Pria bernama Shima itu membawa tubuh Kanae ke dalam kamar terdekat. Dengan perlahan pria bertubuh tegap tersebut meletakkan tubuh kurus Kanae ke atas ranjang. Diperhatikannya wajah gadis itu dengan lekat.
Wajah Kanae pucat, namun masih menunjukkan kecantikan alaminya yang nampak manis dan imut. Disibaknya anakan rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu.
“Shima-san, apa yang harus kita lakukan?” tanya salah satu rekan satu timnya yang juga ikut memerhatikan wajah gadis itu di belakangnya. Dan pria bernama Shima itu lalu menoleh ke arah 3 orang di sana.
“Yang pertama, kalian membagi tugas. Kau cari obat penurun panas,” pesan Shima menunjuk salah satu dari mereka dengan tegas.
“Dan Gonjo-san tolong buatkan sesuatu untuk nona Kanae-san. Aku yakin dia belum mengisi perutnya pagi ini. Juga tolong siapkan air hangat!”lanjutnya membagi tugas.
“Baik Shima-san!” jawab ketiga pria tersebut dengan serempak. Tanpa menunggu lagi mereka bertiga segera berbalik langkah dan melakukan tugas masing-masing dengan sigap.
Sementara itu, pria bernama Shima tersebut menoleh kembali ke arah Kanae yang masih tidak sadarkan diri di atas ranjang. Pria berwajah tampan itu menghela napas pelan memerhatikan Kanae. Di tempatnya berdiri, pria tinggi itu memerhatikan kamar yang dimasukinya kini.
Kamar yang cukup sederhana. Pria itu menoleh ke arah almari pakaian dan lalu mendekatinya. Tanpa segan sekali lagi pria asing itu membuka almari pakaian, dan melihat isi di dalam sana. Pria itu mulai mengambil beberapa setel pakaian yang bisa dipakai Kanae, dan lalu menutupnya kembali.
Setelah itu Shima bergerak mendekati Kanae kembali, dan mulai mengulurkan kedua tangannya ke arah kancing baju Kanae. Shima akan mengganti baju basah tersebut dengan baju yang baru untuk membuat gadis itu tetap nyaman dalam tidurnya. Dibukanya satu per satu kancing baju itu dengan cepat dan melepasnya.
Pandangan mata Shima langsung disuguhkan dengan belahan dadaa gadis itu yang ternyata cukup besar dari yang seharusnya terlihat. Tubuh Kanae nampak begitu kurus di mata Shima. Kulitnya berwarna putih pucat dan bersih.
Nilai tambah untuk gadis itu. Sayang sekali, sepertinya tubuh indah itu sebentar lagi akan dipenuhi luka-luka, dalam tangannya nanti.
Ketukan di depan pintu kamar mengalihkan perhatian pria bernama Shima tersebut. Salah satu rekannya datang dengan membawa sebuah baskom berisi air hangat dan handuk bersih yang dipesankannya tadi. Shima datang mendekat, dan mengambil alih kedua barang tersebut dari tangan sebelumnya.
“Mulai dari sini kalian perlu mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam. Mengerti?!” pesan pria tersebut yang langsung diangguki mengerti oleh rekannya itu.
“Baik Shima-san!”
Setelah itu Shima menutup pintu dengan rapat dan kembali mendekati Kanae. Pria itu mulai mencelupkan handuk bersih itu dan memerasnya sedikit sebelum mulai menyeka tubuh yang dipenuhi keringat milik Kanae.
Dengan telaten dan lembut pria tampan itu membersihkan tubuh Kanae dalam diam. Setelahnya pria itu kembali memakaikan baju untuk Kanae dengan rapi, dan memeriksa suhu tubuh gadis itu sembari menunggunya terbangun dari tidurnya.
Membutuhkan waktu hampir setengah jam lebih untuk Kanae akhirnya kembali tersadar dari tidurnya. Gadis itu memerhatikan ke sekitar dengan wajah bingung sekaligus heran. Seingat gadis itu, Kanae telah membukakan pintu untuk seorang tamu yang datang dan setelah itu, dirinya tidak mengingat apa pun lagi.
Kanae mencoba mengingat-ingat dengan lamat alasan dirinya berada di dalam kamar kedua orang tuanya saat ini, namun dirinya masih tidak mengerti bagaimana caranya. Dan ketika gadis itu sibuk memikirkan ulang apa yang terjadi pada dirinya saat ini, pintu kamar tiba-tiba terbuka dari luar menampakkan seorang pria tampan yang juga tengah menatap ke arahnya.
Kanae tertegun sejenak menatap kehadiran pria itu, sebelum kemudian gadis itu terperanjat kaget dan langsung bangun dari tidurnya. Kanae merasa terkejut melihat ada seorang pria asing yang sudah masuk ke dalam rumah, bahkan kamarnya. Ah maksudnya kamar kedua orang tuanya.
“Kau, kau siapa?!” seru Kanae yang menatap waspada kepada pria itu. Gadis itu merapatkan diri pada dashboard kasur. Shima yang masih berdiri di dekat pintu, lalu mulai melangkah masuk semakin ke dalam kamar dengan wajah datar menatap Kanae.
Melihat pria itu mendekat ke arahnya sontak membuat Kanae semakin panik. Gadis itu langsung menyebarkan pandangan matanya ke arah sekitar untuk mencari alat yang bisa digunakannya sebagai senjata. Mata bulatnya hanya bisa menangkap sebuah kamus tebal berbahasa inggris di atas meja nakas.
Segera gadis itu meraih kamus tersebut dan memegangnya dengan erat. Melihat tingkah laku gadis di depannya itu yang terlihat begitu panik dan waspada ke arahnya, Shima hanya terdiam membiarkan gadis itu berlaku semaunya saat ini. Dilihatnya gadis itu kembali memasang sikap waspada ke arahnya.
Dilihat dari tingkah lakunya yang dinilai memasang sikap waspada layaknya seorang marmut kecil yang tengah terpojok di sudut ruang, membuat pria itu menatapnya dengan pandangan mata kasihan, sekaligus kecewa. Tidak ada yang spesial dalam diri gadis itu dalam penilaian pribadinya.
Kanae merupakan gadis biasa yang lemah. Sangat mudah untuk mengalahkan dan merusaknya. Shima merasa kecewa karena gadis yang mereka cari, sayang sekali adalah gadis yang ada di depannya ini. Gadis itu tidak akan bisa bertahan dalam dunia yang tengah mereka geluti selama ini.
“Aku bertanya, siapa kau?! Kenapa kau bisa masuk ke sini ha?!” tanya Kanae lagi dengan suara lebih keras. Napasnya masih terlihat memberat, menunjukkan bahwa gadis itu masih dalam kondisi lemahnya saat ini.
“Bisakah kita berbicara dengan tenang? Aku datang ke sini untuk menemuimu, nona Kanae. Putri dari mantan pelayan tuan kami yang bernama Ayuni,” jawab pria berwajah dingin itu dengan tegas sembari menatap Kanae dengan lekat.
Sontak Kanae mengernyitkan kedua alisnya merasa bingung dengan ucapan pria tampan itu. Tidak diduga bahwa pria asing itu mengetahui nama bundanya.
“Dari mana kau tahu nama Bundaku? Siapa kau?” tanya Kanae sekali lagi. Gadis itu mulai menatap Shima dengan tatapan menyelidik. Meski begitu, nampak pertahanan dirinya mulai menurun ketika mengetahui bahwa pria itu juga mengenal bundanya.
Shima sendiri meraih kursi terdekat dan menariknya untuk menempatkannya di dekat ranjang Kanae. Dengan santai pria bertubuh tegap itu mendudukinya, membuat Kanae yang melihat pria itu bergerak tanpa terlihat melakukan sesuatu yang mencurigakan, menjadi semakin menatapnya dengan wajah heran. Gadis itu mendudukkan tubuhnya di bagian ranjang yang paling jauh dari Shima berada.
“Perkenalkan nona Kanae. Nama saya Shima. Haru Shima. Saya telah ditugaskan oleh tuan Iyoto untuk menjemput anda.”
“Ha? Iyoto? Siapa dia? Aku tidak mengenal kau, apalagi seseorang yang bernama ... Iyoto?!”
Shima terdiam sejenak mendengar penjelasan dan pertanyaan gadis itu. Sebelum kemudian pria itu menjawab ucapan Kanae.
“Sepertinya nyonya Ayuni tidak mengatakan apa pun kepada anda, nona Kanae. Yang bisa saya katakan hanyalah tuan Iyoto merupakan kakek anda. Iyoto Matsumoto menyuruh saya untuk menjemput anda, nona Kanae.”
“A—apa maksudmu sebenarnya? Menjemput ke mana?”
“Menjemput ke Jepang.”