun hinggap di hati Sisil. "Boleh dance sama kamu ngga, Sil?" Suara bariton Dedi mengejutkan Sisil yang sedari tadi melamun sambil mencuri pandang ke Dion dan Angel. "Hai, Ded. Oh, ada apa tadi?" tanya Sisil gugup. "Aku boleh dance sama kamu ngga?" Dedi mengulangi pertanyaannya. "Oh ya, oke. Boleh, boleh," jawab Sisil seraya bangun dari duduknya dan mengikuti langkah Dedi. Sisil pun terbawa alunan musik dan menikmati dansa dengan Dedi. Kebetulan posisi mereka tidak berjauhan dengan Dion dan Angel. Sesekali Dion juga melempar pandangan dan senyuman kepada Sisil dan Dedi. Alunan musik romantik masih terus mengalun. Lalu tak lama suara MC terdengar dan membuat sebagian pasangan yang masih asyik berdansa menghentikan gerakan mereka. "Ok, next kita masuk ke acara ten seconds darkness. Semua lampu akan dimatikan selama 10 detik. Kalian bisa mengungkapkan perasaan kepada orang yang kalian sayangi. Are you ready?" ucap sang MC yang dibalas sorakan 'ready' oleh para siswa-siswi. Ini memang waktu yang ditunggu-tunggu mereka. Apalagi yang mau nembak gebetan yang udah lama mereka taksir. "Ok, tapi sebelumnya kalian pisah dulu sama pasangan dance kalian, ya!" perintah sang MC. Dion dan Angel pun berpencar. Tapi Dion tetap mengawasi posisi Angel. "Malam ini aku harus nembak Angel. Ini kesempatanku, ngga boleh terlewatkan. Aku harus mendapatkannya," gumam Dion dalam hati. Selang beberapa waktu kemudian semua lampu dimatikan. Dion langsung berjalan dalam kegelapan menuju ke arah Angel. Samar-samar dia melihat bross silver yang agak bercahaya dalam gelap. "Pasti ini Angel," pikir Dion. Sedari tadi matanya memang sudah memperhatikan bross berbentuk mawar melekat di gaun Angel. Dia langsung menarik lengan si pemilik bross silver tersebut. Digenggamnya kedua tangan gadis itu. Lalu Dion mendekatkan wajahnya. Napas keduanya beradu. Dengan cepat Dion mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu. Gelap memang, tapi dia memakai instingnya. "Cupp..." bibir mereka bertemu. Lalu Dion mendekatkan bibirnya ke telinga gadis tersebut. "Angel, will you be my girlfriend?" bisik Dion. Belum sempat Dion mendapatkan jawaban, 10 detik telah berlalu. Lampu pun kembali dinyalakan dan ruangan terang seketika. Namun alangkah terkejutnya Dion. Ternyata gadis dengan bross silver di depannya bukanlah Angel, melainkan Sisil. Sisil masih terbengong-bengong seolah tak percaya kalo barusan first kiss-nya sudah diambil oleh Dion. Dia senang karena dicium Dion, tapi dia juga sedih karena seharusnya ciuman itu buat Angel. Sisil pun tertunduk dengan wajah yang sudah memerah. "Maaf, maaf, Sil. Maaf, aku pikir kamu Angel. Tadi dia ada di sini. Bross kalian juga sama-sama silver. Maaf ya, Sil," ujar Dion sambil melepaskan genggamannya pada tangan Sisil. "I ... iya, Dion," jawab Sisil sekenanya. Jantung Sisil masih berdegup kencang. Senang dan sedih pun bercampur aduk menjadi satu. Ia tak pernah berani berharap kalau Dion akan mengungkapkan cinta kepadanya. Sisil merasa dirinya seperti pungguk merindukan bulan. Sisil mengikuti semua acara malam itu sampai selesai. Semua perasaannya saat itu disimpannya dalam hati. Tak satupun sahabatnya tahu apa yang terjadi malam itu antara dia dan Dion. "Arghhh ... ngimpi apa aku semalam, ya? Dion salah nyium sama salah nembak aja jantungku udah ngga bisa diajak kerja sama. Gimana kalo beneran ya?" gumam Sisil sambil mengelus dadanya pelan. "Ahh sudahlah, jadi sahabat Dion aja sudah cukup. Aku ngga berani berharap lebih. Takut patah hati nanti," gumamnya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD