Duduk terdiam di tempat tanpa bisa melakukan apa-apa lagi. Kanae hanya membisu menatap pria asing berwajah tampan yang juga tengah duduk di depannya menyilangkan kaki dengan nyaman sembari membaca surat kabar di kedua tangannya tanpa berniat menoleh sedikit pun pada Kanae, seolah gadis itu sama sekali tidak pernah ada di hadapannya.
Sejak beberapa jam yang lalu Kanae telah terjebak di dalam pesawat yang walau Kanae tidak pernah menaiki pesawat, namun dirinya langsung mengetahui bahwa pesawat yang ditupanginya ini merupakan pesawat kelas VIP melihat betapa mewahnya isi di dalamnya, bersama dengan lelaki di depannya yang mengaku bernama Haru Shima ini.
Kanae benar-benar tidak bisa berkutik lagi. Ingatannya kembali mengarah pada saat dirinya memasuki Bandara tempat penerbangannya tadi. Baik dari semua Penjaga berbaju hitam yang berbaris dengan rapi seolah menyambut kedatangan Kanae dan pria asing itu, Awak Kapal, dan petugas Pramugari yang melayani mereka di Pesawat, mereka semua hanya memilih diam seolah tuli dengan jeritan Kanae yang meminta tolong untuk dilepaskan.
Melihat bagaimana pasifnya reaksi yang mereka tunjukkan itu, membuat Kanae seketika merasa lemas. Gadis itu menyadari bahwa tidak ada seorang pun dari mereka yang berada di pihak dirinya, sekaligus membuat Kanae juga menyadari bahwa pria yang tengah membawanya dengan paksa ini memang memiliki kekuasaan besar untuk bisa membungkam mereka semua atas tindakan kriminal ini.
Karena itu, Kanae akhirnya mau tidak mau hanya bisa pasrah menuruti keinginan mereka tanpa bisa melakukan perlawanan apa pun lagi hingga saat ini. Waktu berjalan beberapa jam, entah berapa lama pastinya waktu berjalan, Kanae hanya bisa menanti kapan pesawat mewah ini akan berhenti membawanya pergi.
Tubuh Kanae sudah merasa lemas dan begitu tegang, namun dirinya berusaha menahannya. Kanae tidak tahu apa yang akan pria itu lakukan kepadanya setelah ini. Kanae tidak bsa menurunkan penjagaan dirinya di depan pria asing yang merupakan penculiknya ini. Meski begitu, karena pada dasarnya Kanae memang sedang berada dalam kondisi tubuh yang tidak sehat, gadis itu tidak bisa menyembunyikan sakitnya lebih lama.
Keringat dingin sudah menetes membasahi beberapa bagian wajahnya dengan rona wajah yang masih sama pucatnya sejak awal. Pandangan mata Kanae juga telah berkunang-kunang kembali sejak beberapa menit yang lalu namun gadis itu masih bersikap sok kuat di depan pria itu.
Tanpa sadar Kanae menghembuskan napas dengan kasar karena merasa marah pada keadaan sendiri yang menjadi lemah tidak pada tempatnya, sembari menegakkan kembali punggungnya yang terasa kaku dan sakit di banyak bagian. Membuat Haru Shima diam-diam memerhatikan dirinya di balik surat kabar yang tengah dibacanya sedari tadi.
Sedari awal pria itu sudah menyarankan Kanae untuk beristirahat saja di tempat tidur yang merupakan salah satu fasilitas dalam pesawat tersebut, sesuai yang pria itu telah janjikan pada Kanae untuk gadis itu bisa beristirahat di sepanjang perjalanan mereka. Namun Kanae tetap keras kepala tidak berniat untuk menurunkan penjagaannya di depan mereka. Alhasil pria itu hanya membiarkan saja Kanae ingin berlaku seperti apa.
Kini gadis itu telah merasakannya sendiri bagaimana beratnya beban yang ditanggung tubuhnya ketika dia dalam kondisi lemah seperti ini. Haru Shima sengaja hanya duduk diam memerhatikan Kanae tanpa gadis itu sadari, untuk melihat seberapa lama gadis itu akan bertahan.
Hampir 3 jam, di luar prediksi pria itu yang mengira bahwa Kanae tidak akan bertahan kurang dari 2 jam. Cukup membuat Haru Shima takjub mengingat penampilan gadis itu yang terlihat seperti seorang putri yang manja di mata pria itu. Pintu ruang mereka terbuka menampilkan seorang Pramugari yang berjalan masuk dengan membawa beberapa makanan dan minuman.
“Mister, apa anda membutuhkan minuman atau makanan apa pun?” tanya wanita itu dengan senyuman ramahnya pada Haru Shima, tidak perduli bagaimana dinginnya wajah yang pria itu tunjukkan sedari tadi. Kanae hanya melirik dan mendengarkan interaksi di antara mereka tanpa bisa mengartikan tiap kata yang mereka bicarakan, karena keduanya lagi-lagi berbicara dengan bahasa Jepang.
“Berikan aku kopi, dan Nona Kanae segelas air jeruk hangat, juga makanan,” jawab Haru Shima. Lalu pria itu menoleh ke arah Kanae. “Apa ada makanan atau minuman yang anda inginkan, Nona?” tanya pria itu pada Kanae untuk memastikan apa yang Kanae butuhkan sekali lagi. Sementara Pramugari itu mulai menuangkan segelas kopi untuk Haru Shima.
“Air putih,” jawab Kanae yang menundukkan wajahnya ke bawah karena menahan pusing yang melanda kepalanya. Bahkan napas gadis itu sudah tidak teratur. Kanae merasa dunianya sedang berputar saat ini. Sepertinya gadis itu sudah tidak bisa menahan pandangannya lagi.
“Dan air putih,” tambah pria itu pada Pramugari. Setelah itu, Pramugari tersebut mulai meletakkan makanan dan minuman untuk Kanae di depan mejanya, membuat gadis itu yang baru menyadari semua makanan itu menjadi bingung karena merasa tidak memesannya.
“Aku hanya ingin air putih,” protes gadis itu. Mungkin tadi pagi dirinya merasa sangat lapar sampai rasanya membuat perut Kanae dicubit dengan begitu keras dari dalam. Tapi saat ini, setelah waktu lama terlewati, begitu juga dengan situasi dirinya yang membingungkan bersama dengan pria asing itu, nafsu makan Kanae menjadi hilang.
Gadis itu sudah tidak merasa lapar sedikit pun pada perutnya. Semua terganti dengan kondisi tubuhnya yang semakin melemas. Sejujurnya Kanae merasa dirinya sudah tidak bisa menahan tubuhnya lagi saat ini.
“Anda perlu mengisi perut untuk menguatkan stamina, Nona Kanae,” balas Haru Shima tidak perduli. Mendengar jawaban pria itu membuat Kanae hanya bisa menghembuskan napas kasar. Kanae juga tidak ingin perduli dengan apa pun yang pria itu ucapkan lagi.
Gadis itu beralih meraih segelas air putih yang telah disiapkan oleh Pramugari tersebut tanpa berniat untuk menyentuh makanan yang telah tersedia di atas mejanya sedikit pun. Tenaga Kanae yang melemas membuat tangan gadis itu cukup bergetar ketika membawa gelas berisi air tersebut mendekat pada bibirnya, dan pergerakan itu tertangkap jelas di indera mata Haru Shima yang sedari tadi memerhatikan pergerakan Kanae.
Berpikir bahwa kondisi gadis itu nampaknya sudah sampai pada batasnya, detik kemudian dugaan Haru Shima menjadi benar adanya. gelas yang dipegang Kanae berakhir terjun ke bawah dari tangan kecil gadis itu. Beruntung Haru Shima berhasil menangkap gelas itu pada detik terakhir sebelum gelas itu menghantam lantai pesawat.
Namun mereka tidak bisa menghindari isi gelas yang jatuh berceceran di atas lantai pesawat, meski semua itu bukan masalah berarti baginya. Dengan sigap pria itu meletakkan kembali gelas tersebut di atas meja sementara Pramugari di sana masih terlihat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Haru Shima langsung beralih pada Kanae yang sudah melemas di tempat dengan kedua mata tertutup.
“Panggil Perawat!” perintah pria itu dengan tegas sembari mulai mengangkat tubuh kecil Kanae dengan mudah dan membawanya menuju ranjang yang telah disediakan. Dengan hati-hati pria itu meletakkan Kanae di sana. Melihat bagaimana keras kepalanya Kanae hingga sampai berada di titik ini membuat Haru Shima menghela napas lelah.
Tidak lama kemudian Perawat datang untuk memeriksa kondisinya, sementara Haru Shima berdiri tidak jauh dari sana sembari memerhatikan pekerjaan perawat itu dengan lekat. Kedua tangannya terlipat di depan d**a, sembari sesekali akan melihat wajah Kanae yang masih menutup kedua matanya.
Jika kondisinya terus begini, maka mereka tidak akan bisa bertemu Iyoto Matsumoto yang merupakan Tuan mereka dengan segera.
“Jika kau selesai memeriksanya, panggil penjaga ke sini segera,” pesan pria itu pada perawat tersebut. Setelah melakukan tugasnya, perawat itu bergegas memanggil penjaga seperti yang diperintahkan.
“Shima-san?” Pria berpakaian hitam datang mendekati pria itu. Haru Shima menoleh ke arahnya.
“Gonjo-san, katakan pada mereka bahwa kita tidak bisa menyiapkan nona Kanae dengan segera. Dan persiapkan tempat itu karena setiba kita datang, kita akan membawanya ke sana,” tegas Shima.
“Baiklah. Saya akan menyuruh mereka untuk menyiapkannya segera,” balas pria bernama Gonjo tersebut.