Bab 6-Kandidat Pacar

1340 Words
"Dia tuh udah gila! Setipe lah sama Papa!" Sora tak henti-hentinya mengumpat di depan kedua sahabatnya. Sedangkan Ayla dan Fika, keduanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kemarahan sahabat mereka itu. "Lagian cuma dinner, Ra. Makan doang. Kenapa, sih?" heran Fika. Ia tahu hubungan Sora dengan ayah serta ibu tirinya tidak baik. Namun, hanya sekadar makan malam, apa masalahnya? "Yang pasti si tua bangka sama selingkuhan ganjennya itu bakalan mojokin aku! Kalian kayak nggak tahu aja mereka gimana," keluh Sora. Sejak pernikahannya dengan Ersya, hubungan dan sang Ayah semakin menjauh. Semalam saat Ersya menyampaikan ajakan Sakti Kamandaka, ayahnya untuk makan malam, Sora langsung menolak, tapi tentu saja Ersya punya jurus memaksa yang buat Sora tidak punya pilihan selain setuju. Sejak pagi, Sora sudah sangat Badmood, bahkan saat bertemu Ersya di meja makan pagi tadi, ia sengaja memasang wajah permusuhan. Lagi-lagi Ersya menyikapi dengan santai. Kini, Sora belum-belum pergi makan malam, sudah membayangkan dirinya akan sangat tidak betah berada di satu ruangan dengan Sakti dan istri barunya itu. "Hush! Tua bangka tua bangka! Gitu-gitu dia yang nyumbangin benihnya sampai kamu bisa lahir kali, Ra!" Seperti biasa, Ayla memberi tanggapan cukup baik untuk Sora. Namun, ucapan itu justru mengundang tawa Fika hingga membuat Sora semakin kesal. "Ya dulu kan dia belum jadi tua bangka. Masih cinta sama Mama. Kalau pas kegaet si gantel mah emang udah tua bangka! Aku cuma ngomongin fakta, kok. Terbukti, kan, pikirannya kolot banget. Sampai-sampai berusaha nyelesaiin masalah dengan cara ngejodohin aku sama orang," Sora membela diri. Ayla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara Fika masih berjuang untuk menghentikan tawanya. "Ya terus kita bisa bantu apa, Ra? Benaran nyariin kamu cowok buat selingkuh?" canda Fika. "Iya! Harus banget! Pokoknya, makin mereka mau menekan aku, aku akan semakin buktiin kalau aku nggak semudah itu buat berada di bawah kendali mereka," tegas Sora. "Kalau urusan itu, serius aku nggak mau ikut-ikut deh, Ra. Aku tetap nggak setuju kalau kamu mau balas mereka dengan cara itu," ujar Ayla. "Yah ... sayang banget. Padahal kalau mau pakai cara itu, aku rasa Ayla bisa bantu kamu banyak, Ra. Secara, sepupu dia kan pro banget tuh soal dunia bebas. Kenalannya juga banyak. Jadi ya ..." Fika menggantungkan kalimatnya, sembari bergantian menatap kedua sahabatnya. Ayla tampak menghela napas panjang saat Sora juga ikut menatap dirinya. "Kamu kalau mau minta tolong Natty, langsung ke dia aja! Soal selingkuh-selingkuhan, aku benar-benar nggak mau masuk lebih dalam. Masalahku sendiri aja udah rumit banget, aku nggak bisa kalau harus tambah urusan semacam ini sama orang kayak papa sama suami kamu, Sora." "Oke. Aku cuma butuh kontak Natty aja, kok. Lama nggak komunikasi sama dia sejak kita masuk kuliah. Soal rencana selanjutnya, biar aku minta masukan langsung sama dia," ujar Sora. Fika menatap Sora dengan serius, “pikirkan lagi, Sora. Jangan sampai nanti caramu ini justru suatu hari merugikan kamu sendiri.” “Gak akan, ini justru terbaik untuk bisa membuat Ersya menceraikan diriku!” “Memang sesulit itu ya coba menjalani pernikahan kalian? Siapa tahu Ersya nggak seburuk pikiran kamu.” Sora menggelengkan kepala, teguh sekali dengan pilihannya. Tidak ada satu pun yang bisa membuatnya menarik keputusannya, apalagi sampai punya pikiran menjalani pernikahan, mencintai Ersya. Pria pilihan Papah. Apa pun yang berhubungan baik dengan Papah, ada dipihak Papah, Sora akan membencinya. *** [Kamu ingat, kan, sebelum jam lima harus sudah sampai rumah. Kita on the way jam setengah tujuh. Jangan coba-coba menghindar, Sora] Sora berdecak setelah membaca pesan singkat dari suaminya itu. Saat ini, ia masih berada di sebuah cafe untuk menunggu seseorang datang. "Lagian Natty mana, sih? Katanya udah dekat tadi," keluh Sora. Ia sudah berhasil janjian dengan Natty. Ia juga sudah menceritakan sedikit tentang tujuannya ingin bertemu dengan saudara sepupu Ayla itu. Baru saja Sora hendak membuka situs hiburan melalui ponselnya, terdengar suara seorang perempuan menyapa. Sora tersenyum tipis dan mempersilakan perempuan itu untuk duduk. "Lama nggak jumpa ya, Sora. Ah iya. Kenalin nih, teman lama aku. Namanya-" "Lah ... jadi benar Sora yang ini?" Lelaki yang datang bersama Natty itu memotong ucapan Natty. Sora juga kaget. Kenapa Natty membawa serta lelaki itu? Lelaki yang tak lain adalah teman kuliah Sora - tepatnya teman satu jurusan tetapi beda kelas. "David? Aku malah baru tahu kamu kenal sama Natty," heran Sora. Pemilik nama lengkap David Aditya itu tersenyum cerah. Ia membenarkan posisi kursinya menjadi lebih nyaman. "Natty ini teman sejak SMP. Pisah pas kuliah doang. Tapi masih sering nongkrong." Sora mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Tak lama, ia memanggil seorang waitress agar David dan Natty bisa segera memesan. "Tadi aku sempat dengar dari Natty, Ra. Katanya kamu butuh cowok?" tanya David. Sungguh, sebenarnya Sora tak ingin ada teman satu fakultasnya selain Ayla dan Fika yang tahu tentang masalah ini. Namun, Sora juga tidak tahu sudah sejauh mana hal yang David dengar dari Natty tentang masalahnya. Bukankah lebih sedikit yang tahu akan lebih baik? Sebaiknya Sora tidak membuat ada orang lain lagi yang tahu, selain dua sahabatnya dan juga Natty dan David. "Ya gitu lah," jawab Sora sekenanya. "What?! Yang bener aja, Ra? Anak kampus banyak yang naksir kamu. Kamu pura-pura nggak tahu atau-" "Masalahnya aku udah nikah, Dav," potong Sora. Terpaksa harus mengatakannya. Mendadak, suasana menjadi hening. David tampak terkejut dan menatap dua perempuan di depannya seperti meminta penjelasan. Sora pun menjelaskan duduk masalahnya. Tentang ia yang dijodohkan dan akhirnya menikahi pria berusia 29 tahun, dan sikap suaminya yang ia anggap menyebalkan. "Gila... kamu minta aku pura-pura jadi pacar kamu biar suami kamu kesel terus gugat cerai kamu?" kaget David. Sora mengangguk. "Ayolah, Dav! Kamu nggak ngerasa tertantang apa? Kapan lagi kamu bisa macarin bini orang? Secantik Sora lagi," Natty ikut memanasi. Sedikit banyak, ia sudah dengar masalah itu dari Sora tadi siang. David tersenyum penuh makna. "Ya aku sih oke aja. Berarti kita pacarannya di-publish, kan?" "Iyalah. Kalau enggak, gimana suamiku bisa tahu? Jadi gimana nih? Fix kamu mau, kan?" Sora memastikan. Walau dengan konsekuensi bukan hanya Ersya yang nanti tahu, kemungkinan Papah. Justru itu akan membuat Sora seperti dapat combo! David adalah anak muda yang ambisius dan suka tantangan. Sekilas yang Sora dengar, pria itu juga cukup playboy dan suka tebar pesona. Namun herannya, banyak juga gadis cantik yang mau dengannya meski peluang mereka akan disakiti sangat besar. Berpura-pura pacaran dengan David terdengar tak begitu bagus untuk Sora. Namun, dengan kepribadian David yang seperti itu, tampaknya Sora akan menang melawan Ersya. Karena Sora tahu, David tidak akan mundur jika sudah merasa tertantang akan sesuatu. Setelah pertemuan sore itu, Sora diantar pulang oleh David. Mereka pulang menggunakan mobil Sora, dengan David yang menyetir. "Itu mobil suami kamu? Jadi dia udah pulang?" tanya David. Matanya menatap mobil Porsche yang mewah. Ada mobil jenis supercar lain juga di sana. Sekilas David langsung tahu suami Sora adalah Old Money sama seperti latar keluarga gadis itu sendiri. "Hm, sengaja mau siap-siap dulu buat dinner sama mertua kesayangannya itu," jawab Sora malas. Ia lalu menatap David, selain wajahnya yang memang tampan, David juga wangi. Point yang penting untuk bisa dekat dengan Sora, ia paling sebal sama pria yang bau badan. David sudah memenuhi kriteria, setidaknya ia tidak akan malu menunjukkan pada Ersya nanti. David terkekeh, "jadi sekarang apa? Aku ikut masuk ke halaman rumah kamu nggak nih? Nanti kita ngobrol sambil sayang-sayangan yang keras biar dia-" "Dih ... yang ada dia bakalan curiga kalau kita cuma akting, Dav. Jangan se-ekstrem itu lah. Ngalir aja biar kelihatan lebih alami," ucap Sora. "Ya udah iya. Aku pamit ya, Ra. Nanti kabar-kabar aja rencana kamu ke depannya mau gimana. Aku usahain fast respons kok," ucap David sambil mengusap pipi Sora, tetapi dengan cepat segera Sora tepis hingga membuat David terkekeh geli. "Ya udah sana keluar! Hati-hati di jalan! Mobil kamu di cafe jangan lupa diambil! Keburu tutup nanti cafenya," ucap Sora setengah mengusir. Setelah kepergian David, Sora segera pindah ke bangku kemudi. Ia segera memasukkan mobilnya ke halaman rumahnya, lalu turun dan berjalan santai masuk ke rumah. "Tadi kenapa berhenti lama banget di depan gerbang?" tegur Ersya. Lelaki itu berdiri di anak tangga paling bawah. Sora menarik napas dalam, seharusnya ia biarkan saja tadi Ersya melihat David atau kenalan sekalian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD