Alisa berlari setelah keluar dari taxi, ia langsung menuju kamar si kembar.
Farel berdiri di sisi ranjang berpagar, milik si kembar.
“Apa yang mas lakukan?” Wajah Alisa berkeringat dan napas terengah-engah , saat tiba di kamar si kembar.
“Kenapa?
Apa aku tidak bisa melihat mereka?”
tanya Farel, tatapan itu jelas tatapan kemarahan.
“Tidak, Mas itu, tidak pernah mau melihat mereka, lalu kenapa sekarang-”
“Apa kamu menuduh ku!” teriak Farel membuat kedua anak kembar itu menangis, karena terkejut mendengar suara keras Farel.
“Mas, apa yang kamu lakukan?”
Alisa menggendong Akmal dan Desi menggendong Aminah.
“Justru aku yang harus bertanya itu padamu,
dari mana kamu?”tatapan itu membuat Alisa terkejut.
‘Apa Mas Farel tahu, kalau aku bertemu dengan lelaki itu tadi?’
Alisa membatin.
“Kenapa diam?”
“Mas bisa tidak. Gak usah teriak-teriak, anak-anak jadi menangis mendengar suara Mas.”
Alisa memberikannya pada Bu Retno, wanita yang membantu merawat kedua baby kembar itu, lalu Alisa mengajak Farel untuk bicara di kamar.
“Ha, sekarang katakan, kamu dari mana?
Apa kamu punya selera yang sama dengan kakakmu, sama-sama suka selingkuh atau kalian berbagi satu lelaki.”
“Apa?
Mas menuduhku?"
“Ini bukan tuduhan, tapi lihat ini.”
Ia menunjukkan pada Alisa. Tetapi Alisa sedikitpun tidak terkejut, karena ia tidak melakukan kesalahan.
“Aku kasihan pada kamu Mas, kamu ini orang yang gampang di Pengaruhi, kamu hanya menilai orang dari segi sudut pandang kamu sendiri,
dengan Mas menuduh seperti ini, aku merasa kasihan sama Mbak Ratna, mungkin Mas melakukan hal yang sama padanya."
“Iya, kamu akan membelanya karena kamu adiknya, tapi kalau kamu orang lain, kamu tidak akan melakukan itu.”
“Aku percaya pada Mbak Ratna, kalau dia tidak akan melakukan hal yang hina, seperti yang kamu tuduhkan, dan keluargamu tuduhkan kepadanya,
tapi coba pikirkan tuduhan mu padanya.
Apakah sudah tepat?
Apa kamu sudah menyelidiki dan sudah mencari tau?
aku pikir tidak, karena kamu juga menuduhku, hanya karena teman polisi mu itu tadi melihatku di pemakaman.
Sedikit aku katakan padamu mas, aku yakin, teman polisi yang mengirim ini padamu, pasti orang yang tidak menyukaimu, kalau dia temanmu dia tidak melakukan itu padamu, harusnya kamu tahu, dalam pekerjaan itu selalu ada persaingan dan saling menjatuhkan, aku berharap Mas Farel tidak terperangkap dalam dua hal itu,"
ujar Alisa.
“Tidak usah menceramahi ku, aku tahu mana teman baik dan mana yang tidak,”
ujar Farel masih mempertahankan sikap egonya.
“Baiklah, aku senang mendengarnya, tetapi aku tidak senang jika Mas menuduhku melakukan hal yang macam-macam dengan lelaki lain, harusnya kamu bertanya dulu dan mencari tahu dulu sebelum menuduh”
“Aku rasa tidak perduli aku mencari tahu, karena aku memang tidak perduli, walau kamu berselingkuh dengan pacar kakakmu”
Alisa merasa sangat geram dengan tuduhan yang di lakukan Farel, tetapi ia tetap bersikap sangat tenang, dan bisa mengendalikan emosinya.
“Baiklah Mas, iya silahkan dengan prinsip mu, aku terima, bukanya seharusnya kamu tidak usah marah, aku jalan dengan siapa saja, dan bertemu dengan siapa?”
“Iya aku tidak perduli, tetapi jangan selingkuh dengan pria itu, kamu boleh melakukan dengan semua pria di muka bumi ini, tapi jangan lelaki itu," ujar Farel.
“Oh baiklah,"
jawab Alisa santai.
“Satu hal lagi … jangan tidur satu ranjang denganku,” ucapnya seperti anak kecil.
“Ok Baik nanti aku akan membeli satu ranjang."
“Jangan tidur satu kamar denganku," ucap Farel lagi.
“Ok," jawab Alisa masih dengan sikap santai.
Entah kenapa, Alisa merasa senang saat Farel yang meminta agar tidak satu kamar dengannya, karena sejujurnya, ia tidak pernah ingin tidur satu ranjang dengan mantan kakak iparnya.
Tadinya, ia ingin meminta tidur beda ranjang saat pertama ia datang di rumah itu dua bulan yang lalu.
Tetapi, ia takut Farel marah, makanya ia menahan diri, tetapi, selalu ketakutan saat tidur dengan Farel, karena ia belum siap untuk melakukan tugasnya sebagai istri ia belum siap melayani Farel sebagai suami, apa lagi melihat sikap egois Farel, Alisa semakin tidak suka.
‘Iya ampun, baguslah kalau kamu memintaku beda kamar, itu yang aku inginkan selama ini’
ucap Alisa dalam hati, ia merasa senang.
Sesuai permintaan Farel, Alisa tidur di kamar yang terpisah, ia memilih kamar si kembar jadi kamarnya, dengan begitu ia lebih leluasa, menjaga dan menghabiskan banyak waktu bermain dengan kedua bayi lucu yang mengemaskan itu.
Alisa juga tidak begitu merasa tertekan lagi, kalau ibu mertuanya selalu mengoceh, setiap kali ia ikut makan bersama dengan keluarga itu, maka Alisa tidak mau makan bergabung dengan keluarga suaminya, ia malah makan di luar.
Bahkan sudah hampir satu minggu, ia tidak pernah bertatap muka dengan Farel, karena ia banyak menghabiskan waktu di kamar, bermain dengan si kembar.
Sebelum Farel bangun, Alisa sudah berangkat, saat Farel pulang kerja, kamar Alisa sudah terkunci dan tidur dengan si kembar.
Pagi itu ibu mertuanya kembali bikin darah tingginya naik, saat Alisa memasukkan kedua bayi itu ke kereta dorong, dan ingin membawa jalan-jalan pagi.
“Kamu percuma datang kerumah ini sebagai istrinya Farel, kamu tidak mengurusnya, kamu tidak ada bedanya sama Ratna kakakmu, bisanya hanya menghabiskan gaji suaminya”
“Farel yang minta Bu, dia tidak mau aku urusi,”
ujar Alisa dengan suara lembut dan sopan.
“Masa iya kalau suamimu minta seperti itu kamu langsung setuju, terus kamu apa gunanya jadi istrinya, apa tugasmu hanya mengurus anak kakakmu?”
“Ibu, anak itu, cucu ibu juga , kan?”
“Tidak, mereka bukan cucuku, sampai kapanpun aku tidak akan menganggap mereka jadi bagian keluargaku”
“Terserah Ibulah, akan aku buktikan tuduhan kalian pada Mbak Ratna hanya Fitnah, dia bukan tipe wanita seperti itu”
“Iya lakukan, jika hal itu kebenaran, aku menendang mu dan kedua anak itu dari rumah ini,”
ucap Ibu mertuanya dengan kejam.
“Iya, akan aku buktikan, aku yakin mbak Ratna bukan orang yang seperti kalian tuduhkan”
“Satu hal lagi, aku akan mencarikan wanita untuk mengurus putraku, karena kamu tidak bisa melakukannya”
“Lakukanlah, tetapi satu hal yang aku ingin katakan pada Ibu, jika ibu melakukan itu, karier dan harga mas Farel akan di pertanyakan nantinya," ucap Alisa, ia selalu mengelus d**a, setiap kali bicara dengan ibu mertuanya.
Alisa menahan diri mendengar ibu mertuanya, bibir Alisa beberapa kali menyebut agar dirinya dikuatkan
Bersambung....