Sebuah kesepakatan

1240 Words
Kebingungan melanda ibu, Naya dan Nayla. "Kak Nayla bukan kah pacarmu kaya, kenapa kakak tidak pinjam uang dulu sama dia?" Tanya Naya dengan wajah penuh harap pada kakak nya. "Aku gak mau, kemarin aku baru dibeliin barang branded harga ratusan juta. Malulah aku harus minta lagi." Jawab Nayla dengan wajah enggan nya. "Kalau begitu jual saja perhiasan mu dulu, pasti cukup perhiasanmu kan banyak dan harganya mahal." Naya menatap kakaknya penuh harap. Nayla berpikir sejenak "Gak ah aku gak mau." Jawab Nayla mantap. "Kenapa kak ? Ini demi ayah!" Naya mulai kesal. "Mas antoni memberikan nya padaku. Jika saat dia mengajak ku lalu dia ingin aku memakai nya, tapi ternyata gak ada gimana? Aku takut dia marah." Jawab Nayla dengan pura -pura mengiba. "Kak apa kau tidak memikirkan ayah!" Naya semakin kesal, dia menatap kakaknya dengan jengkel. "Sudah hentikan!" bentak ibu mereka. "Ini urusan mama! Dia suami mama!" Ibu mereka menghela nafas kasar, kesal kepada Nayla sebenarnya. "Naya terima kasih atas kepedulian mu sayang. Dan kamu Nayla, perhiasan lebih penting bagimu daripada ayahmu!" Ibu membentak Nayla, dirinya tak menyangka Nayla akan lebih mementingkan perhiasan daripada ayahnya. "Maaf mam, bukan begitu maksudku." Nayla memeluk ibunya dan pura-pura menangis, bukannya tak menyayangi ayahnya. Tapi perhiasan itu begitu berharga baginya. Sehingga membuat Nayla enggan memberikan perhiasannya. Sementara dari tadi ada yang memperhatikan mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Ehm"Sebuah deheman keras dari seseorang yang memperhatikan mereka tadi. "Pak Ardi!" Ibu menundukkan pandangan nya. "Bagaimana keadaan pak Harun, Bu Dinda?" Tanya Ardi yang merupakan atasan dari Harun dan ayah dari Dina. "Tidak baik pak, dia harus operasi." Jawabnya gelisah. "Terus mobil bapak jadi rusak." Ibu Naya semakin sedih dan takut kalau pak Ardi marah. "Gak usah memikirkan mobil, yang penting kesehatan Harun. Kalau mobil tenang saja karena sudah ada asuransinya." Ujar pak Ardi tulus. "Terimakasih atas kebaikannya, pak." Ibu Naya jadi sedikit tenang. "Ini ada sedikit bantuan, untuk sekedar nambah-nambah biaya operasi. " Ardi menyodorkan amplop coklat berisi uang kepada ibu Naya. "Terima kasih banyak pak atas bantuannya, hik hik hik." Ibu Naya tak sanggup menahan isakannya. "Sudahlah yang sabar ya, kalau begitu saya permisi dulu." Ardi pun pergi setelah pamit kepada ibu, Naya dan Nayla. Sementara itu, Dina yang memang ikut ayahnya ke rumah sakit minta izin pada ayah nya untuk mengobrol dulu dengan ibu Dinda. "Bu bisa kita ngobrol sebentar?" Pinta Dina dengan sopan. "Baiklah, non." Jawab ibu Dinda, ibunya Naya dan Nayla. "Tapi hanya kita berdua. Ibu bisa kan ikut saya sebentar?" Dina bertanya kembali. Bu Dinda mengangguk dan mengikuti kemana Dina pergi. Setelah agak jauh dari Naya dan Nayla, di tempat yang agak sepi di sudut rumah sakit. Dina mulai dengan percakapannya. "Bu Sebelumnya saya minta maaf , tapi saya rasa ini untuk kebaikan ibu dan teman saya juga." Dina mulai membuka obrolan nya. "Maksud non?" Bu Dinda menatap Dina bingung. "Saya tahu ibu butuh biaya yang sangat besar untuk biaya rumah sakit suami ibu. Sedangkan teman saya butuh anak untuk suami nya." Dina berhenti sejenak, lalu melanjutkan perkataannya. "Kalau ibu mau, ibu bisa menikahkan salah satu putri ibu dengan suami teman saya. Nanti ibu akan mendapatkan uang yang banyak untuk biaya rumah sakit bapak." Ujar Dina dengan hati-hati, sebenarnya dia merasa tak enak hati saat bicara. "Apa? Maksud non saya harus menjual anak saya!" Mata ibu membelalak tidak suka dan marah kepada Dina. Suaranya meninggi dan penuh penekanan. "Tidak begitu Bu, ibu jangan salah paham. Maksud saya, setidaknya ibu dan teman saya bisa saling membantu." Dina menghela nafas gelisah. "Kalau ibu mau, hari ini juga operasi bisa langsung dilakukan. Dan teman saya itu orang kaya Bu, kesempatan hanya hari ini karena besok pagi teman saya harus sudah pergi ke luar negeri." Lanjut Dina. Bu Dinda menghela nafas gusar, dia bimbang antara setuju atau tidak. Tak mau disebut menjual anaknya demi uang, tapi dia butuh uang untuk biaya operasi suaminya. "Coba ibu pikirkan baik-baik, ini demi keselamatan suami ibu juga. Saya pastikan, calon suami anak ibu itu sangat baik orang nya, anak ibu akan bahagia bersamanya." Ujar Dina terus berusaha membujuk ibu Dinda. "Kalau begitu saya permisi dulu. Ibu bisa menghubungi saya nanti, jika ibu setuju." Dina pun pergi dari hadapan ibu Dinda, setelah pamitan. Sedangkan, Dinda kembali ke ruangan tempat suami nya berada dengan perasaan campur aduk. Sesampainya di di depan ruangan suami nya, tampak Naya dan Nayla sedang menangis. Dokter baru saja keluar dari ruangan itu. "Ada apa ini?" Tanya ibu mereka panik, matanya mulai mengembun berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah. Takut terjadi sesuatu kepada suaminya. "Maaf Ibu, Bapak harus segera dioperasi hari ini juga keadaan nya kembali kritis. Silahkan ibu urus administrasi nya supaya pak Harun bisa segera kami tangani" Ujar dokter, menjelaskan. "Baiklah Sekarang saya akan urus biaya nya." Ibu berkata dengan lirih, dia menatap kedua anak gadisnya bergantian. "Kalau begitu saya permisi." Dokter pun pergi. "Mama ada uang dari mana? Apa yang yang diberi pak Ardi cukup?" Tanya Nayla, merasa heran karena sepertinya sang ibu yakin bisa membayar biaya operasi ayahnya. Ibu mereka menggelengkan kepalanya sedikit. "Lalu?" Tanya Naya. "Dengarkan ibu baik-baik sayang, ibu minta kerelaan kalian demi ayah kalian." Ujar ibu dengan penuh harap. Naya dan Nayla yang tak mengerti arah pembicaraan ibunya, hanya bingung dan ingin tahu maksud ibu nya. "Ada seseorang yang akan mengurus semua biaya rumah sakit ayah kalian, dengan syarat harus menikah dan memberikan anak untuk suami nya." Ujar ibu dengan wajah sedihnya, tak tega sebenarnya meminta pengorbanan sebesar ini pada kedua putrinya. "Apa! Mam, itu sama saja dengan ibu menjual kami!" Pekik Nayla, matanya membola karena terkejut. Begitupun Naya, merasa tak percaya dengan pendengarannya sendiri. Dia menggosok kupingnya beberapa kali. "Mama minta maaf tapi sudah tidak ada jalan lain nya, ayah kalian kritis dan saat ini harus segera dioperasi,ibu mohon" Ujar ibu mereka mengiba, menangkupkan kedua tangan nya kepada kedua putrinya. "Kalau begitu dia saja yang single, aku kan udah ada mas antoni." Ujar Nayla sambil menunjuk ke arah naya. Bu Dinda menghela nafasnya gelisah. "Naya, apa kamu mau berkorban demi ayahmu?" Tatapan ibu mereka dipenuhi linangan air mata. yang membuat Naya tak sanggup untuk menolak nya. "Baiklah mam, aku saja." Jawab Naya lirih dengan air mata berlinang. "Terima kasih sayang." Jawab ibu mereka dengan rasa senang bercampur sedih. Senang akan mendapatkan biaya rumah sakit untuk suaminya, dan sedih karena harus mengorbankan putrinya. Ibu Dinda segera menghubungi Dina, dia setuju untuk menerima tawaran Dina. Setelah Dina menceritakan semuanya kepada Alena, Alena pun setuju dan segera membawa uang cash ke rumah sakit tempat pak Harun di rawat. "Ini uang lima ratus juta, sekarang siapa yang akan menikah dengan suami ku?" Ujar Alena kepada Bu Dinda sambil menyodorkan amplop berisi uang itu. "Saya!" Jawab Naya pelan, kakinya melangkah menghampiri menghampiri Alena. Alena memandang Naya dari atas sampai bawah. "Lumayan dia tidak terlalu cantik, tidak pakai make up, penampilan nya biasa saja." batin Alena. Lalu dia melirik ke arah Nayla, "Kalau dia sepertinya wanita yang pandai menggoda pria, aku tak suka." Tentu saja karena Nayla dan Naya mempunyai penampilan yang berbeda. Nayla memakai rok diatas lutut dengan blouse terbuka bagian dadanya, membuat sebagian buah dadanya sedikit terlihat di tambah high heels dan make up membuat Nayla tampak seksi dan menarik. Naya hanya memakai celana jeans abu-abu dengan atasan kemeja tiga perempat dan rambut di kuncir. Tanpa make up tebal dan hanya memakai liptin di bibirnya. "Baiklah, kalau begitu sekarang kamu ikut saya kita harus membicarakan sesuatu dulu." Alena melangkah pergi dengan sikap sombong nya di ikuti Dina dan Naya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD