"Aruna aku minta maaf sama kamu, tolong jangan bilang kayak gitu. Aku ada alasan lain mengenai hal itu, kamu jangan salah paham Aruna." Ujar Agam yang sudah panas dingin saat ini, tubuhnya juga gemetaran.
"Kamu tuh alasan-alasan dan alasan terus Agam. Kalo gitu, aku juga mau gunain ini buat alasan kita udahan aja Gam." Ujar Aruna yang mana Aruna juga mengatakan hal itu dengan bibir bergetar penuh rasa sesak karena memang pada dasarnya Aruna masih sangat amat mencintai Agam.
"Nggak! Pokoknya ga Aruna, aku minta tolong jangan gini. Aku mohon Aruna, aku cuma ga bisa ninggalin Kiara tapi aku juga ga bisa kalo ga ada kamu. Kamu itu prioritas aku sayang." Ujar Agam kepada Aruna memohon.
"Tapi aku juga capek kalo kamu kayak gini Gam." Ujar Aruna itu.
Semua percakapan mereka berdua di lihat oleh siswa-siswi yang baru saja datang ke parkiran sekolah. Sekarang ini semua orang hanya fokus kepada mereka berdua karena memang mereka berdua bertengkar itu sudah biasa, tapi melihat Agam yang berlutut di depan Aruna itu merupakan hal yang luar biasa. Meskipun mereka semua juga berpikiran bahwa hal ini mungkin akan terjadi mengingat Agam yang masih dekat dengan Kiara sementara Aruna sendiri tidak suka dengan kedekatan mereka. Sebenarnya ini membuat mereka semua terbagi menjadi dua kubu meskipun mereka sebanarnya kasihan kepada ketiga orang itu. Namun tetap saja rasa ibanya itu pasti akan berbeda satu dengan yang lainnya juga.
Mereka ada yang kasihan dengan Aruna karena Aruna pasti juga sering membatin dengan kedekatan Agam dengan Kiara. Namun disisi lain mereka juga kasihan dengan Kiara dan Agam. Mereka sudah dekat sedari dulu tapi harus terpisah dengan kenyataan bahwa Agam telah memiliki Aruna. Padahal sedari dulu Agam dan Kiara yang paling dekat juga. Mereka dekat dan tak terpisahkan, lebih tepatnya mereka bertiga.
Meskipun masih ada Randra dan Dilan, tapi tetap saja yang paling banyak di bicarakan adalah Agam dan Kiara karena mereka berdua sering berangkat bersama juga. Bahkan dulu sempat Agam berangkat bersama Aruna dan Kiara saat Agam telah memacari Aruna. Aruna sendiri tak masalah saat itu, hanya saja memang sekarang semuanya jadi masalah. Aruna tak lagi memandang Agam dan Kiara bersahabat, ia terlalu cemburu melihat kedekatan mereka berdua karena bagi Aruna kedekatan mereka sudah keterlaluan. Sudah seperti seseorang yang berpacaran. Padahal kan ia yang sebenarnya adalah pacar dari Agam. Ia tentu saja tidak salah kan?
Dilan yang baru saja tiba melihat ke arah
mereka. Randra pun juga jadi melihat ke arah mareka. Jujur saja ia juga sekarang ini kasihan kepada mereka tapi sekarang ini ia jadi memikirkan tentang Kiara. Ia hanya takut jika saja Kiara sudah sampai dan mendengar ini semua. Pasti Kiara akan down dan merasa sedih lagi. Maka dari itu sekarang Dilan melihat ke sekitar, tapi sampai sekarang ia sama sekali tidak melihat Kiara. Tentu saja ia merasa senang karena ini.
“Ga bisa dibiarin kayak gini.” ujar Dilan yang masih bisa di dengar oleh Randra. Kini mereka berdua sudah saling tatap juga.
"Randra, Lo bisa handle Agam ga? Gua mau ke parkiran kelas dua belas. Mau nyari Kiara, gua takutnya Kiara udah sampai kesini dan dengar semua ini." Ujar Dilan dan Randra mengangguk, toh nanti ia bisa meminta bantuan ke yang lain. Dilan benar bahwa saat ini mereka harus mengeluarkan Kiara jika mereka tidak mau Kiara sedih lagi. Apalagi kemarin-kemarin Kiara hampir saja menghilangkan nyawanya sendiri.
Dilan berlari sekuat mungkin hingga akhirnya ia sampai di parkiran kelas dua belas. Ia sudah melihat bahwa mobil Kelvano baru saja datang ke sana. Ia benar-benar tenang karena mereka baru saja datang ke sini. Randra sendiri tengah mendekati Aruna dan Agam yang masih bertengkar.
Sedangkan Kiara dan Kelvano baru saja sampai di parkiran. Namun parkiran kelas dua belas saat ini memang beda dari parkiran lainnya. Jadinya mereka ada di parkiran kelas dua belas, tampak sekarang Kelvano mengajak Kiara untuk keluar dari mobilnya itu karena memang sudah sampai. Namun Kelvano melihat Dilan yang sepertinya mengisyaratkan untuk tidak keluar, makanya Kelvano sekarang ini meminta Kiara di dalam mobil lebih dahulu dengan alasan yang saat ini ia buat dengan sedemikian mungkin rapi.
"Kiara bentar, kakak baru mau nyari handphone kakak belum ketemu. Jatuh soalnya di sini tadi. Sebentar ya sayang." Ujar Kelvano yang saat ini beralasan. Padahal handphonenya ada di sakunya. Kiara pun mengangguk kepada Kelvano dan ia diam saja.
Sedangkan Kelvano melihat Dilan yang tampak terengah-engah sembari mengetik sesuatu di handphonenya. Lalu Dilan memperlihatkan kepada Kelvano apa yang ingin ia bicarakan. Kelvano membaca kata itu.
'Jangan biarin Kiara keluar, Agam lagi berantem sama Aruna.' batin Kelvano membaca itu dan Kelvano pun mengangguk sekarang ini. Ia membuka kaca mobilnya dan ia melihat ke arah Dilan dan membuat Dilan bingung apa maksud Kelvano. Tapi ia ingat bahwa bagaimana pun juga Kelvano sudah kelas tiga dan harus pergi ke sekolah. Jadi sekarang ia yang akan membawa pulang Kiara dengan alasan apa pun itu. Ia mengangguk.
"Ada Dilan ya Bang?" Tanya Kiara yang mana Kelvano mengiyakan. Kiara pun sekarang ini tersenyum dengan wajah yang bahagia. Ia benar-benar senang ketika ia dengar. Tadi Kiara tidak tahu karena kaca mobil belum di buka dan Kiara tidak bisa merasakan harum wangi parfum Dilan. Namun sekarang ia sudah bisa.
"Iya, ada Dilan di sini. Kenapa Lan? Kok lo ta masuk ke dalam sih Laan?" Tanya Kelvano kepada Dilan. Ia memancing pembicaraan antara mereka agar nantinya bisa nyambung juga pembicaraan itu.
"Ini bang, harusnya Kiara ga berangkat. Ternyata sekarang pada di suruh balik karena gurunya mau ada rapat. Tapi kelas dua belas tetep masuk." Ujar Dilan kepada Kelvano dan sekarang ini Kiara diam dulu.
"Yah, ya udah Abang masuk aja. Nanti Kiara tunggu di kantin." Ujar Kiara yang langsung tidak di bolehkan oleh kakaknya, lalu Kiara bertanya.
"Lah terus gimana dong Bang?" Tanya Kiara yang kini jadi bingung.
"Biar sama gua aja Ra. Gua anterin balik, gua pakek mobil Lo ya bang?" Tanya Dilan kepada Kelvano dan Kelvano mengiyakan hal itu.
"Mana kunci motor Lo, ntar Lo temenin ya Kiara mau kemana aja." Ujar Kelvano dan Dilan mengangguk. Ia setuju dengan hal ini juga.
"Tapi Lo beneran free kan Dilan?" Tanya Kiara dan ia menunggu jawab.
"Iya Kiara, gua as always free." Ujar Dilan dan Kiara pun tersenyum.
Apalagi kalo buat Lo, gua akan selalu free pokoknya. Karena Lo itu prioritas utama gua Ra. Gua sayang banget sama Lo. Batin Dilan itu.
"Oke deh, tapi kita ke Caffe dulu aja ya Dilan. Aku mau beli es krim." Ujar Kiara dan Dilan lagi-lagi mengiyakan perkataan dari Kiara tersebut.
"Sekalian nanti beli makan ya? Temenin gua makan." Ujar Dilan dan Kiara mengangguk dengan penuh semangat. Tak lama ia menanyakan kepada Kelvano apakah ia boleh pergi atau tidak bersama dengan Dilan.
"Aku boleh pergi kan bang? Please, kalo di rumah gabut banget nanti. Iya kan Dilan?" Tanya Kiara yang mana Dilan mengiyakan hal itu lagi.
"Iya boleh sayang, Dilan kayak biasa ya. Jagain Kiara dan bawa pulang dengan selamat. Oh ya, nanti kalo gua udah balik dan kalian masih ada di luar kabarin gua, biar gua susul." Ujar Kelvano dan Dila mengiyakan hal itu.
"Kalo gitu sekarang Abang masuk dulu ya Kiara." Ujar Kelvano dan sekarang Kiara mengangguk. Kelvano keluar dari mobilnya dan giliran Dilan yang masuk ke dalam mobilnya itu. Dilan menatap ke arah Kiara.
Cantik dan selalu cantik, tapi sayang tidak bisa dimiliki. Batin Dilan.
"Udah siap Princess?" Tanya Dilan kepada Kiara dan Kiara mengangguk dengan semangat. Mereka berdua pun pergi keluar dari sekolah. Mereka akan menuju ke Caffe yang pagi ini sudah buka juga.
Sedangkan Randra masih mencoba untuk membangunkan Agam yang saat ini masih berlutut di depan Aruna yang sudah hampir menangis itu.
"Gam, udah. Banyak yang lihat, mendingan kita masuk ke kelas dulu dan selesaikan semuanya di dalam." Ujar Randra kepada Agam tersebut.
"Ga bisa Ndra, gua harus denger dari Aruna dulu kalo Aruna ga bakalan putusin gua. Gua harus pastikan kalo Aruna tadi cuma bercanda aja, gua ga mau pisah dari Aruna. Gua sayang sama dia, kalo dia pergi ninggalin gua terus gua sama siapa? Gua kayaknya bakalan lebih baik mati daripada hidup tanpa Aruna." Ujar Agam yang mengatakan hal itu dengan lirih dan sebenarnya Agam juga hampir menangis saat ini, ia ketakutan.
"Agam lu jangan aneh bilang kayak gitu. Kita semua tuh sayang sama lo. Jadi jangan pernah bilang ini itu dan aneh gitu." Ujar Randra dengan keras agar Agam tidak mengatakan hal yang tidak tidak lagi seperti sekarang. sedangkan Aruna rasanya ingin berteriak sama seperti Randra tapi posisinya saat ini Aruna masih marah dan masih merasa kesal ke Agam.
"Ya terus gue harus gimana? Gua benar-benar nggak bisa hidup kalau nggak ada Aruna di sisi gue. Lo ga tahu perasaan gue." ujar Agam itu.
"Agam bangun, aku ga suka kamu kayak gini. Aku udah pernah bilang sama kamu kan kalau aku nggak suka kamu bilang hal-hal yang kayak gitu. Kali ini aku maafin lagi, aku juga bakal coba buat apa tapi please next time kalau kamu mau pergi sama Kiara bilang ke aku dulu. Kan aku juga shock kalau ngelihat dan tahu ternyata kamu pergi sama dia dari orang lain bukan dari kamu sendiri. Ya aku tahu kalau kamu sama dia itu sahabatan dari kamu kalau pergi juga nggak cuma berdua aja tapi tetap aja bagi aku itu tuh kayak aneh. Aku ngerasa kamu selingkuhin aku. Dan kalau boleh jujur rasanya sakit banget, di hati aku rasanya benar-benar sakit." Ujar Aruna dan Agam menggangguk. Tubuhnya masih bergetar, maka dari itu sekarang ini mereka sudah membawa Agam untuk masuk ke dalam. Namun tentu saja mereka tidak pergi ke kelas, tapi saat ini mereka pergi ke UKS.
"Hei Agam, tenang ya. Aku ada di sini." Ujar Aruna kepada Agam.
"Aruna kamu janji kan nggak akan mutusin aku? Aku ingin selamanya dengan kamu dan aku harap kita bisa sampai tua. Aku nggak bisa kalau harus hidup tanpa kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku selalu ketakutan setiap aku mikirin kalau kamu bisa aja pergi gitu aja. Kamu bisa aja meninggalkan aku tapi aku mau berterima kasih karena kamu sampai sekarang masih di sisi aku dan bersama dengan aku. Meskipun aku banyak kurangnya. Aku tahu kalau masih banyak cowok yang suka sama kamu Dan mereka punya lebihnya daripada kurangnya kayak aku ini. Aku juga tahu kalau aku ini egois karena meminta kamu yang sempurna iniuntuk mendampingi aku yang banyak kurangnya. Aku minta maaf." Ujar Agam dan mendengar kalimat seperti ini keluar dari mulut Agam sebenarnya Aruna selalu ingin menangis. Jika ditanya sedari kapan ia ingin berhenti untuk bersama dengan Agam ia ingin dari dulu. Namun hal itu bukan karena ia telah berhenti mencintai Agam, karena faktanya cinta itu masih.