Chapter 3 – Welcome Home, Ezra!

1107 Words
Sekar terpaksa beristirahat di rumah sampai pergelangan kakinya yang terkilir membaik. Ia menyantap sarapan yang sekaligus makan siang karena ia baru terjaga dari tidurnya pada pukul 11 siang. Ia memesan makanan via daring. Ia menikmati makan siang itu seraya menonton berita seputar selebriti di televisi. Namun, fokusnya terbagi karena ia juga log in ke akun media sosialnya. Saat ia meminum air dari gelasnya, ia mendadak tersedak karena terkejut mendapati layar ponselnya memajang foto saat Rangga melamar Indah. Ia pun berusaha meredakan batuknya. Namun, berita selebriti di televisi rupanya juga menayangkan berita bahagia tersebut. Seketika Sekar membanting gelasnya sekuat tenaga hingga gelas itu pecah. Tangisnya pun meledak. Kekasih hatinya benar-benar tak mempedulikannya. Sekar sudah menyukai Rangga sejak masih remaja. Suatu hari, ibunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Rangga, membawanya ke rumah majikannya itu. Masih jelas dalam ingatan Sekar pada hari itu Rangga baru saja keluar dari dalam mobil yang disetir oleh sopirnya. Rangga tampak mengenakan seragam basket dan menyampirkan tas ransel di pundaknya. Pria itu baru saja mengikuti latihan klub basket sekolahnya. Rangga tampak sangat tampan di mata Sekar. Hatinya berdegup kencang saat mendapati Rangga memergokinya sedang memperhatikannya. Namun, Rangga tidak mempedulikan Sekar sedikit pun. Ia tidak tertarik pada Sekar. Suatu hari, Kimberly, teman SMA Atiek, ibu Rangga, datang ke rumah Atiek untuk mengikuti arisan. Ia pun bertemu dengan Sekar dan mengajaknya berkenalan. Ia tertarik menjadikan Sekar seorang model karena Sekar memiliki tubuh ramping dan tinggi semampai. Hanya saja saat itu Sekar masih belum terawat dan memakai pakaian asal saja sehingga kecantikannya tertutupi. Kini ia menjelma menjadi wanita dewasa yang cantik dengan dandanan glamour. Namun begitu, tetap saja ia tidak dapat meraih hati Rangga walaupun ia dan Rangga sudah beberapa kali melakukan hubungan badan sebelum Rangga berangkat ke Australia untuk menjalani perkuliahan. *** Ezra kembali pulang ke Jakarta dengan selamat. Angela, Ibu Ezra, menjemput anak semata wayangnya di bandara dengan ditemani oleh Philip. Ezra dan ibunya saling berpelukan dengan sangat erat. “Ya ampun, Ezra, Mami kangen banget sama kamu! Pokoknya di sini kamu gak boleh sesibuk waktu kerja di XYZ!” “Iya, Mi.” Angela pun segera membawa Ezra ke mobil. Philip mendorong troli bandara yang mengangkut barang-barang yang dibawa Ezra. Pak Mardi yang sudah menunggu di mobil tampak senang menyambut kepulangan anak majikannya. “Wah, Den Ezra udah pulang!” serunya. “Halo, Pak Mardi. Apa kabar?” tanya Ezra seraya memeluk sopir yang sudah setia mengantar jemputnya ke sekolah dan ke mana pun. “Baik juga dong, Den. Udah kangen nih nganter ke sekolah.” Ezra melepaskan pelukannya dan memasang wajah cemberutnya. “Udah lulus, Pak.” “Ya gapapa. Siapa tau mau sekolah lagi.” “Hiii ogah!” Mereka pun masuk ke dalam mobil dan melaju menuju sebuah pemukiman mewah di daerah Kebayoran Baru. Pak Mardi tampak sangat semangat menceritakan bagaimana perubahan Jakarta selama Ezra meninggalkan Jakarta. Ia juga menceritakan bagaimana kondisi perpolitikan di Indonesia yang dinamis. “Oya, ada kabar tentang Yuna, gak?” tanya Ezra. “Cucunya bi Minah ya, Den?” “Iya, Pak.” “Wah, sejak bi Minah udah gak kerja di rumah Den Ezra, Bapak gak tau kabarnya lagi, Den.” Ezra menghela napasnya. Yuna merupakan cucu dari asisten rumah tangga yang bekerja di rumah keluarganya. Yuna mendapatkan bantuan dari orang tuanya untuk bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Namun, sejak Ezra pindah ke Amerika, ia putus kontak dengan Yuna. Ia tidak tahu bahwa Yuna kehilangan ponselnya saat pulang sekolah semasa ia menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Yuna pun merutuki dirinya yang tidak menyimpan nomor ponsel teman-temannya di buku secara manual sehingga ia putus kontak dengan Ezra. Neneknya juga sudah tidak lagi bekerja untuk keluarga Ezra dan memilih untuk membuka warung di rumah yang mereka kontrak, yang membuatnya kesulitan untuk menghubungi Ezra kembali. *** Setibanya di rumah, Ezra disambut dengan sangat hangat oleh ayah dan nenek dari pihak ibunya. Mereka pun khusus menghidangkan berbagai makanan dan minuman kesukaan Ezra. Ezra sangat senang kembali ke rumahnya walau kini sudah tak ada bi Minah dan kedua anjing husky kesayangannya. Kedua anak bulunya itu kini sudah tenang di alam sana. Kini orang tuanya mengadopsi anjing jenis samoyed dan malamute yang tak kalah lucunya. Selama makan malam bersama keluarganya dan juga Philip, Ezra menceritakan bagaimana kehidupannya sesaat sebelum kembali ke Indonesia. Hidupnya sempurna. Ia tinggal di rumah yang dibelikan oleh orang tuanya untuknya, yang bersebelahan dengan rumah keluarga ayahnya di sana, memiliki pekerjaan yang mapan, dan dikelilingi oleh teman-teman dan tetangga yang baik. Sayangnya, ia merindukan kekasih orang lain. “Mi, Pi, Oma … Ezra ngobrol sama Philip dulu, ya,” ujar Ezra setelah mereka selesai menyantap makan malamnya. “Baru juga pulang, Zra,” protes Fina, nenek Ezra. “Kasihan dong Philip. Dia kan mau istirahat juga,” timpal Robert, ayah Ezra. “Sebentar doang, kok,” balas Ezra. “Gapapa kok, Om. Cuma mau ngobrol sesama teman aja. Bukan mau ngomongin pekerjaan,” ujar Philip untuk meyakinkan kedua orang tua Ezra. “Oke, jangan lama-lama. Kalian butuh istirahat,” balas Robert. *** Philip adalah teman kuliah Ezra saat menjalani pendidikan master manajemen bisnis. Philip merupakan seorang anak dari keluarga sederhana yang mendapatkan beasiswa S2 dari pemerintah karena kepintarannya. Saat Ezra menawarkan pekerjaan padanya, tentunya Philip menerimanya dengan senang hati, apalagi Ezra memberikannya upah yang mumpuni. Namun, Philip harus memantau kehidupan artis kondang bernama Indah Karnasih demi menjamin keberlangsungan gaji yang ia terima setiap bulannya. “Ada info apa, Lip?” tanya Ezra ketika ia dan Philip sudah berada di ruang membaca rumahnya. “Boss, Indah Karnasih dilamar sama pacarnya!” “Apa?!” Philip menunjukkan layar ponselnya yang terpampang foto yang diunggah Indah ke halaman instagramnya. Foto itu diambil oleh pelayan yang diminta Rangga untuk memotret dirinya dan Indah saat ia melamar Indah di restoran bintang lima. “Kok lu baru bilang sekarang?!” “Yah, Boss. Kan Boss di perjalanan aja sampai 26 jam. Kalau gue kasih tau kabar ini pas lo transit takutnya lo nangis-nangis di negara orang.” Ezra pun menghela napas dan memutar kedua bola matanya setelah mendapatkan alasan dari Philip. Setelah Philip pamit pulang, Ezra pun bergegas mandi dan mengganti pakaian tidurnya. Namun, ia belum bisa tidur karena terserang jet lag. Diambilnya wine yang ia bawa dari Amerika. Ia pun menikmati wine itu di balkon kamar tidurnya seraya melihat foto-foto yang diunggah Indah dan Rangga di akun media sosial mereka. Sebenarnya sudah cukup lama Ezra memantau Rangga. Philip membantunya memantau pria tersebut karena teman kuliah Philip saat menjalani pendidikan strata satu di Indonesia, yakni Naura, yang naksir berat pada Philip, bekerja sebagai team assistant direktur di perusahaan milik Rangga. Dari Nauralah mereka mendapatkan informasi tentang Rangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD