Nadira terlihat berdiri tak tahu hendak kemana, namun aku segera mencegahnya. "Dira," ujarku sembari memegangi pergelangan tangannya. Dira menoleh ke arahku sembari menatap dengan tajam. "Ke mana? Sudahlah, biarkan saja," ujarku. "Nggak bisa gitu, Ce. Mereka akan semakin berulah," ujar Nadira terlihat menahan amarahnya. Aku tetap kekeh menarik tangannya, lalu mencoba membujuk dia sekuat tenagaku. Lama-kelamaan akhinya dia pun luluh dan mau mendengar ucapanku. Bel jam perlajaran sudah berbunyi sedari tadi, namun tak ada tanda-tanda guru masuk ke dalam kelas. Suasana riyuh pun terdengar kala jam pelajaran kosong. "Nggak ada guru masuk, ya," ujarku. "Lagi siapin pertemuan kali. Nanti, yang dateng siapa? Ibu atau ayahmu?" tanya Nadira. Aku pun terbelalak sembari mencoba mencari alasan