32

1500 Words
Sebenarnya Randra sangat lega ketika mendengar bahwa Dilan berhasil membawa Kiara pergi dari sini. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi Kiara mendengar semuanya dan Kiara akan kembali bersedih seperti kemarin. Dia tidak akan tega ketika melihat Kiara seperti itu. Ia sebenarnya juga sangat berharap bahwa nanti semuanya akan membaik. Pasalnya jika terus menerus begini akan sangat susah bagi Agam dan Kiara untuk berada di tempat yang sama, pasti Aruna akan marah. Dirinya benar-benar kasihan kepada Agam jika sampai akang harus memilih antara Aruna dan Kiara. Karena memang Agam tidak bisa memilih salah satunya. Bukannya Agam egois dan menginginkan mereka berdua untuk menjadi kekasihnya bukan. Karena kekasihnya selamanya hanya Aruna tapi di sisi lain Ia juga tidak bisa meninggalkan Kiara yang sangat penting juga bagi Agam. Maka dari itu hal yang seharusnya dilakukan oleh mereka semua adalah mendekatkan Kiara dengan Aruna. Sebenarnya Kiara sendiri mau-mau saja dekat dengan Aruna karena dulu pun mereka juga dekat tapi masalahnya adalah di Aruna. Aruna dan rasa cemburunya itu. "Agam bentar ya aku mau ke toilet." Ujar Aruna diangguki oleh Agam. Agam sendiri sudah lumayan tenang sekarang, ia juga sudah biasa saja. Randra mendekati Agam lagi dan ia bertanya apakah Agam sudah mendingan sekarang, Agam pun mengatakan bahwa ia sudah tenang. "Sorry ya kalo gua ngerepotin Lo juga." Ujar Agam yang menatap ke arah Randra, ketika melihat Randra sontak ia terdiam. Ia langsung memperlihatkan wajah khawatirnya lagi sekarang. Kali ini bukan karena Aruna, tapi karena Kiara. Ia takut jika Kiara mendengar semuanya tadi. "Randra, Kiara ada di mana sekarang? Kiara ga tahu tentang semuanya kan? Maksud gua Kiara ga tahu kan kalo gua sama Aruna tadi bicara tentang hal ini?" Ujar Agam yang kini jadi khawatir sekali ke Kiara. "Tenang aja Gam, Kiara sekarang lagi ada di Caffe sama Dilan. Dilan tadi ngasih alasan kalo kita ga sekolah alias libur. Dan mereka sekarang lagi ada di Caffe. Lo ga perlu khawatir karena Kiara ga denger apa pun kok tadi." Ujar Randra dan Agam pun kini merasa sangat tenang akan hal itu. "Syukur deh kalau kayak gitu. Gue harap nggak ada yang kasih tahu ke Kiara tentang kejadian tadi pagi ya, gue nggak mau sampai Kiara down lagi." Ujar Agam dan Randra pun mengangguk, ia mengerti dengan kekhawatiran dari Agam karena dirinya pun juga mengkhawatirkan hal itu. Sedangkan Dilan dan Kiara saat ini masih makan bersama. Kiara mengira bahwa sepertinya mereka sudah 1 jam lamanya di sana. Namun sama sekali tidak ada rasa bosan dari diri Kiara karena dari tadi Dilan selalu membuatnya tersenyum. Dilan itu bisa dibilang mood booster bagi Kiara. "Dilan, cafenya rame apa nggak sih? Kok kayaknya sepi suara gitu ya? Maksudku kan biasanya banyak yang pada ke cafe kalau pulangnya cepat atau malah libur kayak gini? Pastinya kalau anak-anak sekolah kan pada rame banget apalagi kalau nongkrong-nongkrong gini." Ujar Kiara itu. Mendengar cara mempertanyakan hal itu tentu saja Dilan sedikit terkejut dan takut jika nantinya dirinya akan ketahuan. Namun ia menetralisir dirinya dan agar dirinya tidak gugup saat nanti menjawab. Kiara tidak boleh mengetahui bahwa dirinya saat ini tengah berbohong. Jika Kiara tahu bahwa ia berbohong, bisa mati dirinya karena Kiara pasti akan sangat marah kepadanya. Ia juga tidak akan suka jika nantinya Kiara akaj menjaga jarak kepadanya. Ia berharap bahwa itu tidak akan terjadi, karena ia mencintai Kiara. Sangat. "Ya emang nggak banyak anak sekolah sih karena mungkin mereka kan lagi nyoba cafe baru kali ya. Tapi kafe ini lumayan padat sih sama mahasiswa-mahasiswa gitu deh." Ujar Dilan yang mana ia setengah berbohong dan setengah jujur karena memang yang ia lihat banyak sekali mahasiswa yang nongkrong di sini. Mungkin mereka tengah menunggu jam masuk kuliah yang mana memang ini dekat dengan salah satu universitas. "Oh pantes sih, eh iya nggak papa kan kalau kita lama di sini? Sampai nanti siang. Atau kita makan siang di mall aja pas nanti gue beli jaket? Menurut lo gimana Dilan?" Tanya Kiara bertanya lagi kepada Dilan. "Lo tanya menurut gue gimana? Ya kalau menurut gue sih terserah sama lu princess. Apa pun yang Princess mau akan gua turutin. You are my princess, the only one my princess." Ujar Dilan membuat Kiara tersenyum. "And you are my prince." Ujar Kiara yang memajukan tangannya dan Dilan langsung paham dengan apa yang diinginkan oleh Kiara. Dilan pun membawa tangan Kiara ke pipi Dilan karena ya tahu Kiara ingin mengelus pipi Dilan. Jujur saja Dilan selalu senang dan bahagia ketika Kiara melakukan hal seperti ini untuknya. Namun tentu saja ia tidak bisa mendapatkan hal ini setiap hari karena ini sangat jarang untuk terjadi. "Gue selalu menghayal gimana wajah lo, wajah Agam dan wajah Randra. Nggak cuma itu aja karena gua juga mau lihat yang lainnya. Gue mau lihat cantiknya Aruna yang pasti dia suka dipercantik karena Agam sangat amat mencintainya. Lalu juga gue pengen ngeliat Rania yang gua yakin dia nggak kalah cantik dari Aruna karena Randra mencintai Rania dengan begitu tulus." Ujar Kiara yang sangat mengharapkan bahwa suatu saat ia bisa melihat. Ia ingin melihat teman-temannya yang selama ini selalu ada untuknya. Mereka sudah sangat apa baik kepada Kiara juga. "Yang sabar ya Kiara karena kita semua juga lagi berusaha banget supaya kita nanti bisa mendapatkan donor mata untuk Lo. Gue yakin kalau lu pasti bisa mendapatkan donor mata dan nanti akhirnya lu bisa ngeliat kita semua. Sekarang kita cuma perlu bersabar dan berdoa aja." Ujar Dilan. Kiara pun kini mengangguk sembari tersenyum kepada Dilan. Senyuman yang selalu Dilan sukai dan mungkin jika Kiara bisa melihat setiap Kiara tersenyum pasti Dilan selalu menatapnya dengan lekat. Bahkan terkadang Dilan juga tidak mengedipkan mata ketika melihat Kiara. "Lu mau pesan minuman atau snack lagi Kiara?" Tanya Dilan menawari Kiara dan Kiara menggelengkan kepala. Namun saat ini Kiara ingin pergi ke toilet. Maka dari itu Kiara mengatakan kepada Dilan ia ingin ke toilet. "Kalau gitu biar gue antar ya." Ujar Dilan dan Kiara menggelengkan kepalanya dengan cepat karena jika Dilan mengantarkan dirinya nanti siapa yang akan menjaga meja mereka ini? Lebih baik ia pergi sendiri. "Nggak perlu Dilan, gue bisa pergi sendiri kok. Lagi pula juga nanti yang jagain meja kita siapa kalau lu juga pergi." Ujar Kiara tersebut. "Di sini banyak orang dan gue yakin kalau mereka semua nggak akan ngambil barang-barang kita. Lagi pula di sini juga banyak CCTV, udah ayo gue anterin. Gue nggak mau kalau nanti lu sampai kenapa-kenapa." Ujar Dilan dan pada akhirnya Kiara mengangguk juga. Mereka berdua sekarang ini sudah berjalan menuju ke toilet perempuan. Tentu saja Dilan tidak masuk ke dalam dan dia hanya menunggu di luar saja. Dilan menunggu cukup lama hingga akhirnya Kiara keluar dari toilet itu. Dilan langsung memegang tangannya dan kini mereka berdua pun sudah pergi ke meja mereka yang tadi sempat mereka tinggalkan dalam beberapa waktu karena mereka ada di toilet ini. Sebenarnya banyak yang menatap mereka. "Antara mau kasihan sama agak kesel juga sih ya ngeliat mereka anak sekolah malah keluyuran dan pastinya bolos kan. Karena ini masih jam sekolah." Ujar salah satu perempuan yang duduk di salah satu meja. "Bener sih tapi sumpah yang cowok sweet banget sama ceweknya. Lo tahu kan ceweknya tadi buta? Tapi coba lihat itu dari tadi cowoknya natap si cewek lekat banget. Mana tatapannya juga kelihatan kalo dia cinta banget dengan tulus lagi sama itu cewek." Ujar teman yang satunya lagi. "Ya iya sih bener apa yang lu bilang. Cewek itu beruntung banget punya cowok yang sayang banget sama dia. Lah kita? Yang bisa melihat dan nggak punya kekurangan dari anggota tubuh kita malah belum dapat-dapat cowok. Kan pusing banget ya kalo kayak gini." Ujar temannya itu. "Ya belum ada aja kali, pasti besok bakalan ada kok. Tinggal tunggu waktunya aja kita mah. Toh proses orang-orang tuh berbeda." Ujar teman. "Dilan, gue mau pesan minum sama snack lagi dong." Ujar Kiara. "Sure, wait gue panggil pelayan dulu ya. Selama pesen apa? Mau pesan yang kayak tadi atau beda lagi?" Tanya Dilan dan Kiara tengah berpikir. Dilan pun kini membacakan menu-menu yang ada di buku menu. Kali ini Dilan benar-benar menjadi mata dari Kiara dan Dilan sangat bahagia. Karena mereka hanya berdua jadi Kiara hanya bergantung kepadanya saja. Tentu saja berbeda jika Kiara bersama dengan dirinya dan dua orang temannya yang lain yaitu Agam dan Randra. Ya, akan berbeda. Kenapa begitu? Karena Dilan yakin bahwa bukan dirinya lah yang akan menjadi seseorang yang selalu Kiara butuhkan. Bukan dia, melainkan Agam. Sebenarnya ia hampir setiap kali iri kepada Agam karena akan sangat dibutuhkan oleh Kiara. Padahal toh mereka sama saja merupakan sahabat dari Kiara. Namun entah kenapa Kiara sangat percaya kepada Agam dan selalu saja mencari Agam. Padahal jika Kiara membutuhkan bantuan ia akan membantunya dengan baik. Toh ia sangat mencintainya. Namun ya mau bagaimana lagi, Kiara lebih memilih Agam dalam segala hal meskipun Kiara tidak mencintai Agam. Ia tidak bisa melakukan apa pun karena dirinya toh bukan siapa-siapa selain sebagai sahabat Kiara. Yaz, hanya sahabat saja dan mungkin akan selamanya menjadi sahabat. Tidak akan pernah berubah karena tidak ada yang akan merubahnya menjadi hubungan yang lebih dari sahabat. Lebih tepatnya tidak bisa.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD