Bab 6. Alergi

1237 Words
Tidak menangis bukan berarti kuat. Ya, kata itulah yang selalu Kyara ucapkan saat menatap Samudra. Setelah kejadian semalam, Kyara tidak bisa langsung tidur. Setelah menyelesaikan semua perintah samudra, Ia baru bisa memejamkan matanya pukul 4 pagi dan pukul 6 pagi Samudra sudah menyiram wajahnya dengan air teh yang cukup panas. "Auw!" Kyara meringis. Namun, tak berani menangis. "Bangun, pemalas! Kau pikir aku memberimu uang 100 juta hanya untuk tidur, hah!" Mencengkram tangan Kyara kemudian menyeretnya "Ikut aku!" Kyara yang masih terkantuk-kantuk terkesiap, buru-buru bangun dan mengikuti langkah Samudra yang jauh lebih lebar darinya. Cukup jauh Samudra mehyeret Kyara hingga akhirnya nereka berhenti di sebuah kolam renang. Kolam yang biasa Samudra gunakan bersama Indah, istrinya. Tapi apa yang hendak pria itu lakukan? Melelapkannya agar bisa membunuhnya? Kyara sudah menggeleng ketakutan, mengingat dia tidak pandai berenang seperti Indah. "Apa yang kau lihat, Bodoh? Turun dan ambil ponselku di sana?" Tunjuk Samudra pada genangan air biru di dalam kolam renang itu. Gadis itu membulatkan mata. "Ponsel? Ponsel Tuan Samudra pasti mahal, jadi sayang kalau dibiarkan. Tapi bagaimana? Aku tidak bisa berenang," batin Kyara ketakutan. "Cepat turun dan ambil ponselku, Bodoh!" Menarik tubuh Kyara ke depan dan sedikit mendorongnya. "Tapi, Tuan?" "Kamu mau saya tarik pembiayaan rumah sakit ayahmu untuk membeli ponsel baruku, hah!" ancam Samudra. Kyara menggeleng cepat, tentu saja dia tidak mau. Dan tanpa pikir panjang, gadis pendek itu loncat ke dalam kolam dan mencari ponsel yang Samudra maksud. Sementara Samudra tersenyum smirk karena sebenarnya ponsel yang dimaksud ada di dalam sakunya. ia sangat puas melihat gadis cupu itu terjun bebas tanpa arah, apalagi saat Kyara mulai kehabisan oksigen. "Gadis bodoh!" Makinya seraya tertawa kecil kemudian melenggang pergi meninggalkan Kyara yang saat ini sudah susah payah naik karena kehabisan udara. "Tuan, tolong!" Kyara menggerak-gerakan tangannya, berharap bisa naik dari ketinggian air yang ternyata melebihi batas ketinggiannya. Namun, bukannya menolong Kyara melihat Tuan Samudra pergi seraya menyalakan rokoknya. Kyara tak patah semangat, terus menggerakan tangannya dan meminta tolong. Namun karena terlalu lama akhirnya gadis itu kehabisan tenaga hingga akhirnya terlelap. "Tolo—" *** Di sebuah ruangan tertinggi di perusahaan. Samudra membanting sebuah tab yang tersambung dengan cctv di halaman belakangnya. Berkat seorang satpam yang yang bekerja di rumahnya, Kyara berhasil naik dan selamat dari permainan Samudra. "Penjaga bodoh! Akan kupecat kau!" gertak Samudra murka. Pria itu berniat membunuh Kyara? Entahlah. Samudara hanya menginginkan gadis itu menderita. Bagaimana pun dan oleh siapa pun itu. Namun, bukannya melihat Kyara menderita, Samudra malah membuat Kyara mendapatkan teman di rumahnya. "Sial!" umpatnya lagi dalam hati. Tak cukup sampai disitu, Samudra yang tidak fokus bekerja karena kekesalannya pada Kyara memilih pulang. Menemui gadis itu dan menyeretnya masuk ke dalam kamar. "Tuan, apa yang kau lakukan?" Lagi dan lagi Samudra bertindak semena-mena pada Kyara yang saat itu sedang mengobrol dengan penjaga tadi. Kyara takut setiap kali pria itu datang dan menyeretnya. "Layani aku!" kata Samudra seraya mendorong Kyara ke atas kasur. Kyara terlonjak. Matanya membulat tidak ingin. Terlepas dari apa yang Samudra lakukan tadi pagi, entah sengaja atau tidak Kyara tidak terlalu mempermasalahkannya. Tapi tidakkah pria ini memiliki sedikit hati? Meminta maaf walau hanya basa-basi, atau sekedar bertanya bagaimana keadaannya. "Haha, Kyara! Kau berharap apa? Kebaikan dari seorang iblis? Itu tidak mungkin!" maki Kyara pada dirinya sendiri. "Apa kau tuli, hah! Cepat layani aku!" Menarik rambut Kyara dan membantingnya ke bawah. Dengan posisi yang sudah bersimpuh di depan Samudra, mata Kyara berkaca-kaca. apalagi saat Pria itu menanggalkan celananya. Sama sekali tidak peduli dengan ekspresi wajah Kyara yang ketakutan. "Cepat atau aku cabut semua fasilitas kesehatan ayahmu!" Lagi dan lagi ancaman Samudra membuat Kyara menggeleng dan cepat-cepat melakukan apa yang Samudra inginkan. Kyara jijik, marah tapi ia juga tidak berdaya. Dia membenci Samudra. Meski Samudra adalah suami yang berhak memintanya tapi tidak bisakah Samudra memintanya dengan baik atau dengan basa basi lebih dulu? Bukan dengan ancaman seperti tadi. Ah, ya Kyara lupa. Dia lupa kalau dia bukan istri, melainkan b***k hina seperti yang Samudra katakan waktu itu. Terus memaksa juniornya agar lebih masuk, Kyara yang baru pertama melakukannya sampai muntah. Namun Samudra tak peduli sama sekali, hanya hasrat dan balas dendam yang ia rasakan saat ini. Selesai dengan kegiatannya, Samudra kembali memakai celananya dan pergi dari sana. Meninggalkan Kyara yang saat ini sudah menangis seraya membersihkan bibir dan wajahnya. "Ayah, Kyara ingin pulang," gumam Kyara dengan air mata yang sudah mengalir. *** Malam hari telah tiba. Setelah perlakuan Samudra tadi, pria itu langsung pergi tanpa kata. Dan kini, Kyara sudah bersiap akan kedatangan Samudra kembali, itu artinya bersiap menghadapi hukuman selanjutnya pula. Kyara mendudukan bokongnya di kasur, beristirahat dan bermalas-malasan sejenak sebelum akhirnya ia disiksa lagi. Disiksa? Ya! Bukankah memang begitu? Dan benar saja, baru saja Kyara duduk, suara teriakan menyambut pendengaran Kyara. "Nah, kan. Alarmku sudah tiba." Buru-buru lari dan turun. Namun tidak ada Samudra di sana. Hanya ada Lita, Paman Arya dan Tante Alexa yang hendak pergi. Kyara menunduk hormat pada mereka, kemudian memutuskan duduk sebentar karena ia merasa masih sangat lelah. "Siapa yang mengizinkanmu duduk di sana, pembunuh?" tanya Oma murka. Kyara terkesiap, buru-buru berdiri dan kembali menunduk, "Maaf, Oma." Oma berdecih, memandang Kyara hina. "Cucuku tidak pulang hari ini." Baru saja Kyara menghembuskan nafas lega. Ucapan Oma selanjutnya membuat Kyara seperti tercekik. "Jadi kau tidur di luar menjaga kucing-kucingku!" Titah Lita membuat Kyara langsung melotot. Bukan tidak ingin Kyara menuruti perintah Oma Samudra, tapi Ia alergi kucing. "Tapi oma?" "Tapi apa? Kau tidak mau? Oke! Akan saya laporkan kamu ke cucukku kalau kau membantah ucapanku nanti!" ancam Oma. "Tidak, bukan begitu Oma. Tapi aku…." "Yasudah kalau begitu. Tidak ada tapi-tapian. Sekarang kau bawa kucingku keluar dan tidur di sampingnya. Kucingku ingin tidur diluar hari ini. Jadi kuijinkan kau menyentuhnya. Jika tidak, mana sudi aku memberinya padamu," cibir Oma seraya menyerahkan kucing yang sejak tadi di genggam. Kyara menerimanya, dan saat itu juga Kyara langsung bersin-bersin. Tapi Oma tidak peduli, ia malah tersenyum penuh kemenangan seraya pergi. Sebenarnya oma tahu gadis cupu itu alergi kucing, terlihat bersin setiap kali didekati kucing. Itulah sebabnya oma menyuruh Kyara tidur di luar sambil menjaga kucingnya. "Enak saja mau tidur di kamar cucuku," kata oma dengan wajah tak terima. Sedang Kyara yang sudah berada di luar menghembuskan nafasnya panjang. Lepas dari pintu neraka satu, terbukalah pintu neraka lainnya. Sambil menggendong kandang kucing Oma, Kyara berjalan keluar. Meski hidungnya tidak juga berhenti bersin tapi Kyara bisa apa. Membantah dan melawan perintah dari orang-orang di rumah ini? Mana berani. Kyara hanya berharap keajaiban datang padanya. Sebuah keajaiban yang mengubah takdir hidupnya. Sebenarnya Kyara tidak yakin, mengingat Samudra sangat berkuasa dan memiliki segalanya. Namun manusia paling kuat mana yang dapat melawan tuhan. "Benarkan, Kucing?" tanya Kyara pada kucing yang digendongnya. Meski alergi, sebenarnya Kyara sangat menyukai kucing. Tak jarang mengajak hewan satu itu mengobrol saking lucunya. Tapi siapa sangka, hal itu membuat Oma yang ternyata masih memperhatikan Kyara bergidik ngeri, mengira jika gadis itu sudah kehilangan akal. "Gadis gila," ujar Oma seraya buru-buru pergi dari sana dan mengunci semua pintu rumah. Takut jika gadis gila itu tiba-tiba masuk dan menyerangnya karena sudah gila. Sedang Kyara masih asik mengajak ngobrol kucing oma yang memang sangat lucu dan imut. Menyenangkan sekaligus menyiksa. Ya, Kyara senang karena dipertemukan dengan hewan selucu dan seimut itu, tapi dia juga sedikit tersiksa karena bulu kucing itu sendiri. Selain itu, bukankah Kyara juga harus menjaga kucingnya. Jadi beginilah Kyara saat ini, tidur disamping kucing imut itu dengan hidung yang terus bersin-bersin dan tangan yang terus menggaruk-garuk. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD