Malam Menegangkan

1684 Words
“Dia CEO-nya?” tanya Mikhaila pada sang resepsionis. Suaranya sangat pelan, bergetar sedikit karena tidak percaya. “I-iya, Mbak. Beliau pemimpin perusahaan.” Sang resepsionis menurunkan tatapan, kenapa mereka saling menggenggam tangan. “Ada yang bisa saya bantu lainnya, Tuan?” “Gak usah.” Jack menatap Mikha yang sekarang semakin membuka mulutnya. Seolah bertanya, mau ngapain dia? Emakkkk! Mikha takut! “Ayo, kamu mau bawa saya kemana?” Pikiran Mikha masih belum sinkron, dia harus bagaimana sekarang? sepersekian detik seorang pria berkulit hitam mendekat pada Jack. “Tuan, kita harus segera pergi.” Kemudian membisikan sesuatu di telinga Jack. “Ini penting.” “Kamu tunggu di ruangan saya. Saya ada rapat sebentar.” “Huh? Saya?” “Iya, kamu,” ucap Jack dengan suaranya yang tenang. Mempercayakannya pada resepsionis depan sebelum melepaskan tautan dan melangkah keluar dari gedung ini. Mikha melihat dari dalam bagaimana Jack mengenakan kacamata hitamnya. Mobil sport hitam yang menjemputnya, kenapa Mikha baru sadar sekarang kalau pria itu memiliki vibes old money?! “Mbak, ayok saya antar ke ruangan Tuan Jack.” “Hah? Eh?” Mikha masih dilanda kebingungan. Dia yakin itu pria yang bersamanya malam itu. “Mbak, saya gak bisa. Ada event yang harus saya datangi.” Mana itu sudah tanda tangan kontrak. “Ini kartu nama saya, ada nomor hape yang bisa dihubungi juga kalau nanti Tuan… Jack mau hubungi.” Meskipun Mikha masih dipenuhi rasa penasaran, tapi dia harus pergi ke mall. Managernya sedang cuti selama dua minggu, jadi Mikha mengerjakannya sendiri tanpa ada yang mengingatkan. Begitu sampai di mall, Mikha langsung disambut oleh team make-up. “Cepetan, Mikha. Pesertanya udah dateng nih. Mereka gak sabar liat kamu.” Seperti mini fanmeeting, berkolaborasi dengan brand kosmetik dan selebgram lainnya. “Bener ya kalau lu itu gak bisa kerja tanpa bantuan orang. Banyak telat setelah manager lu cuti.” “Gue sibuk sebagai mahasiswa, dan sekarang mau magang di Millers INC.” Membalas dengan santai pada Gira; sesama selebgramnya. Mikha berusaha focus di sepanjang acara yang baru selesai sore hari. Kalau dia ke perusahaan sekarang, apa masih ada orang disana? kenapa pula tidak ada yang menghubunginya? Mikha memilih untuk pulang ke apartemen dulu untuk memastikan. Dia langsung membuka seluruh pakaiannya, masuk ke kamar mandi dan mengguyur diri dengan shower. Mikha mulai menyentuh dirinya sendiri. “Eunghhh!” sambil mengingat malam itu. Jelas sekali bayangan pria itu dalam ingatannya. “Anghhhhh!” tubuh Mikha merespon cepat, bergetar merasakan bagaimana tangan kekar Jack menyentuhnya malam itu. “Sialaaannnnn! Itu beneran diaaa! Tapi kenapaaaa?! Kenapa dia CEO? Apa dia gak punya duit malem itu sampe perlu tambahan?! Argghhhhh!” Entah harus senang atau sedih, karena Mikha ingat dia melakukan kekerasan pada Jack malam itu. dia menggigitnya, menjambak rambut sampai menutup mulutnya kasar. “Gue gak paham, anjiirrr. Dia lelaki bayaran atau gimana?” lelah sendiri memikirkannya. Ting Tong! Seseorang memencet bel. Mikha memeriksanya dulu, takut itu orangtuanya. “Chika? Kapan lu balik?” “Tadi pagi, hehehehe. Gue pengen tahu gimana pengalaman lu tidur sama cowok. Enak gak?” “Enak bangettt! Rahim gue sampe anget, tapi….” Menggantungkan ucapannya, Mikha merebahkan tubuh di ranjang. “Tapi kenapa? Orang ganteng gitu masa bikin lu nyesel sih.” “Hah? Ganteng? Emang lu tahu yang mana orangnya?” “Tau dong, gue kan komunikasi sama si Mbak yang ada di klab terus dia ngirimi gue foto pas malem kemaren.” Memperlihatkan layar ponselnya. Pria muda berumur 25 tahunan yang memiliki mata biru dan tubuh kekar, tapi tidak sebesar Jack. “Kenapa lu malah melotot gitu?” “Kirim nomor si Mbaknya.” Mikha harus memastikan sesuatu, dia menelpon sang pelayan klab di kamar mandi. Protes karena pria yang bersamanya malam itu bukanlah pria yang gambarnya dikirimkan pada Chika. “Benar ada kesalahan, Nona. Malam itu Nona mabuk dan masuk ke lantai empat dimana boss kami berada.” Wah, dia melakukan s*ks dengan boss di tempatnya magang! “Mikha, cepetan keluar nih. Gue udah panasin ayamnya. Ayok makan.” **** “Maaf, Tuan. Mbaknya tadi bilang ada acara, jadi dia meminta untuk dihubungi saja. Ini nomornya.” Namun sampai saat ini, Jack belum menghubungi nomor tersebut. Sang pelayan di klab memberitahunya kalau Mikha menelpon tadi. Sepertinya perempuan itu sudah tahu kalau ada kesalahan di malam kemarin. Yang menahan Jack saat ini adalah ketakutannya sendiri, dia tidak mau bertindak berlebihan dan hilang kendali. “No, Jack. Dia seumuran anak kamu. Udah,” ucapnya pada diri sendiri. “Ada apa, Tuan?” “Gak papa,” jawab Jack datar. “Ada lagi yang dibilangin pelayan klab?” “Tidak ada, dia hanya menyampaikan itu saja.” “Mikha tidak protes?” Liam yang sedang menyetir itu menggeleng. “Apa anda ingin melakukan pertemuan dengannya? Saya bisa menghubunginya dengan alasan pembicaraan terkait magang.” “Gak usah.” Jack kesal pada Liam, kenapa malah memberinya jalan. “Udah biarin aja.” Malah dia memiliki sedikit penyesalan membiarkan Mikha magang di tempatnya. “Saya mau menenangkan pikiran. Cari tempat makan malam yang punya view bagus.” “Baik, Tuan.” “Kepala saya juga pusing, kayaknya Tuhan lagi ngajak main. Coba kirimkan bantuan buat Negara miskin.” “Baik, Tuan.” Jack tetap pada pendiriannya. Dia akan sendiri di masa senja dengan penuh ketenangan. Tidak mau ada yang mengganggu pikirannya. Di waktu yang bersamaan, Mikha dipaksa pulang ke rumah ketika sedang makan ayam bersama dengan Chika. “Mikha, itu telpon dari tadi bunyi terus.” “Udah biarin aja.” “Nanti lu dimarahin Bokap lagi loh.” “Terserah.” Tidak biasanya Mikha melawan kehendak ayahnya. “Lu kenapa sih? apa ada masalah di dunia selebgram lu? gak biasanya makan kayak orang kelaparan.” “Gak papa.” Mikha hanya sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Dia sudah senang bertemu dengan pria itu, tapi ternyata adalah bosnya. Padahal mereka bisa saja melakukan pertemuan diluar klab. Kekesalan Mikha itu membuatnya tidak kunjung mengangkat telpon dari sang Papah. Faris sampai datang ke apartemen Mikha dan menekan bel dengan brutal. “Duh, siapa sih yang…. Anjirrr Mikhaa! Ada Bokap lu di depan!” teriak Chika yang mengintip lewat pintu. “Hah? Dia dateng?” Mikha segera berpakaian sebelum membuka pintu. “Eh, Papa? Mikha baru aja mau berangkat kesana. Tadi abis makan dulu. Kenapa, Pah?” “Pake baju yang bagus. Cepetan.” “Ini malem, emangnya mau kemana?” “Lebih baik nurut sama Papa kalau kamu masih mau tinggal di apartemen.” Chika ikut tegang saat Mikha kembali masuk dan berganti pakaian. “Ayam, Om,” ucapnya menawari. Faris duduk di sofa tanpa bicara. Chika jelas takut karena Papanya Mikha ini mantan preman. “Hati-hati dijaalan,” ucapnya pada sang sahabat. Mikha tidak tahu akan dibawa kemana oleh Papanya. Sampai di halaman gedung apartemen, matanya menangkap sosok Prakoso yang berdiri diluar mobil. “Duh, cantiknya calon istri saya. Akhirnya kita bisa makan malam berdua ya?” “Papa?” mengadah menatap Faris. “Temenin Pak Prakoso makan malam. Dia juga mau kasih kamu banyak hadiah. Sana.” *** Berada di dalam mobil yang sama dengan Prakoso, Mikha berusaha untuk melindungi diri. Ketika Prakoso hendak menyentuh tangannya, dia langsung menepuk udara. “Ada nyamuk ya?” “Ah masa ada nyamuk sih? saya bersihin dulu loh tadi.” “Hehehe, masih banyak nyamuk, Pak.” “Kok manggilnya Bapak sih? Mas dong. Ihh kayak ke Bapak kamu itumah.” “Tapi mukanya emang cocok dipanggil bapak.” “Om aja deh. Mau gak?” “Mau bapak aja.” tetap pada pendirian. “Yaudah gimana kamu aja, asal kamu bahagia, hehehe.” “Kita sebenarnya mau kemana sih? Jangan sampai ke public, kan saya itu selebgram. Nanti bisa banyak kabar gak baik beredar. Saya gak mau hal itu terjadi.” Mikha mulai menjelaskan, dia tidak mau menjadi bahan perbincangan. “Hahaha, emangnya kenapa? Kan udah banyak perempuan yang punya pasangan lebih tua, namanya apa sih? sugar daddy hehehe…” “Tapi saya gak suka.” “Banyak orang yang tahu siapa saya. Pengusaha yang udah gede namanya, jadi gak usah malu.” “Tetep saya gak mau di tempat yang banyak orang.” Mikha belum siap kalau media tahu dengan siapa dirinya berkencan, apalagi aki-aki peot sejenis Prakoso ini. Alangkah baiknya kalau bentukannya seperti Jack; seksi liat dan uangnya lebih banyak. “Kalau Bapak ke tempat yang ramai, saya milih buat pulang aja.” “Ehhh, Sayang jangan marah dong.” Mengelus paha Mikha yang refleks langsung dipukul oleh Mikha. Seketika wajah Prakoso berubah, dia sampai menepi dulu supaya bisa menatap Mikha dengan tajam. “Berani ya kamu?” Rambutnya dijambak dengan kuat. “Kamu tahu nggak gimana nasib orangtua kamu kalau saya batalin perjodohan ini hah?!” “Akhhh… sakit…,” teriak Mikha. Dilepaskan dengan kuat hingga Mikha hampir tersungkur. “Jangan sampai kamu menyesal, saya bisa bikin keluarga kamu hancur.” Kembali mengemudi, Prakoso tertawa ketika kembali menyetir. “Hahahaha! Jangan diambil hati ya, saya kadang hilang kendali kalau kesal. Kamu jangan bikin saya marah ya.” mengusap rambut Mikha. Perempuan itu menahan tangisannya, menggigit bibir bawahnya supaya tidak terisak. Prakoso membawanya ke sebuah gedung hotel, membuat Mikha kaget dan ketakutan. Prakoso membaca ketakutan itu. “Jangan khawatir, Sayang. Saya gak akan sentuh kamu sebelum kita nikah. Biar kalau udah nikah, saya bisa bikin kamu pingsan. Heheheh.” Bulu kuduk Mikha langsung berdiri. Dia melangkah sambil menunduk ketika keluar dari mobil, takut ada yang mengenal dirinya. “Kita makan malam disini ya,” ucap Prakoso melangkah lebih dulu. Membawanya ke resto yang ada di lantai paling atas. Atap hotel yang langsung memperlihatkan night view, Mikha terpaku sesaat. Sampai dia ingat dengan siapa dirinya datang. “Duduk disini, Sayang.” Prakoso menarik kursi untuk Mikha. Di sisi lain, Jack sedang menghirup udara segar mencoba melupakan Mikha. Tapi ketika dia menoleh, matanya menangkap sosok Mikha yang menunduk ketakutan disana. “Kenapa laki-laki itu nggak asing ya?” gumam Prakoso. “Astaga, itu Tuan Jack. Yang punya Millers Inc,” bisiknya melotot kaget, itu target orang yang akan dia jadikan investor. Mikha menoleh, matanya beradu dengan Jack. Pria itu merasakan Mikha sedang menahan tangisannya. SHITT!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD