Gavin tersenyum sinis saat melihat tangan kecil yang memeluk lengannya dan seseorang yang menempel padanya, ia langsung menghentak kasar tangan itu hingga membuat sang empunya bangun dengan perasaan kaget luar biasa.
Gavin menatap tajam pada Kyra yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, lalu Gavin langsung bangkit dan menuju kamar mandi dengan membanting pintunya kasar, membuat Kyra saat itu juga membuka matanya lebar.
"Ya Tuhan, pria itu benar-benar," Kyra menggumam dengan jantung yang masih berdetak kencang, tidurnya dibangunkan dengan hal yang cukup mengejutkan, tentu saja jantungnya berdetak di atas normal.
Dengan langkah malas Kyra menuju lemari, mengambilkan pakaian untuk Gavin. Hal pertama yang akan ia lakukan untuk mencoba menjadi istri yang baik, entahlah. Rasanya mengingat semua yang ia pikirkan semalam membuat hatinya sedikit luluh, tidak ada lagi keinginan untuk mengumpat Gavin atau ikut melemparkan tatapan kesal pada pria itu, semuanya menguap saat mengingat kemungkinan kerasnya hidup Gavin. Bullying itu, Kyra pernah mengalaminya dan melakukannya. Dan fase itu adalah fase paling menakutkan dan menyedihkan dalam hidupnya, hingga seseorang harus kehilangan nyawa.
Semua kilasan menyakitkan itu membuat tubuh Kyra bergetar, wanita itu menggigit kukunya dan jatuh di ranjang, isakan pelan-pelan terdegar begitu memilukan, kejadian itu masih meninggalkan trauma untuknya dan dadanya akan terasa sesak jika mengingat semua itu.
"Ya Tuhan .... maaf .... maafkan aku ... maafkan aku ..." Kyra terisak-isak semakin menjadi, wanita itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
-Kak tenanglah, semua baik-baik saja, kau memilikiku, aku yang akan selalu menjagamu, semua ini sudah berlalu dan kau harus menjalani hidupmu dengan baik. Kak , kumohon dengarkan aku,-
Suara Bintang yang begitu menenangkan membuat Kyra pelan-pelan bisa mengendalikan dirinya, wanita itu berusaha menghentikan isakannya, menarik napasnya dalam dan menghembuskannya, berulang kali hingga ia benar-benar merasa baik-baik saja. Semua hal berat itu telah berakhir lama dan seharusnya dia juga sudah melupakannya seperti yang lain, namun sampai mati Kyra tidak akan pernah bisa melupakannya, itu terlalu menyakitkan untuknya dan untuk dia.
Saat pintu kamar mandi terbuka Kyra langsung bangkit berdiri, wanita itu memukul kepalanya melihat lemari pakaian yang masih terbuka tapi dirinya belum memilihkan baju apapun untuk Gavin karena teringat hal menyakitkan di masa lalu itu.
Ia menghapus air matanya dan berjalan dengan kepala menunduk menuju lemari untuk mengambil pakaian Gavin, namun Gavin langsung mendorongnya saat Kyra akan mengambilkan pakaian pria itu, membuat Kyra yang masih menunduk untuk menyembunyikan wajah sembabnya terhuyung dan hanya bisa menghela napas dengan tingkah Gavin yang lagi-lagi dingin.
”Bisakah kau memperbaiki sedikit sikapmu? Bagaimana pun kita sudah menikah dan tinggal bersama, berhenti menatapku seperti musuh besarmu.” Ungkap Kyra dengan wajah lelahnya, setiap berbicara dengan Gavin pasti dia harus menggunakan otot.
”Kau pikir aku menikah denganmu untuk bersikap baik? Menggelikan. Semua ini baru akan dimulai Nona.” Gavin tersenyum sinis sekali lagi, meninggalkan wanita itu dengan mendorong Kyra hingga membuat Kyra kembali terhuyung.
Kyra hanya bisa mengernyit bingung dengan maksud ucapan Gavin, benar-benar tidak tau arti kalimat Gavin. Apanya yang dimulai? Kyra sangat yakin bukan kehidupan pernikahan yang Gavin maksud. Tatapan mata pria itu berapi-api menyiratkan kebencian mendalam juga luka, dan semua itu benar-benar membuat Kyra bertanya-tanya, mungkinkah Gavin memiliki masalah dengan dirinya terlepas dari pernikahan mereka?
~***~
Kyra menghembuskan napasnya lelah, menatap sore yang mendung dari balik kaca kantornya, ponselnya yang bergetar membuat wanita itu mengalihkan fokusnya dari pekerjaan.
-Aku sudah di kafe, Kak, kita jadi bertemu kan?-
Sebuah pesan dari Angel membuat Kyra tersenyum, tadi pagi ia mengirimi pesan pada adik iparnya itu untuk bertemu, satu-satunya orang yang mungkin akan memberikan informasi lebih tentang Gavin.
-Ya, Angel, aku akan di sana dalam dua puluh menit.-
Kyra mengirimi pesan itu dan melirik arloji di tangannya, saat ini sudah jam pulang dan teman-temannya yang lain juga sedang bersiap. Lalu ia bangkit dan merapikan mejanya, mengambil sweater dan tasnya lalu bergegas menuju kafe tempat di mana dirinya dan Angel mengadakan janji temu.
Saat memasuki kafe Kyra sudah melihat Angel di sana, lalu gadis yang seumuran dengan Bintang itu melambaikan tangannya dan tersenyum lebar pada Kyra.
"Kak Kyra," ujar Angel dengan antusiasnya seperti saat mereka pertama kali bertemu.
"Apa kau menunggu lama?"
"Tidak. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, bagaimana kabarmu dengan Kak Gavin?"
"Ahh ya kami baik-baik saja, hanya saja kakakmu memang sedikit sulit untuk menceritakan tentang dirinya, jadi bisakah aku mendengarnya darimu Angel? Agar aku bisa memahaminya lebih baik lagi, kau tau kan kami menikah tanpa memiliki waktu untuk mengenal masing-masing?"
"Kak," Angel menggenggam tangan Kyra dan menatapnya sendu. "Maafkan Kak Gavin, mungkin dia memang dingin dan datar juga menyebalkan. Tapi sebenarnya dia sangat baik dan penyayang, maaf jika dia menyakitimu dari awal,"
Ungkapan Angel membuat Kyra mengernyitkan keningnya bingung, kenapa justru gadis itu yang meminta maaf.
"Angel, aku hanya memintamu menceritakan sedikit tentang Gavin, dan kau tidak perlu meminta maaf, aku dan kakakmu baik-baik saja, kami masih saling mengenal, jadi wajar jika masih ada salah paham di antara kami karena belum saling memahami karakter masing-masing."
"Ah ya, aku akan menjawab semua yang kau tanyakan tentang Kak Gavin," Angel tersenyum menatap Kyra membuat wanita itu juga memberikan senyum tipisnya.
"Sejak kapan Gavin mengalami bullying itu?" Tanya Kyra langsung membuat Angel menelan ludahnya susah payah dan meremas kedua tanganya di bawah meja. Kyra memang sengaja mengajak Angel bertemu untuk mendengar cerita lengkap tentang Gavin yang pernah mengalami bullying itu.
"Sejak, Senior High School, Kak. Ya sejak saat itu,"
"Penyebabnya?"
"Dulu fisiknya tidak sempurna, dia gendut dan jelek, dengan bentuk gigi yang tidak beraturan, hal itu membuatnya menjadi bulan-bulanan, lalu semuanya semakin memburuk sejak,” Angel menghentikan kalimatnya, membuat Kyra mengernyitkan keningnya bingung. “Kupikir tentang penyebabnya aku tidak memiliki hak untuk mengatakannya, kau bisa bertanya pada Kak Gavin secara langsung jika hubungan kalian sudah lebih baik," Angel menatap penuh rasa bersalah pada Kyra yang menunjukkan raut kecewanya namun tidak bisa memaksa Angel untuk bercerita.
"Ya, tidak apa-apa Angel, tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Apakah setelah mengalami hal itu hidupnya baik-baik saja? Maksudku dia tidak mengalami semacam depresi kan?"
"Kak," Angel kini justru menangis membuat Kyra langsung berdiri dan duduk di samping gadis itu dan menenangkannya. "Sejak High school, Kak Gavin memang selalu mengalami bullying tapi aku tidak pernah mengetahuinya. Dia sangat tertutup sejak itu, benar-benar berubah dan dingin kepada siapa pun, lalu ada seorang wanita yang menyukai Kak Gavin, dia selalu menolaknya karena ia takut jika wanita itu hanya memiliki tujuan lain mendekatinya, namun dengan semua usaha yang dilakukan wanita itu, akhirnya Kak Gavin percaya jika wanita itu memang benar-benar tulus mencintainya. Semenjak mereka menjadi sepasang kekasih Kak Gavin terlihat bahagia, namun semuanya tidak berlangsung lama, tanpa sepengetahuan Kak Gavin, ternyata kekasihnya itu mengalami bullying juga karena telah menjadi kekasihnya, dan semuanya bertambah buruk saat sang kekasih memutuskan untuk bunuh diri karena tidak tahan dengan bullying itu. Dia benar-benar terpuruk saat itu, aku bahkan benar-benar merasa ingin gila melihat keadaannya, itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Dia beberapa kali mencoba untuk bunuh diri berniat menyusul kekasihnya, namun kami selalu berhasil menggagalkannya. Masa-masa itu sangat menakutkan dan menyakitkan Kak, untukku, Bunda dan Ayah."
"Ya Tuhan," Kyra membekap mulutnya mendengar cerita Angel, "Lalu bagaimana dengan orang yang mem-bully itu? Tidakkah dia mendapat hukumannya?"
"Aku tidak tau. Aku juga tidak tau persis siapa yang mem-bully, yang kutahu bukan hanya satu dua orang yang melakukan bullying pada Kak Gavin dan kekasihnya, dan seperti kasus kebanyakan, mungkin mereka bisa lepas karena kekuasaan dan uang. Dulu keluargaku tidak sekaya sekarang. Ayah baru merintis karirnya, saat polisi menutup kasus itu dan menyatakan anak-anak itu tidak mendapatkan pidana, keluargaku tidak bisa melakukan apapun." Angel mengepalkan tangannya kuat menatap pada Kyra yang masih menenangkannya dengan mengusap bahu gadis itu.
"Lalu bagaimana caranya Gavin bisa bangkit?"
"Ya, dia berubah. Sangat berubah dan tidak tersentuh, menjadi pribadi yang lebih dingin dan menakutkan. Membuat tameng untuk dirinya agar tidak ada siapa pun yang bisa menembusnya bahkan keluarganya. Dia melakukan itu untuk melindungi dirinya dari rasa sakit."
"Angel," Kyra menatap Angel dengan berlinang air mata, lalu memeluk gadis itu dan menangis di balik punggung Angel.
"Aku .... aku merindukan Kak Gavin yang dulu, yang selalu menjaga dan menyayangiku, bukan dia yang bahkan terlihat acuh padaku selama ini, bisakah kau membuat kakakku kembali? Bisakah kau menyembuhkan lukanya, Kak?"
"Angel," Kyra melepaskan pelukan Angel dan menatap sendu pada gadis itu. Bisakah? Apa dirinya benar-benar bisa melakukannya? Gavin terasa sangat jauh untuk ia gapai, dunia pria itu terasa asing untuknya dan ia rasa akan sulit untuknya masuk ke dunia Gavin.
"Kumohon, Kak, aku .... aku sangat merindukan Kak Gavin yang dulu, aku berharap dengan adanya dirimu dia bisa pelan-pelan berubah dan kembali pada kami," Angel menggenggam tangan Kyra dan menatapnya penuh permohonan, membuat Kyra sangat iba melihatnya.
"Ya Angel, aku .... aku akan berusaha untuk membuatnya kembali," Kyra tersenyum tulus pada Angel, setelah mendengar cerita Gavin dari Angel entah mengapa dirinya mendapat keyakinan lebih untuk memulai semuanya dari awal dan mencoba menerima takdir seperti yang ia bicarakan bersama Nana kemarin, karena nyatanya Gavin tidak sejahat itu. Pria itu hanya mencoba memberi tameng pada seseorang yang ingin mengenalnya lebih jauh, pria itu hanya takut kembali terluka untuk memulai semuanya.
'Atau pria itu memang belum bisa melupakan kekasihnya yang sangat tulus dan mencintainya? Bukankah kekasihnya itu mencintainya apa adanya? Tentu saja Gavin sangat mencintai wanita. Kau yakin bisa menggantikan cinta wanita itu di hati Gavin?' Sisi hatinya kembali berargumen membuat Kyra terdiam, namun entah mengapa ia yakin jika akan memulai semuanya dan berusaha menerima takdir yang telah digariskan oleh Tuhan, berusaha menerima Gavin dalam hidupnya.
"Angel,"
"Ya?"
"Lalu, apa maksud dengan Gavin yang beberapa waktu lalu batal menikah dengan seorang pria, bukankah itu artinya dia telah baik-baik saja?" Kyra menatap Angel dengan pandangan bertanya, membuat Kyra menghembuskan napasnya panjang.
“Tidak, aku tidak yakin Kak Gavin telah melupakan kekasihnya, dia tidak pernah menjalin hubungan sejak saat itu, hanya saja Bunda selalu menjodoh-jodohkannya dengan wanita pilihannya, Kak Gavin selalu menolaknya, dan mungkin karena telah lelah, akhirnya kemarin dia memilih menyerah dan mengiyakan saat Bunda sekali lagi menjodohkannya dengan seorang wanita. Eh, ternyata wanita itu memilih kabur saat menjelang hari pernikahan, entah kabur atau Kak Gavin yang sengaja membuatnya kabur.” Angel menggidikkan bahunya tidak tau, membuat Kyra menganga mendengarnya, jadi semua tuduhannya pada Gavin jika mungkin saja pria itu belum move on dan patah hati benar-benar salah. Oh, pria itu benar-benar, sukses bermain drama dan menipu Lea.