Gempa Pulau Sanuye

1074 Words
Lukisan senja yang mulai menampakkan diri tergores pada setiap jengkal hamparan langit di atas lautan itu. Warna jingga menyala di ufuk barat sana dengan pantulan bayangannya di atas air laut yang tenang menyala seperti api yang berkobar. Sungguh indah pemandangan sunset di negeri ini. Rasa damai dan tenang akan menyelimuti tatkala melihat lukisan sunset ini. Sang Surya mulai tenggelam meninggalkan singgasananya. Inilah obat penenang jiwa yang tak bisa terlewatkan setiap waktu pulau kecil yang ada di negeri perbatasan ini. Sosok seorang wanita tengah menikmati keindahan sore itu dari atas menara pengawas yang berdiri kokoh di atas tebing negeri Eilidh tersebut. Iya wanita ini selalu setiap setiap sore harinya untuk menikmati lukisan indah sang Pencipta dan mengusir petugas yang berjaga di sana menggantikan mereka hanya pada saat sore menjelma. Tangannya yang terlihat kokoh dimasukkan kedalam kantung celananya. Ini hari terakhirnya di negeri Eilidh dan dia ingin menikmati senja ini lebih lama. "Terimakasih sudah selalu menghiburku dengan keindahan mu matahari. Namamu secantik lukisan mu." Ucapnya terlihat goresan senyum merekah di bibir manis itu. Misi besarnya di negeri ini telah selesai. Postur badan kokoh yang berdiri dengan gagah mengenakan baju kaos berwarna hijau lumut serta celana lorengnya. Namun sayang wajahnya tertutup oleh goresan-goresan berwarna hitam untuk menutupi identitas dirinya. " Sangat tenang disini, andai saja waktu bisa berhenti sekarang. Aku tak ingin beranjak meninggalkanmu." lanjutnya lagi. Suaranya teredam oleh suara ombak yang membentur pada batu tebing itu. Sudah saatnya ia pergi sekarang, karena sang raja langit sudah kembali ke peraduannya meninggalkan kegelapan di ujung langit sana. Namun baru selangkah ia menghentakkan kaki yang berbalut sepatu kokohnya itu membuat suara dentuman pada kayu yang ia pijak. Tiba-tiba suara gemuruh terdengar ya itu bukan suara gemuruh ombak atau angin atau kayu yang ia pijak. Melainkan suara gemuruh yang entah berasal dari mana hanya dalam hitungan detik sebuah guncangan terjadi membuat tubuhnya yang kokoh hampir tumbang. Ia tersungkur namun berhasil meraih tiang besi menara pengawas. Hingga terdengar suara teriakan dari seseorang di bawah sana yang melihatnya dengan panik. "Komandan cepatlah turun. Sebelum ada gempa susulan!" teriak lelaki berseragam lengkap dengan senapan panjangnya memperingatinya. Gempa baru saja terjadi di negeri Eilidh itu, tepatnya di pulau indah bernama Sanuye, hanya dalam waktu sekian detik membuat guncangan yang hebat. Sosok wanita di atas menara masih tetap tenang dan berusaha berdiri untuk mengambil langkah cepat meninggalkan menara. Namun sayang dia kalah cepat dengan waktu, benar saja guncangan kedua datang lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Suara gemuruh semakin mengerikan memekik telinga, ditambah suara hempasan ombak yang mulai meninggi menghantam tebing menara itu. Guncangan yang cukup mengerikan dan berlangsung lumayan lama sampai hitungan menit. Serta merta bangunan yang ada di negeri itu luluh lantak diiringi jeritan suara orang-orang yang meminta pertolongan dan kepanikan serta ketakutan yang menyelimuti mereka. Yang terlintas dalam benak mereka hanyalah bagaimana menyelamatkan diri dan anggota keluarganya. "Apa ini akan menjadi akhir dari perjalananku. Maafkan aku bang tidak bisa menepati janjiku. Takdir tidak berpihak pada kita. Bukan musuh yang membawaku pergi melainkan alam yang sedang menumpahkan amarahnya." Batin wanita itu yang sudah pasrah namun tetap dengan wajah tenangnya ia ikhlas jika gempa ini adalah jalan terakhirnya untuk kembali ke sang pencipta. Tanggungjawab yang ia pikul di pundaknya kini akan berakhir dengan kebahagian dan kemenangan. Tidak pernah ada rasa takut akan kematian karena setiap detik yang ia lalui memang selalu memposisikan diri antara dua pilihan. HIDUP atau MATI. Sehingga kematian tidak pernah terasa menakutkan dalam benak dan pikirannya karena kematian selalu setia mendampinginya. Perlahan namun pasti menara itu mulai tumbang, alam telah mengalahkan kakinya yang selalu berdiri kokoh pada tebing itu. Masih terdengar sayup-sayup suara yang lantang berteriak memanggil namanya berkali-kali dari bawah sana. Para perajurit yang lain tidak bisa melakukan apa-apa. Menara yang tinggi dan berada di atas tebing yang curam dengan lautan di bawahnya. Tubuh sang pemimpinnya begitu jelas terlihat menukik tajam bersamaan dengan besi-besi dan kayu penyangga menara. Tragedi yang teramat sangat mengerikan gempa dengan kekuatan 8,9 magnitudo disertai tsunami kecil yang mengguncang negeri Eilidh sore itu berlangsung kurang lebih tiga menit lamanya namun sudah membuat kerusakan hampir setengah negeri itu hancur. Barak pasukan penjaga perbatasan dan keamanan di negeri itu juga tak luput dari kehancuran. Begitu banyak puing reruntuhan bangunan berserakan untung air laut tidak ikut menghantamnya karena letaknya yang berada di perbukitan yang tinggi. Listrik, jaringan dan saluran komunikasi semua terputus karena mati total. Pasukan Garuda memang pasukan yang tangguh dan lincah sehingga mereka bisa mengevakuasi regu mereka dengan cepat. Benar saja tidak ada perajurit yang mati tetapi tidak sedikit pula yang mengalami cedera ringan bahkan ada beberapa yang mengalami cedera berat. "Cepat kalian cari korban yang lainnya dan segera lakukan evakuasi!" titah sang wakil komandan pasukan tersebut dengan suara lantangnya setelah guncangan gempa berhenti. "Yang lain ikut aku menyisir tebing menara pengawas mencari keberadaan Komandan Barsya!" lanjutnya. "Komandan kamu tidak boleh mati, kamu harus bertahan!" Batinnya seraya bergegas mengumpulkan beberapa pasukannya untuk memberikan arahan dalam mencari sang komandan mereka yang hilang. Negeri yang biasanya selalu di selimuti keindahan di kala sore menjelang dan ketengan di saat malam, kini berganti menjadi mengerikan dan menakutkan bagi semua penghuninya. Setelah 15 menit terjadinya gempa yang maha dahsyat media sudah berbondong-bondong menayangkan kabar duka yang datang dari pulau Sanuye itu. Bencana alam yang baru pertama kali terjadi di sini dan sudah bisa menghancurkan setengah negeri. Kini bertambah lagi kenangan mengerikan yang terjadi di pulau paling ujung negeri ini. Biasanya media memberitakan tentang kepanikan dari warga negeri Eilidh karena adanya gencatan senjata dan penyanderaan warga sipil oleh kelompok orang dari negeri seberang yang inging menguasai negeri tersebut karena merupakan wilayah penghasil minyak bumi terbesarnya . Selain itu media juga sering memberitakan bahwa di negeri ini sering terjadi perdagangan manusia serta tempat persembunyian para penjahat kelas atas. Namun kali ini media membawakan berita bencana alam lah yang kini sedang melumpuhkan negeri tersebut. Seisi pulau Sanuye menampakkan kepanikannya sekarang bahkan dunia juga turut terguncang dengan kejadian tersebut. Semua kalangan baik dari pemerintahan, kemiliteran, kesehatan, serta pebisnis dunia secepat kilat mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan langkah apa yang akan mereka lakukan mengingat bencana ini benar-benar melumpuhkan setengah negeri itu bahkan sedikit lagi hampir seluruh negeri. Sedikit cerita tentang negeri Eilidh yang menyimpan rahasia teka-teki yang membuat dunia juga dalam ketidak percayaan. Di saat pagi menjelang negeri ini penuh dengan catatan kriminal yang teramat sangat berbahaya dan mengerikan tetapi di saat sore hari datang menjelma negeri ini menjadi sangat indah dengan ketenangan luar biasa yang bisa membuat hati orang yang tinggal dalamnya merasa sangat aman dan tenteram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD