Kekurangan Aileen

1160 Words
Malam pun sudah tiba, kini Aileen baru selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Ia menatap Bara yang sedang tertidur di kasurnya layaknya seperti tempat tidur miliknya, padahal Aileen juga ingin berbaring dan beristirahat karena pekerjaan yang di berikan bos nya barusan cukuplah memusingkan, belum lagi memikirkan harus bagaimana dirinya mengajak klien yang sudah menunda kerja sama dengan perusahaan itu untuk secepatnya di lakukan karena perusahaan tempatnya, benar-benar membutuhkan kerja sama dengan klien yang lain supaya proyek yang mereka lakukan bisa berjalan dengan lancar. Aileen rasa Bara sudah tiba saatnya ia bangunkan karena laki-laki itu sudah 3 jam lamanya tidur di atas kasurnya dan ia berharap Bara segera pulang dari apartemennya, sebelum tengah malam tiba. Aileen mulai mengoncangkan tubuh Bara dengan sangat hati-hati namun, Bara masih belum kunjung bangun juga padahal ia bersuara dengan cukup nyaring berbicara. "Kenapa laki-laki ini sangat sulit di bangunkan, sih?!" gumam Aileen sambil memegang hair dryer yang berada di tangannya untuk mengeringkan rambutnya. "Bara!" panggil Aileen dengan nyaring karena dirinya sudah mulai kesal. "Hem," jawab Bara dengan begitu santai sambil matanya terpejam. "Bangunlah, ini sudah malam!" "Hem," sahut Bara dengan santai, laki-laki itu ternyata sudah bangun sebelum Aileen selesai mandi, ia sengaja kembali memejamkan matanya ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka untuk tahu apa yang gadis itu lakukan kepadanya di saat dirinya sedang tertidur seperti itu. "Bara! Ayo, bangunlah!" kesal Aileen, ia bahkan menepuk kedua pipi Bara dengan cukup keras dan menyebabkan kedua pipi Bara Sampai sedikit memerah. "Aku sedang tidur, jangan menganggu ku," ucap Bara dengan pelan sambil berusaha menahan pipinya yang terasa panas itu. "Tidurlah di rumah kamu saja, jangan disini." "Tapi aku ingin tidur disini." "Aku tidak mengijinkan mu!" "Aku tidak butuh ijin dari mu." "Tapi ini apartemen milik ku, jadi aku berhak untuk menyuruh kamu pulang!" "Tetap saja aku tidak akan peduli." "Bri—" ucap Aileen terpotong karena tiba-tiba saja ia mencium aroma yang tidak enak sama sekali. "Bau apa ini?" gumam Aileen ia pun berpikir sebentar dan dirinya seketika teringat dengan rebusan mienya yang ia tinggal dari tadi, padahal dirinya berniat ingin mengangkat teleponan dari bosnya namun tiba-tiba malah dirinya pergi mandi dan melupakan ada yang di dapur. Aileen langsung berlari hingga tanpa sengaja menabrak pintu kamarnya dan menyebabkan lutut nya terasa sakit. Bara yang mendengar suara yang begitu nyaring seperti itu, langsung saja duduk terbangun dan melihat apa yang sedang terjadi, dirinya sampai terkejut melihat Aileen yang sampai menabrak pintu yang sangat terlihat jelas di depan mata. "Gadis yang benar-benar sangat unik," gumam Bara sambil tersenyum tipis, ia tidak tahu apa yang sedang di alami Aileen saat ini sehingga ia bersantai saja dengan bersandar di bantal, sambil mengerakkan kedua kakinya menikmati kasur tempat seorang gadis yang ia cintai itu terasa lembut, wangi dan nyaman. "Bau apa ini?" Bara langsung duduk sedikit tegang. Lalu tiba-tiba lagi ia mendengar suara seperti panci yang terjatuh di lantai, semakin membuat Bara merasa sangat penasaran. "Mungkin gadis itu sedang memasak untuk ku. Rupanya aku tidak salah pilih lagi, pilihan ku memang sangat tepat." Bara terus bergumam sambil berkhayal hingga, ia mendengar suara berisik yang sangat menganggu telinganya dan membuat perasaan Bara merasa tidak enak. Ia pun langsung bangun, lalu bangkit berdiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, hingga menimbulkan suara berisik seperti itu. Sampai di tangga kedua lutut Bara terasa lemas, mulutnya sedikit terbuka melihat kejadian di depan matanya. Dimana ia melihat Aileen sedang berusaha untuk mematikan kompor dengan cara melemparkan alat-alat dapur ke arah kompor itu berharap apinya segera padam. "Ternyata gadis cantik yang terlihat sempurna juga memiliki kekurangannya," gumam Bara sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, lalu ia pun menghampiri Aileen dan segera membantu untuk mematikan api yang sedang menyambar ke atas. "Biarkan aku saja yang memadamkannya," ucap Bara dan Aileen langsung mengangukkan kepalanya dengan cepat. "Bara, awas!" teriak Aileen ketika melihat nyala api yang tiba-tiba menjadi sedikit lebih besar dari sebelumnya. "Tena—" ucap Bara terpotong karena tiba-tiba tutup panci mengenai wajahnya karena sebenarnya Aileen berniat untuk melemparkan ke arah kompor tersebut namun, tangannya sudah terlanjur melemparkan benda itu ke wajah Bara, saking merasa takut dengan kejadian di depan matanya. Bara pun terdiam membisu, rasanya ia ingin memarahi Aileen akan tetapi, ia menjadi tidak tega hingga dirinya memilih untuk menahan rasa amarahnya dalam-dalam dan kembali melanjutkan langkahnya untuk mematikan kompor tersebut, supaya secepatnya aman. "Sudah aman, jadi kamu tidak perlu lagi melemparkan barang-barang ini semua!" ucap Bara menunjukkan ke arah lantai yang sangat berhamburan dengan peralatan dapur. "Syukurlah ..." Aileen akhirnya merasa lega sekarang. "Lagian kenapa kamu malah melemparkan barang ini? Bukannya malah mematikan kompornya?" tanya Bara. "Aku sangat panik hingga tidak dapat berpikir lagi!" jelas Aileen dengan jujur. "Memangnya kamu tahu ilmu semacam itu dari siapa?" tanya Bara yang masih tidak habis pikir dengan tindakan Aileen. "Sudah ku katakan, aku terlalu panik!" kesal Aileen. "Baiklah, lebih baik kamu duduklah dan lebih baik menenangkan diri saja," jelas Bara yang tidak ingin membawa Aileen berdebat. "Lain kali jangan biasakan diri meninggalkan masakan dalam keadaan api yang masih menyala di kompor, sebaiknya tunggulah sampai matang. Kalau sedang pergi sebentar, sebaiknya matikan atau kecilkan saja," jelas Bara memberikan sedikit nasehat kepada Aileen. "Hem, baiklah," jawab Aileen dengan patuh. "Kau lapar?" tanya Bara dan Aileen mengangkukan kepalanya dengan pelan. Bara pun mengambil ponselnya dan memesan makanan lewat online karena ia rasa lebih baik seperti itu ketimbang harus pergi keluar membelinya. Apa lagi dirinya paling malas keluar jika sudah malam seperti sekarang. "Bara, kamu akan pulang?" tanya Aileen. "Hem, tentu saja," jawab Bara berbohong, ia hanya ingin tahu seperti apa exspresi wajah Aileen ketika mendengar dirinya akan pulang nantinya. "Kenapa kamu pulang? Bukankah ini sudah larut malam?" tanya Aileen. "Terlalu lama di tempat seorang gadis tidak baik," jelas Bara yang sudah mulai acting nya. "Kata siapa? Lagiankan disini tidak ada yang memperdulikan hal itu juga," jelas Aileen. "Ya, aku merasa tetap tidak enak saja. Kita berdua masih belum sah." "Kenapa malah berpikir sampai sejauh itu, sih?!" "Ya, siapa tahu kamu khilaf." "Khilaf? Aku?" "Hem." "Apa kau ingin merasakan tamparan tanganku?" tanya Aileen yang merasa geram dengan omongan Bara yang sembarangan tentangnya. "Tidak perlu!" jawab Bara dengan cepat. "Tidak apa-apa, sudah lama aku tidak menyentuh wajah orang. Selama ini aku hanya sering menendang milik laki-laki saja!" ucap Aileen dengan devil. Bara pun seketika memegang miliknya dan membayangkan kembali bagaimana rasa sakit itu yang pernah Aileen lakukan kepadanya beberapa kali sebelumnya. "Kau ingin mencobanya?" "Tidak! Sebaiknya aku pulang saja kalau begitu!" ucap Bara yang langsung berdiri namun, Aileen langsung memegang tangan Bara dan menghentikan laki-laki itu pergi. "Aku hanya bercanda saja!" jawab Aileen dengan cepat. "Tidak apa-apa, aku akan pulang saja," ucap Bara. "Sudahlah, sebaiknya kamu duduk saja sebelum aku benar-benar melakukan hal itu kepada mu!" Bara pun duduk terdiam langsung, Aileen hanya bisa menahan tawanya melihat Bara yang patuh kepadanya. Sedangkan Bara sedikit menjaga jarak dari Aileen karena ia takut Aileen akan kembali menendang miliknya yang berharga itu. "Kenapa menjauhi ku?" tanya Aileen berpura-pura tidak tahu apa yang Bara lakukan. "Tidak apa-apa, aku hanya merasa gerah saja," jawab Bara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD