Chapter 6

1428 Words
                  Kyra benar-benar tidak menyangka jika takdir akan membawanya sampai pada titik ini, suatu hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Menikah dengan pria asing yang juga menyebalkan, harus tinggal di rumah milik Gavin setelah resepsinya yang super sederhana dengan di hadiri oleh keluarga dekat saja.                   "Ya Tuhan, bisakah aku meminta jika semua ini hanya mimpi?" Kyra mendesah panjang dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang masih terasa asing baginya, masih sulit untuk menerima keadaan jika kini statusnya telah berubah menjadi istri dari seorang Gavin Ardhana. Bayangan tentang bulan madu indah, pesta pernikahan ala putri-putri kerajaan lenyap begitu saja dengan kejadian hari ini. Tidak ada resepsi mewah atau bulan madu, nyatanya besok ia sudah harus bekerja begitu juga dengan Gavin.                   Pintu yang terbuka membuat Kyra buru-buru mendudukkan tubuhnya, ia melihat Gavin yang menatapnya tajam lalu mendengus dan berlalu begitu saja ke kamar mandi, membuat Kyra yang melihat itu hanya bisa menunjukkan raut kesalnya, pria itu bahkan enggan untuk tersenyum di hari pernikahannya sekali pun harus berpura-pura, sejak acara pemberkatan tadi wajahnya benar-benar dingin dan datar.                   "Oh, benar-benar sialan pria itu. Bahkan dia tidak segan menunjukkan raut dinginnya pada Bunda dan Ayah," Kyra mendengus kesal mengingat kembali bagaimana ekspresi Gavin saat orang tuanya memberikan selamat kepada pria itu, sedikit pun pria itu enggan memberikan senyumnya.                   "Sialan. Akan jadi apa pernikahan ini?" Kyra menggumam frustasi dan memilih membersihkan make up juga mengganti bajunya dengan baju rumah selagi menunggu Gavin selesai mandi.                   Pintu kamar mandi yang terbuka membuat Kyra memberikan tatapan tajamnya pada Gavin, membalas bagaimana pria itu menatapnya selama ini, sedang Gavin yang mendapat tatapan itu hanya menatap Kyra sinis. Gavin mendekatinya dengan tatapan nyalang, lalu tanpa aba-aba mencengkram kuat rahang Kyra.                   “Aku benar-benar membencimu Kyra!! Jangan bertingkah seolah kau sangat dirugikan dalam pernikahan ini. Akulah yang paling merugi di sini!!” Ucapan Gavin membuat Kyra menggeram di tempatnya, ia menatap sengit pada pria masih mencengkram kuat rahanya dan menatapnya dengan tajam seolah tatapannya mampu membunuh, namun Kyra tidak takut dengan itu. Ia berusaha melepaskan cengkraman Gavin namun tidak berhasil.                   “b******k!! Kau pikir aku menyukaimu?! Mimipi kau Gavin!! Bahkan aku lebih-lebih membencimu hingga ingin mencekikmu sampai mati rasanya!! Aku yang lebih dirugikan dalam pernikahan yang tidak memiliki masa depan ini!! Aku benar-benar merugi karena harus terjebak dengan pria sepertimu.” Gavin yang mendengar ucapan Kyra meyunggingkan senyum sinisnya, benar-benar membenci sikap arogan Kyra. Juga membenci Kyra karena suatu alasan yang membuatnya harus terikat dengan wanita itu.                   Lalu pria itu semakin kuat mencengkram dagu wanita Kyra membuat Kyra meringis sakit, Gavin juga menatapnya begitu nyalang.. 'Bagaimana bisa wanita sepertimu melakukan hal gila hingga membuat wanitaku memilih bunuh diri?' Gavin membatin lalu menghempaskan cengkramannya dan membanting Kyra hingga wanita itu jatuh ke ranjang.                   Tatapan kebencian itu semakin tergambar jelas di wajah Gavin melihat Kyra yang tersungkur, 'Aku tidak akan membuat ini mudah untukmu, Kyra! Aku akan membuat setiap detikmu mengalami hal-hal menyakitkan sama seperti yang kau lakukan pada Arshinta dulu. Aku akan membayar setiap rasa sakit dan malu Arshinta yang kau lakukan hingga menyebabkan Arshinta-ku memilih mengakhiri hidupnya.' Gavin kembali membatin, lalu pria itu pergi dengan membanting keras pintu kamar.                   Kyra meringis dengan tubuh bergetar takut saat Gavin mendorongnya cukup keras ke ranjang, tatapan pria itu benar-benar menakutkan, seolah akan membunuhnya dengan jutaan rasa sakit yang membuatnya tersiksa setiap detik. Tatapan mata itu, Kyra bisa merasakannya jika ada kemarahan dan kebencian yang meluap-luap di mata Gavin hingga membuat tubuhnya menggigil.                   "Kenapa? Apa yang salah denganku? Bagaimana bisa pria itu sangat membenciku karena pernikahan ini? Seharusnya dia juga memahami, aku pun enggan melakukannya jika bukan karena Bunda," Kyra menggumam, menatap bingung ke arah pintu yang kini tertutup rapat, mencoba mencari jawaban atas apa yang telah terjadi pada pria itu, namun tidak ada satu pun yang bisa Kyra dapatkan. Ia baru saja mengenal Gavin, kehidupan pria itu sebelumnya dan bagaimana sifatnya ia tidak tau sama sekali. Dan semua itu membuat daftar pertanyaan di otaknya semakin panjang karena satu nama. Seseorang yang kini sudah menjadi suaminya. Gavin.                   "Entahlah," Kyra akhirnya menyerah, memilih untuk mandi dan menyegarkan diri setelah menjalani hari yang panjang.   ~***~                   Pagi pertamanya sebagai seorang istri membuat Kyra bangun lebih pagi, walau sebenarnya ia enggan melakukannya, tapi perkataan Lea yang memintanya untuk menjadi istri yang berbakti dan menurut pada suami membuat Kyra mau tidak mau melakukan tugasnya sebagai istri, untuk suami yang tidak diinginkannya.                   Ia melirik ke ranjang kosong di sebelahnya, entah tidur di mana pria itu semalam Kyra tidak peduli.                   'Kyra, itu menjadi kewajibanmu untuk mengetahuinya!! Ingat ucapan Bunda! Kau ingin menjadi anak pembangkang dan istri durhaka?' Sisi hatinya berbicara membuat Kyra mengumpat keras, sejak dulu ia pantang melanggar apa yang menjadi ucapan dan permintaan Lea, ia sangat menyayangi dan menghormati ibunya, menjadi anak yang berbakti sudah hal mutlak yang harus Kyra lakukan.                   "Baiklah, nanti akan kutanyakan di mana pria itu tidur semalam," Kyra menggumam, mengambil keputusan untuk bertanya pada Gavin walau ia malas melakukannya, namun demi menuruti permintaan Lea yang memintanya menjadi istri yang baik dan berbakti pada suami dia akan melakukannya, menebus kesalahan pertamanya sebagai istri yang tidak tau di mana suaminya tidur saat malam pertama.                   'Malam pertama?' Kyra membatin dan tertawa sinis dengan pemikirannya. Ah, mungkinkah dia menjadi wanita paling menyedihkan sebagai pengantin wanita?                   "Tidak. Aku sangat bahagia karena semalam tidak harus melihat wajah sialannya itu." Kyra menggumam, tidak merasa dirinya menyedihkan karena ia justru menikmati tidurnya semalam, sangat tenang dan damai seperti biasa.                   Lalu ia memilih untuk menuju dapur, menyiapkan sarapan dengan setengah hati dan mencari di mana keberadaan pria itu. Tidak mungkin kan pria itu tidur di hotel? Atau lebih gilanya lagi menyewa jalang untuk memuaskannya?                   Kyra mengumpat saat melihat isi kulkas dan tidak menemukan apapun di sana selain beberapa kaleng soda.                   "Ooh pria itu benar-benar!" Kyra menutup pintu kulkas dengan kasar, mencari-cari sesuatu di dapur yang mungkin bisa di makan, namun ia hanya menemukan tiga bungkus mie instan di rak paling atas, dan itu pun sudah kadaluwarsa.                   "Hebat sekali!!" Kyra mengumpat dan menutup dengan kasar rak makanan tersebut lalu kembali ke kamar, mengambil mantel untuk membeli sesuatu di supermarket terdekat.   ~***~                   Hanya ada sepotong roti panggang dan segelas s**u di meja, tidak ada yang bisa Kyra dapatkan di supermarket kecil itu selain roti tawar dan selai cokelat, wanita itu memilih untuk membuat roti panggang pagi ini juga segelas s**u.                   Niatnya ingin mencari keberadaan Gavin yang mungkin tidur di ruangan lain ia urungkan saat melihat Gavin sudah rapi dengan setelan kerjanya keluar dari kamar. Ah, mungkin pria itu masuk ke kamar saat dirinya ke supermarket. Lalu pria itu hanya meliriknya sekilas juga menu sarapan di meja makan, tersenyum sinis dan mendorong dirinya yang berada di depan kulkas tanpa perasaan.                   Gavin menenggak segelas air mineral dingin di cuaca yang cukup dingin pagi ini, membuat Kyra yang melihat itu hanya bisa mendengus.                   Gavin hanya menatap sinis pada Kyra sebelum memilih meninggalkan dapur, tidak berniat sama sekali menyentuh sarapan yang dibuat Kyra. Kyra yang melihat itu menggeram, menarik lengan Gavin dan menatapnya kesal juga lelah, dia telah berusaha untuk menekan egonya dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, tapi pria itu tidak menghargainya sama sekali.                 ”Duduk dan makan! Aku sudah berusaha untuk bersikap baik padamu. Jadi hargailah jika kau masih manusia.”                   Gavin hanya menatap sinis pada Kyra lalu menghempaskan tangan wanita itu, namun Kyra secepat kilat kembali mencengkram kuat tangan Gavin, membuat Gavin menghembuskan napasnya kasar dan memelintir tangan wanita itu, mendorongnya ke dinding dan kembali memberikan tatapan nyalangnya.                   Kyra hanya bisa menelan ludahnya melihat bagaimana tatapan nyalang Gavin seperti semalam, emosi yang meluap-luap juga kebencian begitu jelas terpancar dari sorot matanya, pria itu seolah ingin membunuhnya.                   Gavin kembali mencengkram dagu Kyra kuat-kuat membuat wanita itu meringis dengan perasaan takut yang semakin menjadi.                   ”JANGAN PERNAH MEMERINTAHKU BRENGSEKK!!” Tepat setelah mengatakan itu Gavin menghempaskan Kyra, lalu meninggalkan dapur dan terdengar bantingan pintu yang cukup kuat.                   Sedangkan Kyra terdiam di tempatnya, mengusap dagu juga lengannya yang terasa sakit, hatinya masih bertalu keras karena tatapan juga teriakan Gavin itu, dan ini kedua kalinya ia melihat bagaimana tatapan nyalang Gavin yang penuh kebencian seolah mampu membunuhnya.                   "Aish! Sebenarnya ada apa dengan pria itu?" Kyra menggumam kesal, masih mengusap lengannya yang terasa sakit karena Gavin mencengkramnya cukup kuat. "Ck! Apa pria itu tidak tau aku rela pergi ke luar di tengah cuaca yang sangat dingin demi menyiapkan sarapan untuknya?!" Kyra kembali menggerutu dengan kesal, menatap pada roti panggang di depannya. "Sialan kau Gavin!!" Kyra mengumpat keras dan meneguk susunya dengan penuh emosi, sepertinya hari-harinya ke depan akan selalu diliputi dengan emosi karena menghadapi Gavin.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD