Lara mencengkeram erat tasnya. Masuk ke tempat yang sudah lama tak ia datangi. Vema melihatnya dari kejauhan dan mendekati Lara.
"Ada apa kau ke sini, Lara?" tanya Vema, tampak bingung karena Lara masih mengenakan pakaian formalnya.
"Aku ingin bertemu dengan Miss Annie. Apa dia ada di ruangannya?" tanya Lara.
Vema menggeleng. "Miss Annie sedang bersama teman-temannya di ruangan VIP. Kenapa kau ingin menemuinya?" tanya Vema,
Lara memegang tangan Vema dengan tatapan memohon. "Bisakah kau memanggilnya untukku? Aku harus bertemu dengannya," kata perempuan itu.
Vema tampak bingung. "Aku tak berani, Lara. Kau tahu sendiri Miss Annie selalu marah jika kita mengganggunya di ruang VIP."
"Kalau begitu, biarkan aku menemuinya sendiri. Aku harus bertemu dengan Miss Annie," ucap Lara sambil melewati lantai dansa dan naik ke lantai tiga.
Vema mengikutinya dengan khawatir. Miss Annie adalah pemilik Chleonatar Bar. Wanita paruh baya yang belum menikah dan suka bergonta-ganti pasangan. Selain wanita, Chleonata Bar juga merekrut pria-pria muda untuk menemani para istri-istri kaya yang sering datang ke sana. Dan semua orang tahu - Miss Annie sering menggunakan pria-pria itu untuk dirinya sendiri. Wanita itu sangat kasar dan suka bersenang-senang hingga semua pelayan takut padanya.
"Lara, kau serius ingin masuk? Miss Annie akan marah besar, Lara," kata Vema di belakangnya.
Lara tak menanggapi Vema dan mengetuk ruangan itu beberapa kali. Tahu orang di dalam tak akan mendengar ketukannya, Lara langsung membuka pintu itu. Semua orang di dalam langsung menatap Lara. Total ada empat wanita berpakaian mewah dan lima pria bar yang disewa oleh mereka.
Miss Annie menatap Lara tajam sambil menggenggam gelas wiskinya. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Lara. Tapi wanita yang duduk di depan Miss Annie. Wanita dengan rambut kecoklatan dan hidung yang sangat mancung. Lara tahu wanita itu tak muda lagi, tapi wajahnya tak ada keriput sama sekali. Terlihat sangat muda, apalagi dengan barang-barang mewah yang dipakainya. Wanita itu tersenyum pada Lara.
Wanita yang ditemuinya di restoran Saturday Hotel beberapa hari yang lalu. Wanita yang Lara tahu adalah ibu Damian.
Kenapa wanita itu ada di bar itu? Dengan pria muda yang bertelanjang d**a di kanan kirinya?
Lara memutus tatapannya pada wanita itu dan beralih ke Miss Annie. Wanita berkalung mutiara putih itu berdiri dan mendekati Lara.
"Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang, Lara?" tanya Miss Annie pada Lara.
Lara menatap Miss Annie dengan memohon. "Dengarkan aku dulu, Miss. Aku sangat membutuhkan bantuanmu," kata Lara.
"Bantuan apa? Apa kita sedekat itu hingga kau pikir aku akan membantumu? Bahkan kau sudah tak bekerja di sini lagi!"
"Miss Annie, bisakah kita berbicara di luar?" tanya Lara sambil melirik Estela - ibu Damian.
Seperti tahu Lara tak nyaman dengan kehadirannya, Estela ikut berbicara. "Tak perlu keluar. Bicara saja di sini. Siapa tahu aku bisa membantumu," kata Estela sambil tersenyum kecil pada Lara.
Lara membalas senyum wanita itu. Tak tahu kenapa ia merasa tak nyaman. Senyum Estela seperti memiliki banyak arti dan Lara tak bisa menebaknya.
"Benar. Katakan saja di sini! Apa yang kau inginkan?" tanya Miss Annie sambil melipat tangannya di d**a.
"Miss Annie -" Lara menatap tak enak. "Aku ingin meminjam uang. Aku tahu aku tak tahu diri, tapi aku sungguh membutuhkan uang sekarang, Miss. Hanya Anda yang bisa aku mintai tolong," kata Lara dengan tatapan memohon.
Lara tak punya pilihan lain. Hanya Miss Annie yang terpikir olehnya. Lara sudah bekerja di bar itu selama empat tahun dan ia tak pernah membuat kesalahan. Lara tahu Miss Annie menyukai kinerjanya. Dia sering marah pada karyawan lain, tapi tidak padanya. Miss Annie memiliki banyak uang, jadi Lara berpikir wanita itu mau meminjamkan uang padanya. Hanya dia harapan satu-satunya Lara.
Miss Annie tertawa nyaring. "Kau butuh uang? Kau berani sekali meminta uang padaku? Kau pikir kau siapa? Aku bahkan tak pernah memberikan uang pada ibuku," kata Miss Annie.
"Miss Annie, aku mohon dengarkan dulu alasanku. Aku pasti akan mengembalikannya," kata Lara.
"Kalau aku meminjamimu, memangnya apa yang bisa kau berikan padaku? Kau tahu, aku tak bisa meminjamkan uang sembarangan. Aku butuh jaminan agar kau tak lari setelah menerima uangku, kan?" kata Miss Annie.
Lara mengangguk cepat. "Aku tahu. Aku akan melakukan apapun. Aku akan bekerja di sini seumur hidupku. Apapun itu yang kau inginkan dariku, aku akan melakukannya," kata Lara dengan memohon.
"Kau serius?" tanya Miss Annie dengan alis terangkat.
"Aku sangat membutuhkannya sekarang, Miss."
Miss Annie melirik teman-temannya. "Baiklah. Memangnya berapa uang yang kau butuhkan?" tanyanya.
Lara menelan ludahnya. "Lima ratus juta. Aku akan mengembalikannya, aku berjanji," kata Lara dengan memohon.
Miss Annie tertawa tak percaya. "Lima ratus juta? Wah..." Wanita itu mengambil segelas wiski di meja dan meminumnya. "Aku kira kau hanya butuh beberapa juta. Tapi lima ratus juta? Kau pikir aku akan memberikannya? Kau gila? Bahkan jika kau bekerja di sini seumur hidup pun, kau tak akan mampu mengembalikan uangku, Sialan!" kata Miss Annie.
Lara menarik tangan Miss Annie dengan penuh permohonan. "Aku mohon... Aku benar-benar akan menggantinya. Aku akan bekerja sekuat tenaga. Aku mohon, Miss.." lirih Lara.
Miss Annie menepis tangan Lara dan berbalik ke teman-temannya. "Bagaimana? Ada yang ingin memberikan perempuan ini lima ratus juta?" Miss Annie menatap teman-temannya satu-persatu. "Kalian dengarkan? Kalian bisa melakukan apapun pada perempuan ini jika kalian memberikannya lima ratus juta? Kalian bisa menjualnya pada pria hidup belang, itu pun jika mereka menghargainya lima ratus juta," kata Miss Annie sambil tertawa merendahkan.
Miss Annie berbalik menghadap Lara. "Rupanya kau tak tahu harga dirimu, ya. Bisa-bisanya memintaku meminjamimu uang lima ratus juta," sindirnya.
Lara berlutut di depan Miss Annie. "Aku mohon," katanya dengan lirih.
Miss Annie memanggil penjaga di depan ruangannya dan menyuruh mereka menyeret Lara pergi. Lara memanggil mantan bosnya itu berkali-kali, tapi Miss Annie tak memedulikannya. Dua penjaga itu menyeret Lara dan mendorong perempuan itu keluar bar. Lara jatuh di tanah, merasa sedikit perih ketika lututnya tergores batu kecil di tanah itu.
"Lara, kau tak apa-apa?" tanya Vema yang khawatir.
Lara mencoba berdiri dengan lututnya yang berdarah. "Tidak apa-apa. Maafkan aku karena membuat keributan," kata Lara dengan lemah.
