Bab 8-Party!

1114 Words
"Widih ... kompak banget bertiga mukanya ditekuk semua. Kenapa nih?" Sora mengalihkan tatapannya malas saat mendengar teguran seorang pria yang ditujukan padanya dan kedua temannya. "Ngapain kamu di sini? Sok akrab amat," sinis Fika sebab sebelumnya memang David tak pernah bergabung dengan mereka. "Mau nemenin pacar, dong," jawab cowok itu, lalu duduk di samping Sora. "Dih, sinting!" ejek Fika. Sora menghela napas panjang. Ia memang belum sempat memberitahukan tentang hubungannya dengan David pada kedua sahabatnya. "Lah, benar kok. Tanya aja sama Sora!" ucap David. Fika menatap malas cowok itu. Ia tetap tidak percaya. Meski memiliki penampilan jauh di atas rata-rata, tapi Fika yakin betul Sora tidak akan sudi berpacaran dengan playboy seperti David. Imej David dalam dunia percintaan memanglah sangat buruk. Sangat tidak cocok dengan Sora - yang meski pun nakal tapi masih bersih imej percintaannya. Berbeda dengan Fika yang langsung tidak percaya, Ayla langsung melempari Sora dengan tatapan penuh selidik. Ia ingin mendengar secara langsung respons sahabatnya itu, mengingat apa yang memang sempat terbesit dalam benaknya beberapa hari belakangan. "Iya. David pacarku. Dia juga udah tahu kok soal Ersya. Dan dia mau bantu," ucap Sora. "Maksudnya, pacaran pura-pura? Pacaran kontrak?" tanya Ayla. "Bisa dibilang begitu," jawab Sora malas. "Ya tapi kalau bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius sih aku ayo aja! Lagian seberengsek-berengseknya cowok, kalau udah dapat spek kayak Sora pasti bisa berubahlah. Apalagi coba yang kurang dari dia?" sambung David sambil mengerlingkan matanya menggoda Sora. Sora menggeleng-gelengkan kepalanya jengah. "Ra, serius? Harus banget dia? Suami kamu tuh sekelas Ersya Malik - ganteng, baik, mapan, dan yang terpenting waras. Kamu nggak bisa apa cari selingkuhan yang minimal setara sama dia? Masa dapatnya malah kecebong kampus?!" Fika tampak tidak terima. Ia bahkan tak sungkan mengolok-olok David yang terlanjur punya imej jelek di matanya. "Ya lagian mau sama cowok kayak gimana juga yang namanya selingkuh tetap aja salah sih," sambung Ayla. "Ya tapi seenggaknya jangan David, kek! Kayak nggak ada kandidat pacar lebih layak dari dia aja!" sewot Fika. "Kenapa sih sewot mulu? Naksir sama aku? Nggak suka banget aku pacaran sama Sora," canda David. "Dih, najis! Aku nggak rela aja cewek kayak Sora dapat cowok kayak kamu. She is almost perfect, and you?" "Kamu nggak lihat berapa banyak cewek yang antre pengen jadi pacarku? Aku rasa, aku sama Sora cukup seimbang, kok. Lagian Sora-nya juga mau," David membela diri. "Tapi kan-" "Udah deh, udah! Jangan tambah-tambah pusing kepalaku. Lagian, bukanya tadi muka kamu ditekuk, Fik? Seharian kamu kayak orang segan buat lanjutin hidup. Kenapa sekarang jadi berapi-api gini, sih?" heran Sora. "Nah tuh. Daripada mendebat soal hubungan kami, mending kita having fun bareng. Yuk, kalian mau nongkrong di mana? Biar aku traktir hitung-hitung pajak jadian," ajak David sambil menaik-turunkan alisnya. Mata Sora langsung berbinar mendengar tawaran yang begitu menggiurkan itu, terakhir kali party, Ersya merusakbya. Sedangkan Ayla, langsung menggelengkan kepalanya malas. "Ra, jangan aneh-aneh! Emang kamu boleh pergi sembarangan tanpa izin dulu? Kalau suami kamu marah, gimana?" "Lah, peduli amat! Udah yuk berangkat! Aku yang pilih tempatnya. Ay, mending kamu ikut juga, nggak usah banyak omong!" paksa Sora. Setelah dinner sama Papah, lalu pulangnya bertengkar dengan Ersya buat Sora sengaja menghindari pria itu sampai sekarang. "Tapi aku-" "Udah ikut aja! Bebas mau pesan apa di sana nanti. Semua aku yang bayar," potong David. Dibanding Ersya, sepertinya David punya cara yang lebih jitu untuk mendekatkan diri dengan sahabat-sahabat Sora. "Fika gimana?" tanya Ayla. Melihat reaksi ke-tidak sukaan Fika pada David, ia berharap Fika akan menolak, agar ia jadi punya alasan untuk ikutan menolak. "Pokoknya kalian harus ikut semua! Kita senang-senang malam ini! Lupain semua masalah kalian yang entah apa itu! Kita party!" seru Sora dengan penuh semangat. *** Dunia malam memang tidak ada matinya bagi Sora yang cinta Party. Setelah terpaksa berpindah tempat dari tempat tongkrongan favorit mereka biasanya karena Sora yang tiba-tiba di-blacklist, akhirnya mereka telah menemukan tempat baru yang tak kalah seru, berdasarkan rekomendasi David. "Suami kamu ekstrem juga, ya? Sampai bisa bikin member VIP kayak kamu di-blacklist langsung sama pemilik kelabnya," heran David sambil tertawa meledek. "Kan udah aku bilang. Dia itu nggak waras. Tapi bukan Sora namanya kalau ngalah ngadepin orang gak waras," balas Sora. Fika tertawa keras mendengar ucapan Sora. "Orang gak waras nikah sama orang gak waras. Terus, selingkuh juga sama cowok sinting. Luar biasa banget hidupmu, Sora!” Sora berdecak. Bukan karena ucapan Fika, melainkan karena bagaimana cara sahabatnya itu mengucapkan kalimat ejekan itu. "Kamu kok udah teler aja, sih, Fik? Baru dua jam juga," heran Sora. Mereka memang suka party bertiga. Namun, tak biasanya Fika semabuk ini hanya dalam waktu sebentar. Sora menghela napas menatap meja mereka, botol-botol yang hampir habis. Sudah habiskan berjam-jam di sana. "Namanya juga butuh healing, Ra. Wajarlah Fika Tipsy," ucap David. Ia menuangkan cairan beraroma menyengat dan menyerahkannya pada Sora. "Ya tapi entar keburu dia tepar gimana? Nggak mungkin juga, kan, kita biarin dia pulang sendiri dalam keadaan kayak gini? Ayla mana lagi? Seenggaknya kan kalau ada dia, ada yang bantu aku bawa Fika balik," kesal Sora. Sora belum puas clubbing. Ia masih ingin menari lebih lama lagi. Apalagi jika teringat siapa yang akan ia lihat pertama kali begitu ia tiba di rumah nanti. Mengingat orang itu telah membuat Sora di-blacklist dari kelab favoritnya, rasanya ia ingin sekalian tidak pulang malam ini. "Jangan ditekuk gitu dong mukanya! Nanti cantiknya berkurang loh," goda David. "Seenggaknya bantu aku cari Ayla kek! Cuma dia yang bisa aku andalin saat kayak gini. Seenggaknya, dia nggak pernah benar-benar teler walau kami Party semalaman. Soalnya dia-" Tawa David pecah, membuat Sora yang sedang berusaha menghubungi kontak Ayla melalui ponselnya sontak mengalihkan tatapannya ke arah pria itu. "Kenapa malah ketawa?" "Ayla? Nggak pernah sampai teler walau Party semalaman? Lalu yang di pojok itu siapa?" David menunjuk ke arah sebuah sudut hingga mau tidak mau Sora pun mengikuti jemari pria itu. "Astaga!" Sora menepuk jidatnya. Tidak habis pikir dengan kelakuan Ayla yang lain dari biasanya. Bisa-bisanya sahabatnya yang paling 'alim' itu memeluk pria asing di sudut kelab dengan pencahayaan remang. "Itu dia meluk siapa?!" geram Sora. "Lah ... aku kira emang cowoknya," heran David. Fika yang sudah sepenuhnya berada di bawah pengaruh alkohol bertepuk tangan dengan riang sambil melihat ke arah Ayla. "Akhirnya, sahabatku yang paling solehah itu udah ikutan kacau juga!" seru Fika, membuat kepala Sora terasa semakin pening. Sekarang, bagaimana cara Sora menghadapi kedua sahabatnya itu? Apa yang harus Sora lakukan untuk 'menyelamatkan' Fika dan Ayla? 'Aneh-aneh aja. Apa iya ini karma karena aku nge-blokir kontak Ersya tadi sore?' pikir Sora, meratapi nasib sialnya seharian ini. Alih-alih bisa bersenang-senang, justru ia harus mengurus temannya. Sementara itu, Ersya di buat sibuk mencari keberadaan Sora yang belum juga pulang dan nomornya telah di blokir istrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD