11

2000 Words
Dilan sudah sampai di sekolah, ia sengaja menunggu diparkiran karena ia ingin menunggu Kiara. Ia masih menunggu dissna dengan sangat tenang, ketenangan yang sebenarnya adalah sebuah kepalsuan semata karena faktanya Dilan tak pernah tenang di pagi hingga sore hari. Ia tidak tenang saat ia sampai di sekolah, ia tidak bisa tenang saat ia masuk ke sekolah lalu belajar dan ia juga tidak akan tenang saat ia pulang ke rumah bertemu dengan keluarganya. Baru malam hari saat ia berada di ruanganya sendiri, ia tenang. Namun ketenangannya itu lebih sedikit daripada perasaan gelisah yang sering ia rasakan. Dilan yang selalu gelisah tapi menyembunyikan semua itu. Apalagi jika di depan teman-temannya, dia tidak mau terlihat sedang gelisah. Itu semua berhasil setidaknya bagi teman-teman yang tidak dekat dengannya. Banyak yang malah mengidolakan Dilan karena Dilan itu memang tampan, mereka tak masalah dengan nilai Dilan yang tidak bagus karena yang banyak mereka lihat adalah wajah dan juga hal apa yang dilakukan Dilan. Sementara untuk nilai, bagi mereka memang bad boy seperti Dilan kebanyakan juga nilainya jelek. Mereka semua tidak tahu bahwa nilai jelek yang dimiliki oleh Dilan itu terjadi karena ia sakit, ia susah untuk belajar. "Tuh pangeran kamu udah nungguin kamu Kiara." ujar Kelvano itu. "Dilan ya bang? Ga sabar sumpah mau makan roti bakar sambil minum es kacang ijo hehehe." ujar Kiara tampak terlihat sangat bahagia sekarang ini. "Iya sabar bentar, Abang mau nyari parkiran dulu nih." ujar Kelvano itu. "Hehehe habisnya ga sabar sih, seneng aja gitu." ujar Kiara tersebut. Sementara Dilan sekarang sudah tersenyum karena ia sudah melihat mobil Kelvano yang mana itu artinya sebentar lagi ia akan bertemu dengan Kiara. Ia melihat mobil Kelvano sudah dipakir, ia pun kini berjalan menuju ke mlbil Kelvano itu. Ia menghampiri Kiara yang kini sudah keluar dari mobil. Dilan tersenyum melihat Kiara yang menurutnya semakin hari semakin menawan. Kiara semakin cantik sekarang ini. Ia yakin bahwa di luaran sana pasti banyak yang sebenarnya terpesona akan kecantikan dari Kiara. Dilan yakin bahwa banyak yang sebenarnya menginginkan Kiara untuk menjadi pacarnya di luaran sana. Hanya saja mereka mungkin juga melihat kekurangan yang dimiliki oleh Kiara, padahal tidak seharusnya mereka seperti itu. Mereka sama saja membicarakan kekuarangan yang dimiliki oleh Kiara. Mereka semua tidak tahu bahwa kemungkinan besar Kiara bisa melihat lagi karena keluarganya pun juga sangat mengusahakan agar hal itu terjadi. Keluarganya sangat ingin Kiara dapat melijat indahnya dunia ini, mereka tidak mau Kiara hidup dalam kegelapan selamanya karena mereka yang membayangkan saja takut setengah mati apalagi Kiara yang memang merasakan hal itu sendiri juga. "Selamat pagi kembali Kiara." ujar Dilan dengan tersenyum ke Kiara. "Selamat pagi kembali Dilan. Mana pesanananya." ujar Kiara yang langsung mendorong Dilan. Dilan pun tertawa dan meminta untuk Kiara sabar. Tampak sekarang ini Dilan mengatakan pada Kelvano untuk tidak usah mengantarkan Kiara ke kelas karena ia yang akan menuntun Kiara ke kelas. “Jagain adik gua ya Lan, kalo dia nakal bilang sama gua aja.” ujar Kelvano dengan bercanda sekarang ini. “Ihhh abang apaan sih, gua ga pernah ya nakal. Kapan coba gua nakalnya tuh.” ujar Kiara tak terima dibulang nakal oleh abangnya sendiri. “Ya kapan-kapan mungkin, kan abang juga ga tahu.” ujar Kelvano tersebut. “Hahahah iya bang, siap kalo Kiara nakal nanti gua atasin sendiri. Tapi kalo nakalnya kelewatan baru gua hubungi lo ya.” ujar Dilan yang mana ia ikut bercanda sekarang ini juga. “Dilan, kenapa lo juga ikut ihh. Jadi sebel deh gua sama lo juga.” ujar Kiara kepada Dilan. “Jangan sebel dong, kan udah gua beliin roti bakar sama es kacang ijo, yuk lag mending kita ke kelas sekarang.” ujar Dilan kepada Kiara. “Nah itu dengerin Dilan tuh Kia.” ujar Kelvano. "Duluan ya Abang, Abang langsung ke kelas jangan mampir kemana-mana ya bang." ujar Kiara kepada Dilan dan Dilan mengangguk sekarang ini. "Udah sana nanti ga punya waktu buat makan sama minum lagi kalo disini terus." ujar Kelvano membuat Dilan sekarang ini tersenyum senang. Kevano masih disana sembari melihat Dilan dan Kiara yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya karena mereka telah berbelok ke koridor yang lainta juga. Kelvano lega sekarang karena Kiara berada di tangan yang tepat. Ia hanya takut jika Kiara nantinya akan sendirian dan malah di bully oleh siswa-siswi disini. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi kepada adiknya juga nanti. “Abang sayang banget sama kamu Kiara, tetap bertahan ya sayang, tetap bertahan sampai Abang, Mama, Papa, Dilan, Agam sama Randra dapat info donor mata yang bagus buat kamu. Kamu semua sayang sama kamu dan mau yang terbaik buat kamu sayang.” ujar Kelvano yang nengatakan itu sendirian, bahkan setelah Kiara pwrgi dari sana. Ia memiliki alasan tersendiri kenapa ia tidak membjcarakan itu di depan Kira secara langsung tadi. Alasannya adalah Kaira pasti akan menangis saat nanti Kelvano mengatakan itu. Kiara itu memang sebenarya cengeng, sama seperti Kelvano. Bedanya, Kelvano cengeng dengan alasan orang yang ia cintai terkenal masalah, sakit atau apa pun itu sementara Kiara cengeng karena memang dirinya sangat cengengz Dilan dan Kiara sudah berjalan menjauh dari parkiran. Kelvano melihat mereka berdua dan perasaannya menghangat, Kiara dan Dilan memang satu pasang yang seharusnya bisa bersama. Namun keduanya tidak ingin bersama karena mereka yang memang tidak ingin bersama. Mereka selalu beralasan dengan kekurangan yang mereka miliki, padahal satu dengan yang lainnya sudah benar-benar menerima kekurangan dari yang lainnya juga saat ini. Dilan tahu kekurangan Kiara dan ia menerima itu semua, sementara Kiara pun juga tahu kekurangan Dilan ia juga menerima semuanya. Malah mereka merasa bahwa kekurangan itu merupakan sebuah kelebihan juga. Hanya saja, mereka sendiri yang masih belum bisa menerima kelebihan yang mereka miliki itu. Kiara masih sering merasa bahwa dirinya itu menyusahkan orang lain, apalagi saat ia sedang sendirian. Sementara Dilan, ia juga merasa bahwa hidupnya tidak berguna bagi keluarganya yang sangat perfect itu. "Andai aja Lo berdua bisa bersama, mungkin semuanya akan lebih indah. Lo berdua sebenarnya bisa dan mampu, tapi hanya ga mau." ujar Kelvano. Kiara dan Dilan sudah sampai di kelas mereka sekarang ini, tampak sekarang ini mereka berdua duduk di tempat duduk mereka dan kini Dilan membuka roti bakar dan es kacang ijo itu untuk dimakan oleh Kiara. Mereka berdua sudah seperti sepasang yang bisa dibilang sebagai couple goals. Hanya saja mereka sampai saat ini hanya sebatas sepasang sebagai teman. "Gimana Kia? Enak kan? Masih kayak yang dulu kan?" tanya Dilan itu. "Of course, ini enak banget sumpah Dilan. Thanks banget, Lo emang tahu banget tentang gua. Sayang banget sama Lo." ujar Kiara yang mana Dilan terdiam sebentar dan setelah ia sadar ia pun sekarang ini tersenyum. "Hahaha iya Kiara, tahu dong gua. Apa sih yang gua ga tahu." ujar Dilan. Dan, gua juga sayang banget sama Lo Kiara. Sayang banget. Batin Dilan. Ya. hanya bisa mengatakan di batin Dilan karena Dilan tidak memiliki keberanian untuk mengatakan langsung hal ini kepada Kiara. Ia tahu bahwa dirinya tidak akan bisa dan tidak akan cocok jika disandingkan dengan Kiara yang sangat cantik dan sangat perfect bagi dirinya itu. Mereka berdua tampak masih ada di kelas dengan Kiara yang masih sarapan disana. Sementara itu, Agam baru saja datang dan ia berangkat bersama dengan Aruna karena Aruna tadi meminta untuk di jemput juga. Agam tidak mau jika nantinya Aruna akan marah jadinya ia pun menjemput Aruna. Ia sebenarnya juga senang karena ia bisa bersama dengan Aruna lebih lama, ia bisa bersama semenjak ia menjemput Aruna di rumahnya Aruna. "Sayang, mampir ke kantin dulu ya buat sarapan. Aku belum sarapan. Ya, please?" tanya Aruna kepada Agam, dan Agam tidak bisa menolaknya karena ia sangat sayang pada Aruna, sebisa mungkin ia akan mengabulkan hal itu. "Iya sayang, aku juga belum makan. Kita makan bareng ya." ujar Agam dan Aruna pun mengangguk dengan semangat. Kini mereka berdua sudah berjalan menuju ke kantin sekolah. Untung saja ada beberapa kantin yang sudah buka meskipun ini masih pagi. Mereka sudah buka Karen memang mereka banyak dibutuhkan oleh siswa-siswi yang belum sarapan di rumah. "Sayang, kamu mau makan apa?" tanya Agam saat ia dan Aruna duduk di salah satu kursi yang ada di kantin itu sembari menaruh tas mereka di meja. "Apa ya sebentar sayang aku masih bingung ini." ujar Aruna yang masih memikirkan makanan apa yang akan ia makan nanti, ia masih bingung. "Ya udah aku tunggu sampai kamu tahu apa yang mau kamu makan." ujar Agam kepada Aruna, Aruna melihat makanan yang sudah buka saat ini. "Aku mau siomay aja deh Gam, kamu mau apa?" tanya Aruna tersebut. "Aku sama kayak kamu sayang. Kamu tunggu disini ya, minumannya lemon tea kan?" tanya Agam yang diangguki oleh Aruna sekarang ini. Agam sudah pergi ke tempat siomay, ia menunggu disana sampai mendapatkan siomay. Agam menunggu sekitar lima menit karena memang banyak yang membeli juga. Siomay ini memang enak jadi banyak yang mengantri disini. Aku bakalan sibukin kamu buat aku aja Gam, aku cuman mau nantinya kamu fokus ke aku. Lagi pula aku emang prioritas kamu kan Gam? Batin Aruna. Aruna memang berniat untuk menjauhkan Agam dari Kiara juga. Terkesan egois? Tapi memang itu lah Aruna. Ia hanya mau semuanya terjadi seperti yang seharusnya terjadi karena Agam memang miliknya, Agam bukan milik Kiara yang selalu menganggu waktunya dengan Agam. Bahkan tanpa disadari pun, Kiara yang selama ini selalu menjadi penyebab Agam dan Aruna bertengkar. Bahkan mereka juga hampir putus karena Kiara itu. Sekarang ini tampak Agam sudah mendapatkan siomay dan lemon tea, ia berjalan menuju ke tempat Aruna dan sekarang ini mereka berdua sudah makan bersama. Aruna terlihat sangat bahagia, jika hari ini ia akan mendapat waktu sampai jam akhir bersama dengan Agam terus menerus mungkin kebahagiaan yang akan dirasakan oleh Aruna lebih lengkap. Apa lagi jika Agam tidak akan menemui Kiara, tapi sepertinya itu tidak akan mungkin. Sementara itu, Randra masih berada di dalam mobilnya sekarang ini. Ia masih ada di jalan dan sekarang ini Randra memikirkan tentang Rania. Masih tentang Rania dan belum berbeda dari Rania, ia benar-benar pusing sekali. Baginya kehilangan Rania adalah hal terakhir yang ia inginkan di dunia ini. "Argh kenapa harus Lo yang mirip sama Mama? Kenapa harus Lo Rania? Kenapa harus Lo yang gua cintai?" tanya Randra entah kepada siapa juga. Randra telah masuk ke lingkungan sekolah dan ia sekarang sedang menuju ke parkiran. Ia masih mencari-cari parkiran disini tapi ia masih belum menemukannya hingga akhirnya ia menemukan sebuah parkiran yang mudah di jangkau, tapi ia melihat dari kaca spion mobilnya bahwa tepat di belakang mobil Randra ada mobil Rania. Rania sepertinya sama dengannya, masih bingung mencari parkiran. Tentunya Rania tidak mau pergi ke parkiran yang pojok. Randra juga tidak tega membiarkan Rania berjalan jauh, akhirnya Randra membiarkan parkiran itu. Ia melewati tempat parkiran kosong itu. "Eh loh, kok ga dipake sih? Aneh bener deh." ujar Rania sekarang ini. "Ran, emang Lo ga tahu itu mobilnya siapa? Dia sengaja tahu ngelewatin parkiran ini biar mobil Lo bisa parkir disini." ujar Nika kepada Rania. Memang Nika tadi nebeng Raniajadi mereka berdua berangkat bersama pagi ini. "Hah? Emang itu mobilnya siapa? Lo mah sok tahu." ujar Rania itu. "Bukan gua yang sok tahu, tapi Lo nya yang ga peka. Masa mobil sering mejeng di depan Lo itu Lo ga tahu sih." ujar Nika menatap aneh ke Rania. "Apa sih, jadi penasaran gua." ujar Rania kepada Nika tersebut. "Ya udah kalo penasaran Lo tinggal tunggu dia lewat sini. Agak lama sih soalnya gua yakin tuh dia parkir di pojok." ujar Nika kepada Rania. Rania pun menunggu disana kareja ia penasaran kepada siapa ia harus berterimakasih. Sepertinya orang itu adalah orang yang baik karena dirinya juga akan sangat lelah dan mungkin kesal jika ia mendapatkan parkir paling ujung yang mana ia harus berjalan dengan jauh. Kini ia menunggu siapa orang yang rela menggantikan dirinya untuk berjalan jauh itu, ia penasaran siapa orangnya. Mereka masih disana dan mereka masih menunggu hingga pada akhirnya terlihat satu lelaki yang sangat Rania kenali, dia adalah lelaki yang beberapa waktu ini mengisi kepalanya dengan penyesalan yang tiada tara. Dia adalah lelaki dengan kacamata hitam yang selalu beetengger di hidungnya, menutupi matanya yang padahal menurut Rania sangat indah, ia Randra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD