4

2000 Words
Mereka bertiga tengah menyantap makanan yang masih hangat itu. Kiara makan sendiri, hanya saja ia masih perlu dibimbing dan dikasih tahu ada apa saja di depannya. Karena menjadi Kiara yang sekarang tidak mudah. Dulu setiap mereka pergi ke Caffe, pasti selalu ada yang pecah dan tumpah karena Kiara menyenggolnya. Ia tak tahu apa saja yang ada di depannya itu. Namun semua kerugian Caffe selalu mereka ganti, mereka bukan pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka selalu bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Kiara masih makan tapi rasanya ia ingin bertanya kepada Dilan. Ia ingin mengajak ngobrol Dilan, ia pun akhirnya melakukan sekarang ini juga. “Lo tadi dari mana Dilan?" tanya Kiara kepada Dilan yang baru saja datang. Ia tahu Dilan sudah duduk di dekatnya sekarang, ia bisa merasakan bahwa Dilan ada disampingnya. Ia bisa mencium aroma parfum dari Dilan yang sangat ia hafal. "Gua dari rumah aja Kiara, tadi di jalan sedikit macet jadinya agak lama buat sampai kesini." jawab Dilan kepada Kiara dan Kiara tampak mengangguk. Sekarang mereka memakan makanan yang sudah tersaji. Kiara bisa merasakan bahwa suasana hati Dilan sepertinya sedang tidak baik, tapi ia tidak ingin banyak bertanya karena pasti Dilan tidak akan mengatakannya dengan gamblang tentang apa yang saat ini sedang ia rasa. Apalagi disini juga ada Agam. Dilan itu tipikal orang yang tidak mau membebani orang lain. Ia tidak mau jika nantinya bebannya juga dirasa orang lain. Ia ingin memikul bebannya sendiri meskipun kadang ia terseok-seok. "Malam ini, langitnya gimana? Kayaknya indah ya?" tanya Kiara kepada mereka berdua. Entah siapa yang nantinya akan menjawab, Kiara hanya ingin tahu apa yang saat ini sedang dilihat oleh teman-temannya karena yang ia lihat hanya kegelapan. "Langitnya cantik Ra, kayak lo bertabur bintang." ujar Agam menjawab Kiara. Agam sudah biasa mengatakan hal seperti itu pada Kiara. Sebenarnya tak hanya Agam tapj Randra dan Dilan pun juga sering mengatakan hal itu karena memang Kiara itu cantik. Bagi orang-orang yang mengatakan bahwa Kiara tidak cantik itu salah besar, sepertinya mereka semua tidak tahu apa-apa tentang Kiara karena bagi mereka bertiga Kiara itu cantiknya alami luar dan dalam. "Pasti indah ya. Langit bertabur bintang, kira-kira suatu saat gua diberi kesempatan sama Tuhan buat melihat itu sama kalian ga ta?" jawab Kiara dengan senyuman, tapi senyuman itu membuat Dilan dan Agam sedih meskipun Kiara sama sekali tak memperlihatkan kesedihan apa pun. Namun tetap saja mereka sedig dengan keadaan Kiara saat ini. Setiap hari yang dijalani oleh Kiara meskipun ia merasa bahwa harinya tetap berwarna, tapi tetap saja dunianya gelap. “Pasti Ra, kita pasti akan melihat itu sama-sama.” jawab Agam dengan sangat yakin. Ia yakin karena keluarga Kiara sebenarnya tak berhenti untuk mencari pendonor mata bagi Kiara. Namun memang sangat sulit untuk mendapatkannya jadi sampai sekarang mereka belum bisa mendapatkannya. “Iya Kiara, someday kita bakalan ngelihat ini sama-sama. Gua, Lo, Agam dan Randra.” jawab Dilan kepada Kiara saat ini. “I hope.” jawab Kiara sembari tersenyum. Saat ini live musik masih berlangsung, Kiara bosan dengan lagu yang itu-itu saja. Ia pun akhirnya meminta Dilan untuk bernyanyi dengan lagunya sendiri. Lagu yang diciptakan oleh Dilan sendiri. Awalnya Dilan menolak karena ia tak percaya diri tapi pada akhirnya karena Kiara terus menerus meminta Dilan pun mau untuk melakukannya. Kiara sangat bahagia saat ini. “Nah gitu dong, biar orang-orang disini itu tahu kalo diantara mereka ada penyanyi dan pencipta lagu yang sangat bagus dan wow banget.” ujar Kiara mengatakannya pada Dilan. “Apa sih Kiara, masih banyak yang lebih bagus dari gua tahu.” jawab Dilan. “But for me, you are the best of the best.” jawab Kiara kepada Dilan. Hangat, rasanya hangat sekali ia merasakan bagaimana Kiara membicarakannya, bagaimana Kiara bangga padanya. Ini yang sebenarnya ia butuhkan dari keluarga kandungnya tapi mereka tak pernah sekalipun memberikan kesmepatan itu kepada Dilan tersebut. "Ya udah ya, gua ke sana sekarang nih ya." ujar Dilan kepada Kiara. Dilan sudah bersiap untuk maju, baginya keinginan Kiara sangatlah penting. Ia ingin mewujudkan segala keinginan Kiara. Namun terkadang ada beberapa keinginan yang tak bisa ka wujudkan, jadi ia akan mewujudkan keinginan-keinginan yang bisa ia wujudkan. "Eh sebentar, habisin dulu makannya baru boleh ke depan. Lagi pula sekarang penyanyinya juga lagi nyanyi jadi jangan di ganggu." ujar Kiara dan Dilan tersenyum. "Iya, iya deh." ujar Dilan tersenyum sembari mengusap lembut rambut Kiara dengan penuh sayang. Ia melanjutkan makannya lagi hingga makanannya habis dan itu bertepatan dengan lagi yang sudah mau berganti. Akhirnya Dilan pun berjalan menuju ke panggung sekarang ia mengatakan ingin menyanyikan lagunya sendiri dan band pun langsung setuju. Dilan tak lupa meminjam gitar dari band tersebut. Kini band itu pun berbicara. "Hi guys, gimana malam kalian hari ini? Seru kan ya di sini. Jadi ini ada yang mau menyumbangkan suara emasnya nih guys. Katanya sih buat sahabatnya tapi bener nih cuman sahabat aja?" tanya salah satu anggota band. Banyak pengunjung Cafe yang sekarang ini berteriak kehebohan juga. "Friendzone nih pasti..." banyak sekali yang berteriak seperti itu. "Udah deh daripada kita mikir ini itu mending langsung kita tanya aja kali ya guys. Yuk lah kita tanya ke orangnya langsung." ujar anak band itu. "Hahaha, she is my best of the best friend." jawab Dilan kepada mereka. Mereka, terutama para cewek banyak yang iri dan ingin menjadi sahabat Dilan karena sepertinya menjadi sahabat Dilan, kita di treat layaknya putri. "Hai semua, gua Dilan. Kebetulan lagi yang mau gua nyanyiin ini merupakan lagu ciptaan gua sendiri cuman jangan dicari di spotify, joox atau yang lainnya karena ga akan ada ya guys heheh. Langsung aja kali ya, judul lagunya Menunggu Malam." ujar Dilan kepada mereka semua sekarang. Meskipun judul lagunya aneh bagi sebagian orang tapi mereka semua menyukai judul itu, aneh tapi juga sarat akan makna yang teramat dalam. "Hari terus berputar, entah aku dimana. Apakah ke arah yang benar atau aku sedang tersesat. Pagi dan siang tak pernah menjadi penyelamat. Malam yang selalu mengerti, bagaimana hati ingin dipahami. Malam yang selalu dinanti, bagi hati yang tak pernah dimengerti." sepenggal lagu yang diciptakan 00oleh Dilan. Kiara sangat menyukai lagu buatan Dilan yang bagi dirinya lagu itu adalah Dilan, ia, Randra dan Agam. Mereka yang menyukai malam datang. "Tenang ya Gam kalo denger suaranya Dilan. Gam, gua boleh tanya? Gimana raut wajah Dilan tadi waktu sampai disini? Karena gua ngerasa kalo suasana hati Dilan lagi ga baik-baik saja." tanya Kiara kepada Dilan tersebut. "Lo tau aja tentang Dilan, i think you right. Dilan lagi ga baik-baik aja tapi dia tetap coba untuk baik-baik aja. Tipikal Dilan banget ga sih? Kalo belum benar-benar ga kuat dia ga akan bilang apa-apa." ujar Agam dan Kiara mengangguk. Ternyata firasatnya benar tentang Dilan, pasti karena keluarganya lagi. Ia tidak tahu kenapa ada keluarga seperti keluarga Dilan. Keluarga yang tidak bisa menerima kurang dari anaknya, padahal Dilan anak kandungnya. Keluarga yang selalu membandingkan anaknya dengan anak yang lain. Padahal jika mereka tidak terpaku pada prestasi akademik saja, Dilan sudah pasti memiliki lebih banyak prestasi non-akademik daripada Dikta-kakaknya. Namun keluarga Dilan sama sekali tidak mau tahu akan hal itu karena yang mereka pikirkan hanyalah prestasi akademik dan prestasinya. "Agam, Randra beneran udah makan kan ya?" tanya Kiara yang tiba-tiba kepikiran dengan Randra. Entah kenapa tiba-tiba Randra terbesit dalam kepala. "Randra udah makan Ra, tadi dia udah makan pecel lele kok. Tapi gua khawatir juga sama dia karena kayaknya malam ini bukan malam yang menenangkan bagi dia." ujar Agam menjawab pertanyaan dari Kiara itu. Siang kadang membawa masalah pada mereka, hingga pada malam hari yang selalu mereka tunggu terkadang mereka tak bisa merasa tenang. Tenang yang mereka harap tak kunjung mendatangi mereka, malah gelisah yang malam ini mendatangi mereka, meskipun tidak seluruhnya dari mereka. "Kita biarkan dulu Randra, mungkin dia butuh waktu sendiri kayak biasanya Gam. Besok kita juga ketemu lagi sama Randra." ujar Kiara yang disetujui oleh Agam. Kini mereka berdua tampak masih berada di sana. Dilan baru saja selesai bernyanyi, ia pun sudah berjalan menuju ke tempatnya lagi. "Ohh jadi itu ya best of the best friendzonenya? Eh friend maksudnya Dilan hehehe. Hai cantik, beruntung banget kamu punya sahabat kayak Dilan loh. Pada iri nih cewek-cewek yang ada disini." ujar anak band yang tadi membuat Kiara tersenyum ke mereka semua. Meskipun semuanya gelap, tapi ia bisa merasakan aura kehangatan disana. Mereka semua bahagia. "Selalu bagus, ga pernah mengecewakan perform dan lagu bikinan Lo Dilan. Pengunjung sini itu pengunjung yang sangat beruntung karena bisa dengeri suara Lo dan lagu buatan Lo. Kenapa sih Lo ga rekaman aja?" tanya Kiara karena Kiara sangat ingin orang-orang di luaran sana mendengar lagu yang dibuat oleh Dilan itu. Ia yakin pasti banyak yang akan menyukainya. "Iya Lan, gua juga perhatiin sekitar pas Lo lagi nyanyi tadi dan banyak yang bilang kalo lagu dan suaranya bagus banget. Mereka bahkan ada yang mempertanyakan apakah bener ini ga ada versi di spotifynya." ujar Agam. "Gua masih belum lah, maybe next time. Sekarang masih belum ada niatan sih gua. Lagi pula juga lagu gua itu kan belum sepenuhnya selesai jadi ya emang belum layak masuk ke dapur rekaman." ujar Dilan tersebut. "Ya kan Lo punya lagu yang lainnya yang udah selesai, sumpah lagu-lagu Lo semuanya tuh bagus ga ada yang zonk sama sekali. Bangga banget gua punya Lo di hidup gua." ujar Kiara kepada Dilan dan Dilan kini tersenyum. "But, ga sekarang Kiara. Semuanya ada waktunya." ujar Dilan tersebut. "It's okay, i'm waiting and always waiting for your single." ujar Kiara. Mereka melanjutkan makan lagi malam ini, hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Dilan sendirian dengan motornya sementara Agam pergi dengan Kiara menggunakan mobilnya. "Dilan, langsung pulang ya. Kalo pun ga mau pulang jangan kemana-mana selain rumah gua, Agam atau Randra." ujar Kiara kepada Dilan itu. "Iya Ra, bawel banget sih Lo sumpah." ujar Dilan kepada Kiara itu. "Hati-hati ya Gam bawa mobilnya. Ga usah ngebut ya Gam." ujar Dilan kepada Agam, dan Agam mengangguk. Sebelum Agam pergi, Dilan juga mengatakan dengan mulutnya tapi tak bersuara bahwa ia akan pergi ke rumah Agam. Agam mengangguk. Gua yakin pasti Dilan ada masalah sama kelurganya lagi tapi dia ga mau Kiara tahu, padahal tanpa Dilan bilang pun Kiara sudah bisa merasakan apa yang Dilan rasakan. Batin Agam sembari melihat Dilan yang sudah naik ke motornya lewat kaca mobilnya tersebut. Agam menghidupkan mobilnya dan ia sudah bersiap-siap untuk tanjap gas meninggalkan Caffe yang selalu menjadi langganannya bersama dengan Kiara, Randra dan Dilan. Caffe yang penuh dengan kenangan mereka. Sekarang ini mereka pergi dari Caffe tersebut menuju ke rumah Kiara. Tanpa diketahui oleh Kiara sebenarnya Dilan mengikuti mereka, Dilan berada tepat dibelakang mobil Agam. Ya, Dilan memang memutuskan untuk tidak pulang hari ini. Ia malas sekali untuk pulang, rasanya ingin tetap menikmati malam tanpa harus merasakan sesak yang teramat dalam. Karena dirumahnya ia hanya bisa merasakan sesak yang tak pernah berhenti. Andai saja yang memujinya itu keluarganya, andai saja yang senang dengan suara dan lagu buatannya itu keluarganya ia pasti akan seribu kali lebih bahagia daripada ini. Namun mereka tidak pernah menerima dirinya. Ia selalu diasingkan di keluarganya yang seperti malu memiliki dirinya. Terkadang Dilan bertanya-tanya saat terjaga dimalam yang kelam. Apakah akan sama jika ia lahir di keluarga yang berbeda? Apakah keluarga lainnya juga tidak akan menerima dirinya dengan segala kurangnya? Jika iya, lalu kenapa ia harus dilahirkan? Ia tak meminta untuk dilahirkan di keluarga ini. Namun ia tetap dirawat hingga besar, dirawat dengan penuh caci makian karena keterbatasan dirinya yang susah untuk belajar, apa ini salahnya? Dilan hanya sedikit berbeda dari teman-temannya, tapi keluarganya tak mau menerima perbedaan itu dan malah terus membanding-bandingkan dirinya dengan Dikta. Apakah mereka tidak tahu bahwa itu menyakiti Dilan? Terkadang Dilan mau nyerah aja Mah, Pah, Kak. Cuma Dilan inget kalo Dilan masih punya Kiara, Agam dan Randra. Kalo ga ada mereka mungkin Dilan udah ga ada di dunia ini, karena Dilan ga punya lagi semangat hidup. Dilan ga punya lagi seseorang yang bisa membuat Dilan merasa berguna. Tapi mereka semua sekarang adalah alasan hidup Dilan. Alasan kenapa Dilan masih bertahan meskipun Dilan berada di lingkungan keluarga yang toxic. Batin Dilan tersebut sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD