Arsenio melangkah keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat istrinya itu duduk ditepian ranjang sejak tadi, tidak berganti pakaian. Arsenio menautkan alis dan melangkah menghampiri istrinya, ia duduk disamping istrinya. "Ada apa?" tanya Arsenio. Berlian menoleh dan menatap wajah suaminya. Takdir yang tidak pernah bisa ia ubah, entah mengapa ia berubah menjadi lebih mempertahankan pernikahan ini daripada mengalah dan pergi. Ia tengah hamil, ia membutuhkan sosok suami dan ayah dari anaknya, agar kelak ketika anaknya lahir, anaknya tak menanyakan keberadaan ayahnya. Berlian tahu luka seperti apa yang kini dirasakan Mufta, namun yang pasti tak ada istri yang ingin dikhianati terlepas dari sikap si istri itu sendiri. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Arsenio. Berlian menggelengkan kepal