6. Pulang

2051 Words
Keesokan harinya berita Marife diculik dari pernikahanya sudah tersebar luas. Semua koran, majalah, televisi memberitakannya dan sudah menjadi berita besar. Banyak sesama aktris bersimpati pada Luca dan memberikan dukungan kepadanya. Banyak orang yang tidak tahu kejadian sesungguhnya kalau Marife telah diculik oleh Zachary. Syuting film Marife pun jadi tertunda. Luca saat ini sangat kecewa pada Marife, karena sampai sekarang ini dia belum menghubunginya sama sekali ponselnya selalu tidak aktif begitu pun juga milik Zachary. "Sebenarnya mereka berdua pergi kemana? Marife, apa kamu senang berada bersamanya sampai-sampai kamu melupakanku,"kata Luca sedih. Marcelina yang membaca majalah mengenai diculiknya Marife saat pernikahannya sangat marah, karena itu akan menciptakan peluang bagi Zachary untuk mendapatkan Marife kembali. Sementara itu Zachary dan Matife sedang menikmati kebersamaan mereka di Bali. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan dengan bergandengan tangan. Zachary merasa sangat bersyukur sekarang Marife berada di sisinya lagi. Empat hari telah berlalu, Marife hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Luca menjadi cemas dan semua orang juga mempertanyakan Zachary yang tidak masuk kantor selama beberapa hari. Mereka mulai curiga hilangnya Marife ada hubungannya dengan Zachary, karena mereka hilang pada saat bersamaan. Luca berusaha mati-matian menjelaskan kalau itu tidak ada hubungannya sama sekali. Padahal hatinya sakit telah menutupi kaburnya mereka berdua. "Kalian berdua cepatlah pulang. Aku ingin kalian menjelaskan semuanya padaku." Luca menatap jendela kamarnya dengan pandangan sedih dan tidak terasa air matanya sudah membasahi wajahnya. *** Edward marah-marah Zachary hilang lagi dan ia juga curiga kalau putranya sudah membawa kabur Marife di hari pernikahannya. "Anak itu rupanya punya keberanian juga menculik gadis itu. Ternyata Zachary masih ingin mempertahankan gadis itu di sisinya. Dia sepertinya tidak ingin menyerah begitu saja sampai-sampai dia mengambil resiko dan mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan gadis itu. Dia tidak punya rasa takut akan dituduh sebagai penculik. Rupanya Zachary benar-benar mencintai wanita itu." "Itu benar Tuan. Sepertinya Tuan Zachary sangat mencintai Nona Marife sampai-sampai dia nekad menculiknya di hari pernikahannya dan saya harap ketika mereka kembali Anda dapat merestui hubungan mereka berdua. Saya rasa Nona Marife adalah wanita yang sangat baik," kata Pak Rian. "Iya. Kamu benar gadis itu memang gadis yang sangat baik dan juga ceria. Dia suka sekali makan es krim." Edward sedang mengingat-ingat pertemuannya dengan Marife. Jauh di lubuk hatinya, Marife mungkin saja pantas mendampingi Zachary, tapi dia tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepada perusahaannya kecuali sebagai aktris terkenal. Kalau Marcelina dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaannya. Selama ini Edward hanya memikirkan perusahaannya saja tidak memikirkan perasaan Zachary dan gadis itu. Mungkin saja gadis itu mencintai Zachary. Ia tenggelam dalam pikirannya dan tidak tahu harus berbuat apa pada mereka. Apakah harus menyetujui hubungan mereka atau tidak. Edward dapat melihat sinar mata putranya ketika dia sedang membicarakan Marife. Sinar mata yang lembut dan penuh cinta sehingga matanya terlihat begitu hidup. Senyuman selalu menghiasi wajahnya, tapi setiap kali dia membicarakan Marcelina tidak ada pancaran cinta di matanya. Matanya terlihat begitu dingin dan tidak hidup. Edward mulai merelakan Zachary menjalin hubungan dengan Marife dan berharap mereka akan hidup bahagia. *** Zachary dan Marife duduk di bangku taman di bawah pohon mangga yang sedang berbuah. Mereka duduk sambil saling memeluk. "Sebaiknya kita pulang saja." "Apa kamu tidak suka berlama-lama di sini denganku?" "Bukan begitu. Aku suka,"kata Marife malu-malu. "Lalu kenapa?" "Aku ingin menyelesaikan masalahku dengan Luca dan meminta maaf padanya, karena aku tidak bisa menikah dengannya. Aku tidak ingin melarikan diri terus dari masalah ini dan ingin menjelaskan semuanya pada mereka termasuk hubunganku denganmu. Aku tidak tahu apa tanggapan masyarakat tentang hubungan kita ini. Mungkin ada banyak yang menentang. Kamu baru saja putus dengan Marcelina dan sekarang Anda di sini bersamaku. Kamu akan dituduh sebagai perebut kekasih orang lain." Zachary memandang Marife lekat-lekat dan wanita itu merasakan sorot mata Zachary langsung menusuk ke jantungnya. "Baiklah. Besok kita pulang. Kita hadapi masalah ini bersama-sama. Kita berdua temui Lucu dan juga Ayahku. Aku juga tidak ingin sembunyi-sembunyi lagi tentang hubungan kita yang sebenarnya." "Pak Zachary." "Bisakah kamu memanggil aku, Zachary atau Zach?" "Baiklah. Zachary." Marife tertunduk malu, lalu pelan-pelan melihat ke atas dan pandangan mereka kembali bertemu. Pipinya merona merah. Tiba-tiba Zachary mengecup bibirnya dengan lembut. "Sebaiknya kita Masuk kedalam. Angin semakin kencang. Aku tidak ingin kamu masuk angin." Marife menganggukan kepalanya dan mereka berjalan menuju villa. Zachary mengelus pipi Marife dengan lembut dan kemudian mencubit kedua pipinya dengan satu tarikan dan membuat wanita itu kesakitan. "ZACHARY." Marife berteriak dan langsung memukul-mukul d**a lelaki itu. "Ampun Marife. Jangan pukul lagi!" Marife tersenyum, lalu ia mencubit tangan Zachary dengan keras dan itu cukup membuat pria iti mengerang kesakitan dan Matife melarikan diri, tapi Zacharu berhasil mengejarnya dan menangkapnya dari belakang. Marife memberontak. "Lepaskan aku!" Marife memukul-mukul lengan Zachary, tapi pria itu memeluk Marife dengan erat dan Marife tidak bisa meloloskan diri darinya. "Meskipun tubuhmu kecil, tapi tenagamu besar juga. Cubitanmu sangat sakit sekali." "Siapa suruh kamu mencubit pipiku." Zachary mengangkat Marife dan menggendongnya. "Zach, pa yang kamu lakukan.Turunkan aku!" Zacharu terus menggendong Marife dan membawanya masuk ke villa, kemudian mendudukannya di kursi, lalu memeluknya. Marife merasa damai dalam pelukan Zachary dan ingin terus seperti ini dalam pelukannya yang hangat. "Marife." "Apa?" "Apakah kamu mau menikah denganku?" Marife langsung melepaskan diri dari pelukan Zachary. ia masih tidak percaya dengan pendengarannya tadi. Zachary tiba-tiba melamarnya. "Aku tahu ini terlalu cepat untukmu, tapi aku sudah menunggu ini sejak lama. Aku ingin segera kamu menjadi milikku untuk selamanya. Hatiku gelisah setiap kali ada pria lain yang mencoba mendekatimu. Aku ingin mengikatmu selamanya denganku sehingga tidak akan ada pria lain yang berani mendekatimu. Aku ingin mengumumkan kepada dunia, bahwa kamu sudah ada yang memiliki." "Zach." Air mata mengalir di wajah Marife dan Zachary menghapusnya dengan lembut. "Selama bertahun-tahun hatiku tersiksa setiap kali kamu dekat dengan seorang pria sementara itu kamu membenciku. Sekarang aku tidak ingin...." Marife langsung mencium bibir Zachary dengan lembut dan pria itu tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi dan membalas ciiumannya, kemudian ia melepasnya pelan-pelan. "Apa ciiuman tadi berarti kamu menjawab iya dan bersedia menikah denganku?" "Iya. Aku bersedia menikah denganmu." Zachary menarik Marife dalam dekapannya dengan hati senang. Akhirnya setelah bertahun-tahun menanti mimpinya segera akan menjadi kenyataan. Matahari sudah mulai terbenam dan sudah mulai menyembunyikan diri di kaki langit. Mereka menghabiskan hari ini dengan menonton TV. Hari ini adalah hari terakhir mereka di Bali. Angin bertiup dengan kencang dan terdengar suara anjing serigala menggonggong menambah suasana di villa itu menjadi agak sedikit lebih seram. Ditambah langit mendung.Tidak lama kemudian hujan turun dengan deras. Marife tertidur pulas di sofa dan Zachary asyik menonton TV dan diam-diam mencium Marife yang sedang tidur nyenyak. Ia kemudian mengecup telinga dan leher Marife, kemudian kembali mengecup bibirnya berkali-kali dan akhirnya kecupan itu menjadi ciuman yang panjang. Marife yang kesadarannya sudah mulai kembali merasakan sentuhan hangat di bibirnya dan membalas ciiuman itu. Maya tidak akan pernah melupakan kebersamaanya dengan Zachary selama berada di Bali. *** Besok malamnya mereka sudah berada di rumah keluarga Adhipramana. Mereka keluar dari mobil dan melangkahkan kaki masuk ke rumah. Mereka sudah siap menerima amarah Edward. Zachary merasakan cengkraman kuat tangan Marife di lengannya. "Apakah Ayahmu sangat galak?" "Iya. Sangat galak." Marife tertunduk lemas dan badannya semakin gemetar. "Tenang saja. Ada aku di sisimu." Edward sudah menuggu mereka diruang keluarga dengan pandangan marah. Marife terkejut setengah mati ternyata orang yang pernah mentraktir makan es krim adalah ayahnya Zachary. "Anda." "Marife, kamu kenal dengan ayahku?" "Iya. Aku pernah bertemu dan berbicara dengannya. Bahkan mentraktirku makan es krim." "Benarkah?"kata Zachary tidak percaya. "Ternyata ingatanmu masih kuat,"kata Edward. Marife menatap takut Edward dan juga merasa malu, karena sudah pernah menjelek-jelekkan Zachary di hadapannya. "Sudah aku duga kalian melarikan diri bersama." "Maaf Ayah. Aku terpaksa melakukannya, karena aku mencintai Marife." "Aku tahu. Kamu mencintai gadis ini, tapi apakah kalian tahu akibat tindakan yang kalian lakukan? Semua orang membicarakan kalian." "Apa orang-orang sudah tahu kami melarikan diri bersama,"kata Zachary cemas. "Mereka belum tahu, tapi mereka curiga pada kalian karena hilangnya dirimu bersamaan dengan hilangnya Marife. Kalau kalian bersama kembali itu akan menguatkan kecurigaan mereka tentang kalian. Sekarang apa yang akan kalian lakukan?" "Aku akan mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semua ini dan aku juga akan sekalian mengumumkan kami berdua akan menikah." "APAAA?!" "Iya. Ayah kami akan segera menikah. Kami berdua saling mencintai." "Tapi apa kata orang nanti kalau kalian akan menikah secepat ini. Marife dan kamu baru saja batal menikah. Sekarang kalian akan memberitahu semua orang kalian akan menikah." "Iya. Itu sudah keputusanku. Aku tidak perduli bagaimana tanggapan orang padaku yang jelas sekarang aku tidak ingin berpisah lagi dengan Marife." "Marife, kamu mencintai Zachary?" "Iya. Aku mencintainya sangat mencintainya." "Apakah kamu bersedia mengambil resiko kalau menikah dengan Zachary?" "Iya." "Baiklah. Kalau itu sudah menjadi keputusan kalian. Aku tidak akan melarang kalian lagi. Aku sudah lelah." "Apakah itu artinya Ayah merestui pernikahan kami?" "Iya." "Terima kasih Ayah! Kami mau beristirahat. Ayo Marife! Selamat malam!" "Selamat malam!" Mereka meninggalkan Edward untuk beristirahat. "Pak Rian, apa aku salah telah merestui hubungan mereka?" "Aku rasa Anda tidak salah. Mereka pantas mendapatkan kebahagiaan. Apa Anda tadi melihat Tuan Zachary sangat gembira? Saya belum pernah melihatnya segembira ini." "Mudah-mudahan aku tidak salah telah merestui hubungan mereka. Semoga mereka dapat hidup bahagia dan yang aky khawatirkan sekarang bagaimana tanggapan orang-orang mengenai hubungan mereka." "Kita sebaiknya percayakan saja pada Tuan Zachary untuk menyelesaikan masalah ini." "Iya. Kamu benar." *** Keesokan paginya setelah sarapan pagi. "Aku merasa senang Ayah menyetujui pernikahan kita." "Iya. Aku juga senang,"kata Marife. "Marife, kita hadapi ini bersama-sama dan jangan pedulikan pembicaraan orang tentang kita nanti." Marife menganggukkan kepalanya. "Sebaiknya aku mengantarmu pulang pasti Susan sekarang sedang mencemaskanmu." Zacahary mengantarkan Marife pulang sampai pintu depan apartemen. "Sayang, istirahatlah yang cukup, karena besok kita akan menghadapi hari yang panjang dan juga katakan pada Susan permintaan maafku, karena sudah menculikmu." Zachary kemudian mengecup bibir Marife. "Selamat jumpa!" "Sampai jumpa!" Marife masuk dan langsung memeluk Susan. "Marife, kamu pergi kemana saja? Aku benar-benar mencemaskanmu?" Marife menceritakan semuanya kepada Susan termasuk rencana pernikahannya dengan Zachary. "Bagaimana dengan Luca, Marife? Pasti dia akan sangat sedih kamu akan menikah dengan Pak Zachary." "Aku tahu. Besok aku akan berbicara dan meminta maaf padanya." "Semoga saja dia dapat menerimanya." Susan dan Marife kemudian berpelukan lagi. *** Besok paginya kedatangan Marife ke lokasi syuting mengejutkan semua orang termasuk Luca. Marife mendekatinya dan memintanya untuk berbicara di tempat lain. Luca mengikuti Marife. Orang-orang mulai berbisik-bisik. "Maaf. Aku sudah meninggalkanmu di pernikahan kita. Aku tidak bermaksud untuk melakukannya." "Aku tahu. Kamu diculik oleh Pak Zachary, tapi kenapa selama lima hari ini kamu sama sekali tidak menghubungiku dan ponselmu selalu tidak aktif. Apakah selama beberapa hari ini kamu bersama dengannya?" Marife menatap Luca dengan pandangan sedih. Ia tidak tega membuatnya sedih, tapi bagaimana pun ia harus mengatakannya. "Benar. Selama beberapa hari ini aku bersamanya." Hati Luca langsung terasa sakit, karena sudah merasa dikhianati oleh Marife. Ia berharap Marife tidak mengatakan itu. "Kamu bahagia bersamanya?" "Iya. Dia juga mencintaiku dan kami memutuskan untuk menikah." Luca sangat terkejut. Dia tidak dapat mempercayai pendengarannya. "Kamu akan menikah dengannya. Bagaimana denganku, Marife?" "Maaf. Sekali lagi maafkanku. Tidak ada pernikahan diantara kita. Kamu boleh memarahiku. Aku memang pantas mendapatkannya." Luca menatap Marife dengan pandangan marah. "Setelah aku mengetahui Zachary mencintaiku, aku semakin tidak bisa jauh dengannya, karena aku juga mencintainya. Aku tidak bisa berbagi jiwa dengan pria lain." Kata-kata Marife sudah membuat Luca sedih.Pandangannya bercampur marah dan kecewa. Ia tahu dari awal Marife tidak akan pernah bisa mencintainya. "Jadi kamu lebih memilih Pak Zachary dari padaku?" "Iya." "Dia sangat beruntung bisa mendapatkan cintamu.: "Maafkan aku!" Luca mendekati Marife dan berusaha untuk menciumnya dengan paksa. Marife memberontak dan menamparnya. Ia menangis dan Luca telah sadar perbuatannya membuat Marife marah dan sedih. Marife memandangnya dengan pandangan marah. "Maaf. Aku tadi hanya tidak bisa menerima kamu lebih memilih dia." "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan ini padaku. Padahal aku menganggapmu sebagai teman baikku. Aku tahu, aku telah mengecewakanmu dan sudah membuatmu sedih. Aku bersalah padamu makanya aku datang menemuimu untuk meminta maaf, tapi aku malah mendapat perlakuan buruk darimu. Aku kecewa padamu." Marife pergi meninggalkan Luca dengan wajah basah oleh air mata. Orang yang melihat Marife menjadi terheran-heran. Zachary kembali ke kantor dan para pegawainya mulai berbisik-bisik dan ia berusaha untuk tidak mempedulikannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD