Kana menghela nafas panjang dan kembali mematutkan dirinya didepan kaca. Hari ini adalah hari ulang tahun pemilik perusahaan. Perasaan Kana sedikit merasa panik karena harus mengerjakan urusan kantor sekaligus membantu untuk acara ulang tahun pak Ken.
Hatinya merasa lega ketika Karina memberitahu bahwa mereka tak perlu hadir di acara tersebut, cukup memastikan bahwa semua tamu undangan hadir dan sisanya tinggal EO yang mengambil alih.
Walau begitu, Karina dan Kana sudah berada dirumah Jiyo sejak siang untuk memastikan bahwa nama yang tercantum sudah benar dan list makanan yang disajikan di masing-masing meja sudah sesuai dengan permintaan para tamu.
“Kana, aku berangkat duluan ya … aku disuruh ibu Grace untuk memastikan beberapa hal ditempat lain, setelah itu aku langsung pulang. Aku hanya titip meja sebelah kiri dekat meja keluarga pak Ken. Disana akan duduk pak Mahesa dan beberapa direksi dan tamu undangan pak Jiyo pribadi. Jika sudah pasti kamu bisa tinggal untuk pulang,” pesan Karina.
“Baik mbak, segera aku cek,” ucap Kana cepat sebelum berpisah dengan Karina. Kana segera bergerak kembali ke ruang utama dan memastikan bahwa posisi nama dan urutannya sudah benar.
Hatinya sempat tertegun ketika melihat nama Mahesa dan disampingnya tertulis Mrs. Mahesa. Apakah Mahesa akan datang bersama istrinya? Apakah berita bahwa Mahesa duda hanya rumor semata?
Lamunan Kana terhenti ketika seseorang menghampirinya.
“Saya tim MUA untuk ibu Elena, ruangannya dimana ya mbak?” tanya dua orang perempuan yang menyapa Kana.
“Oh mari saya antar, ruangannya ada dirumah yang satu lagi …” ajak Kana sambil mengarahkan kedua perempuan itu menuju kediaman lain.
Ini pertama kalinya Kana berjalan menuju rumah kediaman Elena. Membantu persiapan acara membuatnya mulai hafal seluk beluk rumah besar atasannya itu.
Mereka berjalan melalui koridor panjang yang melewati taman yang luas sampai akhirnya Kana berpapasan dengan salah satu asisten rumah tangga keluarga Jiyo.
“Masuk saja langsung mbak, ketika masuk langsung belok kanan dan ada pintu kamar yang terbuka, bu Elena menggunakan ruangan itu untuk dress up,” ucap sang asisten rumah tangga mengarahkan.
Dengan ragu Kana membuka pintu besar dan masuk ke dalam rumah. Terdengar suara perbincangan ramai dari sudut kamar yang diarahkan oleh sang asisten rumah tangga. Kana segera mengantar tamunya kesana.
“Permisi, “ sapa Kana ketika melihat Elena tengah didandani.
“Oh Kana? Masuk! “ panggil Elena ramah ketika melihat Kana.
“Saya hanya mengantar bu,” ucap Kana cepat dan segera ingin berpamitan.
“Sebentar, untuk hadir malam ini kamu pakai baju itu?” tanya Elena saat melihat Kana mengenakan pakaian kantor biasa.
“Oh, saya gak hadir bu. Setelah ini saya mau langsung kembali ke kantor, masih ada yang harus dikerjakan.”
Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan yang tengah digunakan sebagai ruang rias oleh Elena. Dom.
“Kana sini,” ajak Elena kembali memanggil Kana. Kana segera mendekati Elena dan terlihat Dom berada dihadapan Elena.
“Kenalkan ini Kana, PA nya Jiyo. Gimana? Dia cantik bukan?” ucap Elena pada Dom dan membuat Kana salah tingkah dikenalkan seperti itu.
Dom hanya menatap Elena sesaat dengan pandangan dalam lalu menganggukkan kepalanya sambil berkata,
“Salam kenal, mbak Kana … perkenalkan saya Dom, staff nya ibu Elena,” ucap pria itu sopan sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Kana hanya bisa mengangguk perlahan dan segera berpamitan untuk mengerjakan hal yang lain. Tamu-tamu yang diundang datang malam itu mulai berdatangan membuat Kana memutuskan untuk segera keluar dari rumah itu.
Baru saja ia hendak meninggalkan rumah dari arah lain terlihat Mahesa dan Hera datang menghampiri.
“Kana?” panggil Mahesa tampak senang bisa bertemu Kana.
Sedangkan Hera tampak terkejut saat melihat Kana seperti rasa terkejut Kana ketika melihat Hera menggandeng lengan Mahesa.
“Kana? Kamu masih disini?” tiba-tiba Jiyo muncul di hadapan Kana membuat Kana semakin salah tingkah dan merasa ia seolah tak diharapkan berada disana.
“Pak, saya pamit ya… “
“Tolong antarkan dulu pak Mahesa dan Hera untuk duduk di tempatnya,” ucap Jiyo memotong ucapan Kana.
Kana segera mengangguk dan mempersilahkan Mahesa dan Hera untuk melangkah lebih dahulu dan segera diantar ke meja mereka.
“Saya tinggal ya pak,” ucap Kana pada Mahesa. Perasaannya terasa tak karuan saat Mahesa menarik kursi yang bertuliskan Mrs. Mahesa untuk Hera.
Gadis itu segera pergi meninggalkan ruangan untuk mencari tempat sepi agar ia bisa menarik nafasnya. Berada di situasi seperti saat ini membuat Kana ingin menangis dan ingin berlari pulang. Tetapi Kana berusaha menahan perasaannya karena tamu mulai berdatangan dan rumah mewah yang besar itu mulai penuh dengan orang-orang.
“Hai, Kamu …,“ panggil seseorang pada Kana membuat Kana segera menoleh dan melihat Grace – ibunda Jiyo dan juga istri pak Ken memanggilnya dengan melambaikan tangan.
Tak jauh dari perempuan itu berdiri ada seorang wanita tua yang duduk diatas kursi roda baru sampai dan hendak masuk ke dalam rumah.
“Tolong antarkan Oma ke mejanya ya… “ ucap Grace pada Kana seolah ia tahu bahwa Kana adalah salah satu karyawan kantornya.
“Baik ibu,” ucap Kana cepat dan mengganti sang perawat untuk mendorong kursi roda yang tengah digunakan oleh wanita tua yang dipanggil ibu Grace dengan panggilan Oma.
“Oma, mau dibawakan makanan apa? Apa Oma haus atau butuh sesuatu?” tanya Kana setelah mengantarkan Oma ketempatnya.
Oma menggelengkan kepalanya perlahan dan melambaikan tangannya perlahan menandakan ia tak membutuhkan sesuatu.
“Kalau begitu, saya pamit dulu ya Oma….”
“Apa kamu juga bosan untuk berbincang dengan nenek-nenek seperti saya?” pertanyaan Oma membuat Kana terdiam dengan pandangan bingung.
“Oh bukan begitu, Oma. Tetapi saya disini untuk bekerja … ada beberapa tamu yang harus saya antar ke tempat duduknya,” ucap Kana sambil sedikit berjongkok untuk menjelaskan.
“Saya benci pesta!” Gumam Oma sambil menghela nafas panjang membuat Kana tak enak hati untuk meninggalkannya sendiri. Melihat wanita tua itu tampak merajuk dan tak nyaman membuat Kana tak tega untuk meninggalkannya sendirian.
“Baiklah, saya temani Oma disini ya sampai acaranya dimulai,” ucap Kana sambil tersenyum dan mendapat balasan senyuman dari Oma.
Tak lama acara pun dimulai, Kana mulai bergerak mundur meninggalkan tengah ruangan dan menyembunyikan dirinya di antara pelayan catering yang sudah bersiap untuk menyajikan makanan.
Tak ada tempat duduk untuknya untuk bisa bergabung di acara makan malam. Tetapi hal itu tak masalah untuk Kana karena ia sebenarnya berniat untuk menyelinap pergi tanpa ketahuan oleh siapapun.
Semua tamu mulai berkumpul diruangan besar untuk makan malam bersama, sehingga Kana berusaha menyelinap pergi dari pintu belakang dan memutuskan untuk keluar dari samping rumah pribadi Elena.
Tetapi langkahnya terhenti saat melihat bayangan seseorang di balik tembok. Jantungnya serasa mau copot ketika tak sengaja menyaksikan bahwa Elena tengah berciuman panas dengan Dom.
Kehadiran Kana tentu saja disadari oleh Elena dan Dom, tetapi Kana hanya bisa pura - pura tak melihat apapun.
“Permisi bu, saya pamit dulu…” ucap Kana sopan berpamitan dan segera melangkah cepat meninggalkan halaman rumah besar itu.
Hari ini ia terlalu banyak mendapatkan kejutan yang membuat dadanya terasa sesak.
Bersambung