"Memangnya kenapa kau membutuhkan uang sebanyak itu, Lara? Ada masalah apa? Berceritalah padaku," ujar Vema.
Lara menatap Vema, teman satu-satunya di bar itu. "Ayahku kembali dan meminta uang lima ratus juta, Vem. Dia mengancam akan menemui ibu lagi kalau aku tak memberinya uang itu. Kau tahu bagaimana keadaan ibuku, kan? Ibuku sudah mulai membaik, aku tak mau dia hancur lagi saat melihat ayah," kata Lara.
Vema menatap Lara dengan kasihan. Vema adalah salah dari sedikit orang yang tahu masa lalu Lara. "Maaf aku tak bisa membantu apapun. Aku memiliki uang, tapi tak sampai sebanyak itu, Lara. Kalau kau mau, aku bisa meminjamkannya padamu," ucap perempuan itu tulus.
"Tidak. Aku tak bisa menerima uangmu. Kau juga sulit mencari uang untuk membayar sekolah adikmu. Aku tak mau membuatmu kesulitan lagi."
Vema memeluk Lara dengan erat. "Malang sekali nasibmu, Lara. Aku tak tahu harus bagaimana. Kalau butuh bantuan, kau harus menghubungi aku. Meskipun aku tak bisa memberimu uang, tapi aku bisa membantu hal lain," kata Vema.
Lara melepas pelukan Vema. "Aku tahu. Sekarang kau kembali saja bekerja. Kalau Miss Annie melihatmu di sini, ia pasti akan marah besar."
Vema pun meninggalkan Lara sendiri. Lara berjalan dengan lemah keluar dari bar itu. Berjalan di pinggir jalan yang ramai, tak memiliki uang bahkan hanya untuk menghentikan taksi. Mungkin ia akan berjalan sampai rumahnya. Mungkin butuh satu jam - Lara tak peduli. Lara berharap ada uang jatuh dari langit ketika ia berjalan.
Apa ia harus mengumpankan diri di jalan hingga seseorang menabraknya dan memberikan kompensasi untuknya? Apa ia harus menggunakan cara jahat seperti itu?
Atau Lara mendatangi Romn saja? Romn pasti memiliki uang sebanyak itu. Romn adalah psikiater yang sangat terkenal, pasti ia memiliki uang itu, kan?
Apa ia harus menghubungi Romn sekarang?
Lara menggeleng cepat. Pikiran itu membuat Lara bergidik ngeri. Lara tak bisa membalas perasaan Romn dan sekarang - ia ingin berhutang padanya? Hutang yang sangat banyak? Lara tak mungkin melakukan itu pada laki-laki baik seperti Romn. Lara tak mau memanfaatkan perasaan Romn padanya untuk meminjam uang. Lara tak mau terlalu jahat pada Romn, karena bagaimana pun juga Romn yang mengobati ibunya selama ini.
Lalu Lara harus bagaimana? Siapa yang bisa menolong Lara sekarang?
Saat pikiran Lara kosong karena putus asa, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di sampingnya. Lara menoleh dengan wajah bingung. Sedangkan seorang wanita membuka pintu mobil dan mempersilakan Lara masuk.
"Masuklah, aku ingin bicara denganmu," kata wanita itu.
Lara melihat sekelilingnya. Ragu apakah ia perlu menerima permintaan wanita itu atau tidak. Tapi akhirnya Lara tetap masuk ke mobil mewah itu. Duduk di samping Estela Lavingston yang menatapnya dengan sinar aneh.
"Kau Lara, bukan? Mahasiswa magang di kantor Damian?" tanya wanita itu dengan nada lembut.
Lara mengangguk. "Benar, Nyonya Lavingston," kata Lara.
Estela tersenyum. "Aku dengar kau butuh uang. Jumlah yang cukup banyak. Untuk apa memangnya uang sebanyak itu?" tanya Estela.
Lara ragu menjawab dan Estela berkata lebih dulu. "Oke. Aku juga tak ingin tahu kau membutuhkan uang untuk apa. Tapi aku bisa melihatnya, kau sangat putus asa mencarinya."
Estela meminta sopir untuk melajukan mobilnya lalu berkata pada Lara lagi. "Bagaimana kalau aku membantumu. Apa kau akan menerimanya?" tanya Estela.
Lara terkejut. "Maksudnya, Anda ingin memberikan lima ratus juta padaku?" tanya Lara.
"Bukan memberikan. Lebih tepatnya aku membayarmu. Itu artinya kau harus melakukan sesuatu padaku. Itu pun aku tak bisa langsung memberikan lima ratus juta. Aku akan memberikan seratus juta dulu jika kau bersedia melakukannya. Kau tahu lima ratus juta uang yang sangat banyak, kan? Kalau tiba-tiba aku menggunakannya, suamiku akan curiga," kata Estela dengan wajah tenangnya.
Wanita itu benar. Lima ratus juta bukan jumlah yang sedikit, bahkan bagi orang kaya seperti Estela Lavingston. Tawaran wanita di depannya itu sangat menggiurkan.
"Tapi, tenang saja - kalau kau berhasil melakukannya, aku akan memberikanmu lima ratus juta. Aku sungguh-sungguh," lanjut wanita.
"Memangnya apa yang harus aku lakukan?" tanya Lara.
Estela tersenyum lembut dan mendekat pada Lara. "Buat anakku Damian Lavingston jatuh cinta padamu. Jika kau berhasil menjadi pacarnya, aku akan memberimu lima ratus juta. Penawaran yang bagus, bukan?" kata Estela.
Lara terkejut tak bisa berkata apa-apa. Kenapa ibu Damian memintanya melakukan hal seperti itu? Kenapa semua orang meminta Lara mendekati Damian? Kemarin ayahnya - dan sekarang ibu Damian juga memberikan syarat yang sama?
"Aku tak mengerti. Kenapa Anda mau membayar saya hanya untuk menjadi pacar Pak Damian?" tanya Lara bingung.
"Itu bukan sesuatu yang mudah, Lara. Damian tak pernah memiliki pacar seumur hidupnya. Dia selalu sendiri - hanya bergonta-ganti teman tidur saat malam. Aku sebagai ibunya ingin dia memiliki pacar yang benar-benar bisa mengurusnya," kata wanita itu.
"Tapi kenapa harus saya? Anda bisa meminta perempuan yang lebih baik untuk menjadi pacar Pak Damian? Kenapa harus saya? Saya hanya mahasiswa magang, Nyonya Lavingston. Pak Damian tak akan melirik saya," kata Lara.
"Kau salah, Lara. Aku bisa tahu kalau Damian tertarik denganmu. Damian tak pernah makan bersama orang lain, tapi kemarin aku melihatnya makan bersamamu. Bahkan dia tak makan saat meeting dengan klien atau investor, tapi dia melakukannya denganmu. Itu bukan hal yang biasa," jelas Estela.
"Anda pasti salah paham. Pak Damian tak mungkin tertarik dengan saya," kata Lara yakin.
"Bagaimana bisa laki-laki yang tiba-tiba mencekiknya bisa tertarik padanya? Tak mungkin. Aku tak mungkin menerima permintaan konyol wanita di depanku ini," batin Lara pada dirinya sendiri.
"Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Pasti tak ada orang lain yang memberimu uang sebanyak itu dengan pekerjaan semudah ini." Estela memberi kartu namanya pada Lara. "Ini nomorku jika kau berubah pikiran. Aku hanya ingin anakku menjalin hubungan serius dengan perempuan yang disukainya dan bahagia, Lara," kata wanita itu.
Lara menerima kartu nama berwarna emas itu. Menyimpannya dengan ragu ke tasnya. Meskipun Lara menolak, Estela tetap mengantarnya sampai rumahnya. Lara merasa aneh saat sopir sampai di rumah Lara tanpa menanyakan jalan padanya. Tapi keanehan itu tenggelam oleh pikiran Lara yang lain. Pertanyaan yang terus Lara pikirkan sejak mobil mewah Estela Lavingston meninggalkannya..
Apa Lara harus menerima tawaran itu? Lalu bagaimana cara membuat Damian Lavingston menyukainya?