Bara telah berhasil kabur dari tantenya kini ia langsung menaiki taxi untuk berangkat menuju ke apartemen Aileen, ia tidak ingin memakai mobilnya karena ia memiliki sebuah rencana supaya dirinya tidak bisa pulang ke rumah dengan beralasan tidak membawa mobil, serta dompetnya jika Aileen menanyakan hal itu nantinya.
Bara telah tiba di depan apartemen Aileen, laki-laki itu langsung menekankan bel supaya Aileen tahu bahwa dirinya sedang berdiri di depan pintu saat ini. Hingga beberapa menit menunggu, pintu tersebut terdengar terbuka dari dalam dan Bara merasa sangat senang gadis itu mau membuka dirinya.
"Ada apa?" tanya Aileen dengan sinis.
"Biarkan aku masuk terlebih dahulu."
"Baiklah." Aileen pun mempersilahkan Bara masuk ke dalam apartemenya.
"Katakan apa yang kamu inginkan?"
"Tidak menginginkan apa-apa," jawab Bara dengan santai, lalu ia langsung merebahkan kepalanya di kedua paha gadis itu, hingga terkejut dengan sikap Bara yang telah berani melakukan hal itu kepadanya.
"Bara! Menyingkirlah!" Aileen berusaha untuk berdiri namun Bara dengan cepat memeluk pinggang Aileen dengan sangat erat.
"Kenapa gadis seperti kamu begitu sulit untuk di taklukkan? Tapi, asal kau tahu Aileen, aku sangat menyukai diri mu yang seperti ini dan aku benar-benar merasa sangat tertantang untuk semakin bertekad mendapatkan hati mu," ucap Bara dengan panjang lebar, Aileen hanya terdiam mendengar ucapan Bara.
"Jika aku dimiliki orang lain, apa kau akan tetap mengejar ku?" Pertanyaan itu membuat Bara terdiam sebentar karena ia memang tidak akan pernah membiarkan Aileen menjadi milik orang lain sedikit pun. Entah kenapa Bara yang sekarang tiba-tiba menjadi terobsesi kepada gadis cantik yang sedang bersamanya saat ini.
"Sudahlah! Jangan terlalu banyak bermimpi! Apapun yang kamu inginkan jika Tuhan tidak berkehendak sesuai dengan kemauan mu, kamu mau apa lagi? Sebaiknya kamu tidak perlu berharap mimpi mu menjadi kenyataan, Bara. Ada baiknya kamu pergilah sebelum hidup mu terluka karena aku," ucap Aileen memberikan sedikit peringatan kepada Bara.
Bara tiba-tiba menjadi geram mendengar ucapan Aileen yang seperti itu, ia pun langsung duduk dan menindih tubuh Aileen. Gadis itu langsung menatap tajam ke arah Bara sedangkan Bara dengan membabi buta mencium Aileen karena dirinya merasa sangat takut jika harus kehilangan gadis yang sangat ia cintai di dalam hidupnya.
Tangan Bara tidak bisa diam begitu saja, dirinya mulai meraba bagian sensitif Aileen. Bibirnya terus mencium dan melumat bibir gadis itu secara brutal sehingga Aileen hampir kesulitan untuk bernafas dan untungnya Bara mengehentikan aksinya sebentar karena ia tahu, gadis itu sudah ngos-ngosan.
"Bara! Kau laki-laki yang sangat b******k!" maki Aileen berusaha untuk mendorong tubuh kekar Bara akan tetapi, usahanya sia-sia saja karena Bara memiliki bentuk tubuh yang sangat sispex dan kuat hingga dorongan tangan Aileen tidak akan pernah mempan sama sekali.
"Sudah ku katakan! Aku mencintaimu, Aileen!" ucap Bara dengan tegas.
"Kau mencintaiku? Tapi, kenapa kamu melakukan hal ini padaku?!" bentak Aileen dengan nyaring dan perlahan-lahan Bara menyingkirkan kedua tangannya karena ia baru saja sadar, bahwa apa yang di katakan Aileen barusan adalah benar.
Seharusnya ia menjaga Aileen dengan baik, bukan malah merusak harga diri dan masa depan gadis itu, hanya karena dirinya yang egois. Bara pun bangkit berdiri dan membenarkan baju Aileen yang sempat terbuka karena nya.
Plakk
Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Bara dengan sangat keras, gadis itu tidak habis pikir dengan apa yang telah Bara lakukan kepadanya. Aileen menjadi merasa sangat menyesal telah menolong Bara waktu itu, seandainya ia tidak menolong laki-laki itu mungkin mereka berdua tidak akan pernah bertemu ataupun dekat sampai sejauh ini.
"Kau menampar ku?!" Bara memegang pipi nya sebentar.
"Itu pantas untuk mu!"
"Aileen, aku tahu aku salah. Tapi, aku mohon jangan biarkan hati mu menaruh rasa cinta untuk laki-laki lain!" ucap Bara memohon.
Aileen sudah merasa sangat jengah dengan sikap Bara, ia lebih baik untuk menyelesaikan urusannya yang sempat tertunda itu. Di dalam kamar, Aileen membuka laptopnya dan memeriksa file yang di kirim oleh bos nya beberapa menit yang lalu untuk ia kerjakan di rumah. Sebenarnya Aileen pulang ke apartemen nya sebelum jam pulang kerja karena bos nya menyuruhnya untuk beristirahat saja ketimbang ke kantor dengan perasaan bersedih akibat kerja samanya dengan klien menjadi gagal karena Bara.
Bos Aileen memanglah sosok bos yang sangat mengerti akan dirinya, apapun yang Aileen alami ia tidak akan pernah memaksa gadis itu memaksa untuk terus bekerja, terkecuali ada hal yang sangat mendesak urusan kantor yang tidak bisa ia biarkan Aileen bersantai bekerja, mungkin dirinya hanya bisa mengandalkan Aileen satu-satunya yang dapat ia andalkan dalam menjalankan tugas kantornya. Bos Aileen sudah berulang kali ingin mengangkat Aileen sebagai Maneger di perusahaan besar itu namun, Aileen menolaknya dengan keras.
"Aileen, kenapa kamu malah mengabaikan aku?" tanya Bara menghampiri gadis itu hang sedang berkutat dengan komputer nya.
"Aku sedang sibuk, sebaiknya kamu pulang saja!" usir Aileen secara terang-terangan.
Namun, Bara tentu saja tidak ingin pergi ia malah merebahkan tubuhnya di atas kasur Aileen. Entah kenapa tiba-tiba dirinya kembali berpikir tentang ucapan Aileen yang berada di rumah sakit waktu itu, mengatakan untuk menjauhinya. Sampai sekarang Bara masih belum menemukan alasan Aileen mengatakan hal itu.
"Aileen, bisakan kamu mengatakan apa alasan kamu tidak ingin aku mendekati mu lagi?" tanya Bara tanpa basa-basi lagi.
"Lupakan saja itu!" jawab Aileen.
"Hei! Mana bisa aku melupakan hal itu dengan mudah!"
"Ya, itu terserah kamu! Bukan urusan ku!"
"Kenapa gadis ini sangat keras kepala sekali, sih?!" gumam Bara dalam hatinya, akhirnya ia berhenti untuk berbicara dan membiarkan gadis itu melanjutkan apa yang sedang dikerjakan saat ini.
Sedangkan dirinya ia terus asik dalam pikirannya hingga tiba ia memikirkan tentang kematian nenek kesayangan nya yang sampai saat ini masih belum ia temukan siapa pelakunya.
"Oma, berikan aku petunjuk siapa yang membuat oma sampai pergi meninggalkan Bara seperti ini?!" gumam Bara dalam hatinya, ia menjadi sangat merindukan nenek kesayangan nya itu sudah beberapa hari ini dirinya tidak pergi ke makam untuk memberikan bunga, sebenarnya ia tidak ingin terlalu berlarut dalam kesedihan apa lagi ketika dirinya berada di sana hatinya seketika rapuh saat itu juga.
"Bara, bisakah kamu pulang sekarang? Ini sudah sore!" ucap Aileen seketika menyadarkan lamunan Bara.
"Aku sangat lelah dan tidak bisa berdiri sekarang," ucap Bara beralasan.
"Tidak kamu harus segera pulang dari apartemen ku!"
"Bagaimana bisa kamu memaksa ku seperti itu? Kau tahu tubuh ku sangat lemas tidak berdaya!"
"Bara, jangan banyak alasan!'
"Kalau kamu tidak percaya, kamu coba bangun kan saja aku!"
Aileen tidak ingin menyerah begitu saja, ia pun menarik kedua tangan Bara dan ia merasakan seluruh tubuh Bara benar-benar sangatlah kuat, ia tahu laki-laki itu sedang ingin mengerjai dirinya saat ini. Aileen tentu saja banyak ide untuk menyingkirkan Bara dari apartemennya, hanya saja dirinya sedang dalam keadaan tidak mood untuk melakukan hal itu sehingga ia membiarkan Bara berbaring di kasurnya dengan semaunya saja.
"Tumben dia tidak mengancam ku dengan cara menendang milik ku yang berharga ini," gumam Bara dalam hatinya kebingungan, ia merasa Aileen saat ini benar-benar tidak asik.