Chapter 3

1396 Words
                  "Kak  benar-benar akan menikah? Menikah dengan pria asing itu? Kak, ini pernikahan, tentang masa depanmu juga, bagaimana bisa kau mengiyakan permintaan Bunda begitu saja? Lihatkan bagaimana Davina berubah menjadi semakin meminta yang tidak-tidak, kemarin-kemarin mungkin dia masih meminta tas dan sepatumu, tapi sekarang? Dia sama saja meminta masa depanmu. Kak, aku tidak ingin melihatmu menderita dengan menikahi pria asing yang tidak memiliki harapan tentang kebahagiaan."                   ‘Bagaimana bisa kau men-judge seburuk itu pada calon kakak iparmu? Ah, bukankah sebelumnya kau juga men-judge calon suamimu seperti itu, Kyra?’ Kyra membatin dalam hati mengingat jika ucapan Bintang sama persis dengan yang ia ucapkan kemarin saat bercerita pada Nana. "Aku yakin dia pria baik yang bertanggung jawab, tentu saja dengan mengambil keputusan untuk menikah pasti sudah ia pikirkan matang-matang,"                   "Kak, ini bukan tentang dia yang secara gentle melamarmu pada Bunda dan Ayah, melainkan permintaan ibu pria itu yang menginginkanmu menjadi suaminya, bukankah dari situ saja kau sudah bisa menilai jika kemungkinan pria itu juga tidak menginginkan pernikahan ini?"                   "Ck, berhenti membuat hipotesis yang tidak masuk akal Bintang, bagaimana pun aku akan tetap menikah dengannya,"                   "Karena Bunda yang meminta kan?" Bintang memotong ucapan Kyra dengan menatap sinis pada Kyra. "Kak, ini hidupmu, kau tidak bisa memutuskan hal seserius ini dengan mudah hanya karena permintaan Bunda!" Bintang meremas bahu Kyra dan menatapnya dalam, tidak akan membiarkan sang kakak hidup menikah dengan orang asing yang mungkin bisa melukai wanita itu.                   "Kau tau Bintang, apa tujuan terbesar hidupku? Memastikan kebahagiaan Bunda dan Ayah dan membantu meringankan beban mereka dengan sebaik-baiknya, terlebih saat aku mengetahui fakta jika aku hanyalah anak angkatnya, rasa terima kasih dan cintaku pada mereka bertambah hingga aku lebih mencintai mereka dari pada diriku sendiri, jika memang kebahagiaan Bunda dan Ayah adalah memenuhi semua permintaan Davina demi bisa menebus rasa bersalah mereka pada Davina tentu aku akan melakukannya, demi mereka bahkan aku akan memberikan nyawaku tanpa berpikir lagi, mereka adalah hadiah terbaik yang dikirimkan Tuhan untukku, dan sudah tentu aku harus menjaga dengan sebaik-baiknya, memastikannya baik-baik saja dan juga memastikan kebahagiaan mereka." Kyra tersenyum tulus dengan mata berkaca-kaca membuat Bintang yang melihat itu hanya bisa terdiam mendengar bagaimana rasa cinta kakaknya pada kedua orang tuanya, hati wanita itu benar-benar tulus dan penuh cinta.                   "Kak," Bintang tidak bisa lagi menahan air matanya saat membayangkan semua kenangan indah antara dirinya bersama Kyra juga ayah dan ibunya, ia benar-benar merindukan masa-masa itu, hal yang tidak pernah lagi ia rasakan sejak kedatangan Davina karena orang tuanya terlalu fokus pada keadaan dan memastikan kebahagiaan Davina.                   "Dibandingkan dengan rasa sakitku yang mengetahui jika aku hanyalah anak angkat mereka tentu Bunda dan Ayah lebih merasakan sakit saat mengetahui jika anak kandungnya selama ini masih hidup namun hidup dalam penderitaan dan siksaan yang didapat selama bertahun-tahun, rasa sakitku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Bunda dan Ayah yang mengetahui bagaimana kehidupan yang dialami Davina selama ini, terlebih kini Davina menderita sakit serius, tentu mereka selalu merasa bersalah dan ingin memberikan yang terbaik untuk Davina demi menebus semua waktu yang telah terlewati, waktu yang kita nikmati dengan penuh canda tawa dan penuh kebahagiaan sedang Davina melewatinya dengan luka dan derita. Tentu Bunda merasa sangat terluka melihat anak kandungnya seperti itu."                   Kyra tersenyum dengan air mata yang membasahi wajahnya membuat Bintang menghembuskan napasnya kuat-kuat berusaha meredakan sesak yang menghimpit dadanya.                   "Jika dengan menikah bisa membantu Bunda dan Ayah meringankan biaya pengobatan Davina tentu akan aku lakukan, aku tidak mungkin membiarkan Ayah merangkak-rangkak mencari pinjaman ke sana kemarin untuk biaya pengobatan Davina yang besar, dengan begitu aku bisa melihat Bunda dan Ayah baik-baik saja tanpa harus lagi memikirkan pusingnya biaya obat Davina juga pengobatannya, dan dengan begitu aku juga bisa menjamin Davina akan selalu mendapat penanganan jika kambuh, aku mendapatkan banyak keuntungan dari itu, kenapa aku harus menolak pernikahan ini?" Kyra berusaha tersenyum saat hatinya memberontak dengan apa yang baru saja ia ucapkan.                   "Tidak Kak, kau tidak mendapatkan keuntungan sama sekali, Kak  hanya akan menghabiskan hidupmu bersama pria asing yang cacat yang belum tentu bisa membahagiakan dirimu, kau tidak tau bagaimana sifatnya yang mungkin sangat buruk dan bisa melukaimu, hanya kerugian yang kau dapatkan dalam pernikahan ini, tidakkah kau mengerti?!" Bintang berteriak keras, tidak terima dengan Kyra yang begitu mudah mengambil keputusan untuk menikah dengan orang asing, sedangkan Kyra hanya bisa memejamkan matanya berusaha meredam emosinya, ia juga ingin berteriak jika ia tidak menginginkan pernikahan ini, namun apa yang bisa ia lakukan di saat ibunya memintanya dengan putus asa, tidak mungkin ia melukai perasan Lea dengan menambah beban bagi wanita paruh baya yang telah mengasihinya sejak bayi.                   "Jika memang dia orang yang buruk maka aku akan menjalaninya dengan sebaik-baiknya dan menganggap apa yang aku lakukan adalah hal kecil untuk membalas semua kebaikan Bunda dan Ayah selama ini, bisakah kau menerima alasan itu Bintang? Aku merasa sedih melihat bagaimana raut terluka Bunda dan Ayah memikirkan biaya untuk Davina setiap saat dan aku melakukan ini demi mereka, membalas sedikit dari banyak hal yang telah mereka lakukan untukku sejak kecil, bukankah itu cukup adil? Dengan alasan itu bisakah kau menerimanya? Aku membutuhkanmu untuk mendukungku dan memastikan Bunda dan Ayah baik-baik saja." Kyra menggenggam tangan Bintang penuh kehangatan, menatap dengan raut sendu dan memohonnya pada Bintang yang hanya bisa menghembuskan napasnya panjang.                   "Berjanjilah kau akan bahagia dan selalu menceritakan semua masalahmu," Kyra hanya mengangguk dengan senyum tulusnya membuat Bintang langsung membawa kakaknya itu dalam pelukannya, "Kak, kau harus bahagia bagaimana pun caranya, dan jangan berpikir jika kau akan bisa menyembunyikan semuanya dariku setelah menikah nanti, hal terakhir yang aku inginkan adalah melihat dirimu bahagia. Jadi, kau harus memastikan itu jika tidak maka aku akan membuat perhitungan dengan suamimu."                   Kyra yang mendengar itu langsung meninju pelan d**a Bintang dan berusaha melepaskan pelukan pria itu, "Ck, sebelum memukul orang pastikan dulu kau cepat menyelesaikan kuliahmu, jangan menjadi sok jagoan di saat kau bahkan masih suka membolos saat ada kelas." Kyra mendecih membuat Bintang meringis saat kakaknya mengetahui kelakuan buruknya sebagai mahasiswa.                   "Ck aku melakukannya karena suatu hal dan tidak sering Kak, aku janji setelah ini aku akan selalu hadir dalam kelas,"                   "Bagus. Itu baru adikku. Ayo pulang, aku sudah sangat lapar dan menginginkan nasi goreng buatan Bunda," Kyra langsung merangkul lengan Bintang dan berjalan beriringan dengan pria itu menuju halte, Bintang yang melihat itu tersenyum, melepaskan pelukan Kyra pada lengannya dan beralih merangkul bahu wanita itu.                   'Aku sangat menyayangi dan menghormatimu, Kak dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu termasuk Davina, sekalipun dia adalah kakak kandungku,' Bintang menggumam dalam hati, menatap lembut pada Kyra dan mengeratkan pelukannya pada wanita itu.    ***                 Wanita itu menahan emosinya saat melihat adiknya lagi-lagi mengabaikannya dan terlihat begitu dekat dengan wanita yang sangat ia benci, wanita malang yang sangat beruntung bisa menjadi anak dari orang tuanya, demi apapun Davina sangat membenci semua-semua yang ada dalam diri Kyra, dia membenci wanita itu karena wanita itu terlalu beruntung bisa merasakan kasih sayang ibu dan ayahnya selama ini, hal yang seharusnya ia dapatkan. Dan demi membalas semua rasa sakitnya akan keberuntungan yang dimiliki Kyra karena menikmati hidupnya dengan bahagia selama ini, ia akan melakukan apapun untuk membuat gadis itu menderita. Sudah seharusnya gadis asing itu membayar setiap kebahagiaan yang didapatkannya selama ini dengan penderitaan. Dan kini saatnya dia yang menikmati kebahagiaan itu.                   Davina benar-benar membenci saat ia harus kembali mengingat bagaimana kebahagiaan keluarganya tanpa dirinya yang notabene anak kandungnya, ia benci saat Kyra justru yang telah mendapatkan itu. Namun, kini ia merasa sedikit bahagia karena berhasil membuat Kyra harus menikah dengan pria asing yang tidak bisa diharapkan sama sekali, dia juga berdoa semoga pria itu arogan dan kasar, agar Kyra hanya mendapatkan luka dan penyiksaan dalam pernikahan itu. Dan ia juga membenci takdir yang harus membuatnya menderita penyakit sialan yang kapan pun bisa merenggut nyawanya.                   'Tidak, aku tidak akan mati secepat ini, aku akan menggunakan Kyra untuk membuatku tetap bertahan hidup, juga menggunakan perasaan bersalah Bunda dan Ayah untuk menuruti semua keinginanku, termasuk meminta nyawa Kyra jika suatu saat diperlukan,' Davina menyunggingkan senyum sinisnya, mencengkram erat tirai jendela lalu menutupnya dengan kasar melihat bagaimana tawa bahagia Kyra dan Bintang saat memasuki rumah, dan Davina memilih untuk segera berbaur ke ruang makan saat Lea memanggilnya.                   Davina akan selalu menggunakan rasa bersalah ibu dan ayahnya untuk membuat kebahagiaan untuknya, dan salah satu kebahagiaan yang ia inginkan adalah melihat Kyra menderita agar wanita itu juga merasakan bagaimana pahitnya hidupnya dulu yang harus merasakan penderitaan setiap hari.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD