Bab 18. Memainkan peraaaan

1054 Words
"Dasar pembunuh. Sekali pembunuh tetap pembunuh! Sampe kapanpun aku ngga sudi akuin kamu jadi mantu cucuku!" teriak Lita seraya mencengkram rambut Kyara dan menarik nariknya. Kyara tidak menjawab, gadis itu hanya diam seraya menikmati rasa sakitnya. Kyara sadar diri, ini semua memang karenanya. Jika Kyara tidak meminta berhenti, Samudra pasti masih sehat sekarang. Namun, teriakan dan cengkraman itu tiba-tiba hilang. Kyara yang sejak tadi hanya tertunduk pun baru mengangkat kepala. "Tuan?" Mata Kyara hampir keluar melihat Samudra berdiri, menyelamatnya. Menahan tangan Lita dan mencengkramnya balik. "Samudra?" Sama halnya seperti Kyara, Lita pun terkejut melihat cucunya bangun. Meski terlihat sangat jelas jika kaki Samudra gemetar, tapi tangannya sangat kuat mencengkram tangan Lita. "Samudra? Kamu sudah bangun, Cucuku?" Tidak menjawab jawaban, Lita hanya melihat tatapan tajam. Sedikit takut melihat hal itu Lita segera menjelaskan "Nak, ini ngga seperti yang kamu li—" "CUKUP!" semua orang terlonjak mendengar sentakan Samudra. Pria itu sakit, tapi tidak dengan suaranya. Seperti biasa jika sedang marah, Samudra mampu membuat semua orang gemetar ketakutan. "Berani kalian menyentuh Kyaraku, akan kubalas perbuatan itu dengan lebih kejam," ucapnya dan kembali jatuh. Kyara yang terkejut langsung memeluk Samudra guna menahan. Ia tahu Samudra pasti hanya menguat-nguatkan. Dan benar saja, pria itu akhirnya tumbang setelah membentak Lita. Sebenarnya, Samudra memang ingin bangun sejak Kyara dan Aron masuk ke dalam ruangan. mengira jika mereka habis pacaran atau nge date. Apalagi semenjak Aron memeluknya. Ingin sekali Samudra menghajar bocah tengik itu sampai mati. Untung Lita segera melihat dan menghentikannya. Dan saat Aron mengajak Kyara pergi, di situlah Samudra yang mulai bisa menggerakkan tubuhnya tapi memilih diam. Ia ingin tahu jawaban apa yang akan kyara pilih. Dan saat Kyara memilih tetap tinggal, disitulah samudra tersenyum dan menetapkan Kyara menjadi miliknya, hidupnya juga masa depannya. Gadis cupu yang selama ini tidak ia anggap itu ternyata paling bersedih melihatnya terluka. Juga paling membelanya padahal sering ia siksa. "Tuan, kenapa tuan berdiri?" tanya Kyara khawatir bercampur takut. Kyara yang biasa canggung kini terlihat biasa saja, ia bahkan memeluknya tubuh itu erat. Tidak sadar dengan tatapan tajam Lita maupun yang lainnya. "Saya tidak ingin kamu pergi." Ha? Kyara menatap pria yang tiba-tiba bangun itu aneh. "Tuan? Tuan ngomong apa?" "Saya mencintaimu, Kyara Cinta!" bisik Samudra membuat Kyara kegelian. Entah sejak kapan ia senang sekali menggoda gadis ini. Sedang Lita yang syok dengan sikap Samudra menjadi kesal. Pergi seraya menghentakkan kaki. Ditutur oleh Arya dan istrinya. "Saya di sini, Kyara!" tutur Samudra seraya memutarkan kepala Kyara agar menatapnya. "Tapi Tuan, Oma?" "Biarkan. Bukankah kamu ke sini untuk melihat saya hm?" "Benar, tapi gimana dengan Om—" Kyara diam saat Samudra tiba-tiba mengecup bibirnya. Terasa kenyal dan manis, Kyara diam membeku merasakannya. Arghh gila! Ini bukan mimpi, kan? "Kamu terlalu banyak bicara, jadi saya hukum kamu!" sentak Samudra guna menutupi kegugupannya. Entah bagaimana bisa bibirnya tiba-tiba bergerak sendiri dan mengecuk gadis cupu itu. Dan bodohnya lagi, Samudra menikmati kecupan itu, bahkan menginginkannya lagi. Kyara yang diam-diam tersenyum tipis ternyata tertangkap oleh Samudra. Terlihat sangat cantik dan manis. "Kenapa? Mau lagi?" "Iya! Eh." Sekarang giliran Samudra. Pria itu tersenyum tipis mendengar jawaban Kyara meski Samudra tahu itu keceplosan. "Oke, dengan senang hati!" tutur Samudra langsung membuat Kyara ketar-ketir. "Eh, eh tuan. Bukan itu maksudku," kilah Kyara seraya menahan d**a suaminya. Argh mulut, lagian kenapa jujur banget, sih! "Bukan begitu?" sedikit menautkan alis, "Lalu bagimana? Bisa kamu contohkan?" Kembali mendekatkan d**a hingga Kyara yang lemah terpojokkan. Argh kingkong tua, contoh apa, sih! Aku kan hanya keceplosan tadi. Ya, meski sebenarnya suka, sih. "Kyara Cinta?" "Eh iya, Tuan?" Kyara terdiam sebentar, ia seperti mengingat sesuatu. Tunggu-tunggu, tuan memanggil nama lengkapku tadi, kan? Tapi dari mana tuan tahu? "Sejak kapan kamu mencintaiku?" tanya Samudra membuat Kyara bingung. Mencintai? "Masudnya, Tuan?" Sementara Samudra yang sejak tadi bicara tapi tak kunjung di fahami menjadi kesal sendiri. "Tidak jelaskah aku bicara sampai dia terus bertanya? Oke, sabar Sam. Bukankah dengan wanita seperti Kya ini harus pelan-pelan? Tapi bagaimana kalau bocah tengik itu muncul lagi dan mengajar Kyara pergi?" batin Samudra bertanya pada dirinya sendiri. "Akan kuhabisi dia sampai mati!" ucap Kyara membuat Samudra langsung menatapnya. "Apa maksudmu?" tanya Samudra dengan nada tinggi, ia mengira Kyara akan menghabisinya sampai mati. "Oh ngga, ini Tuan, Aron memberiku pesan kalau dia akan kembali. Dan jika aku menolak untuk yang kedua kalinya maka dia akan menghabisimu sampai mati," jelas Kyara membuat Samudra mengepalkan tangan. Bocah tengik sialan! Dia fikir dia siapa. Buru-buru mengambil alih ponsel Kyara dan memblokir nomor Aron. "Sekali lagi kamu berani menghubunginya, akan saya habisi semua kelaurgamu!" ancam Samudra dengan rahang yang sudah berdiri. Mendengar itu Kyara langsung tertunduk, ia telah salah. Awalnya Kyara mengira Samudra akan berubah seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata tidak, sepertinya dia hanya akan tetap menjadi babu halal pria itu selamanya. "Baik, Tuan," jawab Kyara lirih. Mematikan ponselnya kemudian menaruhnya di dalam tas. Samudra yang belum terbiasa bersikap lembut pada Kyara sedikit terdiam. Apa aku terlalu kejam padanya?" tanya samudra pada dirinya sendiri. Menepuk sisi kanan brangkarnya meminta Kyara duduk "Duduklah!" "Baik, Tuan." Seperti biasanya, Kyara menurut dan patuh. Duduk di atas brangkar di samping Samudra. Kyara terlonjak saat Samudraa menaikkan tangannya. Mengira akan memukulnya padahal merangkulnya. Melihat itu Samudra menghela nafas. Sebesar itukah ketakutan Kyara padanya? "Kyara...." Dan lagi, Kyara menggeser tubuhnya saat Samudra hendak mengelus pipinya. Mengira Samudra akan menamparnya, mungkin. Tanpa basa basi Samudra menarik tubuh kecil itu, memeluknya erat dan menciumnya. Pria itu tidak berkata apapun, semuanya yang telah dilihatnya hari ini cukup membungkam hatinya. Sedang Kyara yang kebingungan mencoba melepaskan, mengira Samudra ngigau atau apalah yang membuatnya sampai seperti itu. "Tuan? Tuan anda kenapa? Tolong maafin Kyara udah buat tuan seperti ini. Tapi tolong jangan hukum Kyara maupun keluarga Kyara, Kyara ngga punya siapapun lagi selain mereka." Mengira Samudra akan benar-benar membunuh keluarganya, Kyara sudah menangis deras. Membuat Samudra semakin pilu mendengarnya. Kyara tidak melakukan apapun, tapi Samudra seperti sedang dihukum oleh gadis itu. Arghhh f**k! Tidak tahan harus terus menerus melihat itu, Samudra mendorong Kyara dan mengusirnya. "Pergilah, panggil dokter ke sini!" Kan, Kyara yang salah faham semakin salah faham saja. Dan seperti biasa, Kyara membersihkan bekas sentuhannya di badan Samudra kemudian pergi dari sana. "Aku memang hina, tapi tuan tidak berhak mempermaikan perasaanku seenak itu. Lagipula, ya! Kenapa bisa-bisanya kamu menyayangi pria yang jelas-jelas membencimu, kyara? Tuhan, tolong aku tidak kuat!" lirih Kyara yang ternyata masih terdengar oleh Samudra. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD