21

1520 Words
Kini mereka sudah ada di parkiran mobil, tampak Nika dan Rania sekarang ini sedang menunggu Randra mengambil mobil. Sementara Atlas masih di dalam karena pagi pula ia juga tidak berangkat bersama Randra tadi. "Sebenarnya gua males banget nih kalo harus satu mobil sama dia." ujar Rania mengatakan hal itu kepada Nika, Nika hanya mendengarnya saja. Nika sampai sekarang masih melihat handphonenya saja, Rania sedari tadi masih mendumel sendiri. Nika sampai tak sadar bahwa ada seseorang di depannya yang datang menggunakan motor. Ia terkejut ketika mendapati bahwa ternyata orang itu adalah kakaknya. Ia pun heran kenapa kakaknya bisa mengetahui bahwa ia ada disini, kini ia menjadi bertanya kepadanya. "Bang, Lo kok bisa ada disini? Tahu gua disini darimana coba?" tanya Nika. Pasalnya ia sama sekali tidak memberi tahu kepada siapa pun bahwa ia pergi kesini dengan Seno dan Rania. Namun abangnya langsung tahu saja. "Ga penting gua tahu dari mana. Ayo kita harus ke rumah Oma, Oma sakit dan cuma sama Opa aja disana. Belum ada yang bisa jagain selain kita karena sebentar lagi Tante Mala mau pergi buat urusan bisnis." ujar Naren. "Loh bang, tapi ini Nika mau balik sama Rania juga." ujar Nika tersebut. "Ran, sorry ya. Lo ga papa kan ga balik sama Nika? Biar gua cariin taksi ya sekarang." ujar Naren dan Rania mengangguk kepada Naren tersebut. "Iya Bang, santai aja bang. Gua mah gampang pulangnya. Lo sama Nika gih cepet berangkat biar Oma ada yang jagain. Titip salam ya, semoga Oma juga cepat diberi kesembuhan." ujar Rania diaminkan mereka berdua. "Tapi gua ga enak, gua pesenin taksi ya." ujar Naren tapi sebelum itu terjadi Randra dan mobilnya sudah datang ke mereka bertiga. Nika pun kini juga mengatakan pada abangnya untuk tidak usah memanggil taksi karena sekarang sudah ada Randran yang akan mengantarkan Rania untuk pulang. "Tuh Randranya udah datang. Ran, sorry banget ya ini mendadak banget. I can't handle it. Please jangan marah sama gua." ujar Nika yang terpaksa harus di angguki oleh Rania. Karena ya mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi dan ia tahu bahwa Naren tidak mungkin berbohong pada mereka juga. Huh, gua harus gimana ini? Apa iya gua harus ikut sama Randra malam ini? Atau gua cari taksi sendiri aja ya, tapi bener sih kalo di sini jarang banget ada taksi. Argh, kenapa harus Randra sih yang ada disini. Batin Naren. "Lo mau disitu terus?" tanya Randra kepada Rania. Rania pun menatap ke arah Randra dan akhirnya karena ia sangat gengsi jadinya ia menjauh dari mobil Randra. Nika dan Naren sudah pergi beberapa waktu yang lalu juga. Hal itu membuat Rania menjadi berpikir ulang. Ia merasa bisa mencari kendaraan lain untuk ia pulang. Ia gengsi sekali jika harus menerima tawaran dari Randra. "Lo mau kemana Rania? Jangan mempersulit diri Ran. Disini nyeremin buat cewek yang sendiri kayak Lo. Lo mau diganggu cowok ga bener? Rania, gua panggil Lo." ujar Randra tapi tidak di dengarkan sama sekali oleh Rania. Rania semakin menjauh hingga membuat Randra terpaksa harus meninggalkan mobilnya di sana karena jika tidak bisa-bisa nanti Rania akan di ganggu oleh cowok-cowok mabuk yang haus akan nafsu belaka. Disini banyak sekali cowok-cowok yang seperti itu. Rania kemungkinan tidak tahu karena memang ini merupakan pertama kalinya Rania datang ke tempat ini. "Aduh, tadi di mana itu Rania. Kenapa sih dia nggak pernah dengerin gue sama sekali. Padahal gue nggak pernah bohong sama dia titik di sini emang bahaya banget kalau banyak cowok-cowok b******k yang bisa aja nyakitin dia. Padahal gue yang sayang sama dia ada disini tapi dia malah milih pergi ngebuat dirinya jadi terancam bahaya. Se-nggak suka kah itu lho sama gue Rania? Sampai Lo milih pergi dari gua?" ujar Randra tersebut. Randra masih mengikuti Rania yang sekarang ini ini sudah berada jauh di depannya. Ia benar-benar takut jika ran ia merasakan hal yang tidak baik disini. Karena dengan keadaan Tania disini tanpa seorang laki-laki pun itu sudah sangat membahayakan. Jadi sebisa mungkin ia sekarang pergi untuk menyusul Rania. Sementara itu Rania mencoba untuk memberanikan diri sekarang ini. Meskipun sebenarnya ia sangat takut berada di lingkungan ini tapi mau bagaimana lagi ia tidak mau jika dirinya harus satu mobil dengan Randra. Aduh, kok jadi serem gini ya. Gue ngerasa kayak ada yang ngelihatin gue dari tadi. Tapi ini kayak manusia-manusia gitu. Ya Tuhan semoga nggak ada apa-apa yang terjadi nantinya. Batin Rania kepada dirinya sendiri. Ketakutan Rania itu pun akhirnya terjadi juga. Tiba-tiba saja dari arah samping kanannya muncul dua cowok yang sepertinya sedang mabuk. 2 cowok itu terlihat sangat menyeramkan dan mereka menarik-narik Rania membuat Rania benar-benar ketakutan sekarang ia juga sudah berteriak sana-sini meminta minta tolong. Siapapun itu ia berharap ada yang menolongnya. "b******k lo, singkirin tangan lo dari tangan Rania. Jangan pernah lu coba gangguin Rania lagi anjing!" ujar Randra yang datang-datang langsung memukuli mereka berdua hingga mereka menjauh dari Rania juga. "Waduh ada malaikat kemalaman nih. Udah deh lo jangan sok-sokan, kita berdua dan lo sendiri. Jadi mending sekarang Lo pergi aja deh dan tinggalin itu cewek sama kita. Lagipula cewek itu menggoda banget sih atau mau join sama kita buat main-main sama itu cewek?" tanya cowok itu. Tentu saja perkataan cowok itu semakin membuat Randra merasa kesal karenanya sekarang ini Randra langsung memukuli mereka berdua dengan membabi buta. Ia tak membiarkan mereka pergi dengan keadaan yang masih baik-baik saja karena perkataan mereka membuatnya marah. "Denger ya, selama aku hidup nggak ada yang boleh nyakitin Rania. Apalagi 2 cowok kayak lo yang enggak berguna, ya nggak bisa apa-apa dan bisanya cuman ngabisin duit orang tua aja. Cowok-cowok yang nggak ada masa depannya. Mending sekarang lu pergi sebelum gue semakin buat lo berdua babak belur." Tegas Randra kepada ada dua cowok tersebut. Sebenarnya mereka masih ingin mencari masalah dengan Randra karena mereka juga tidak suka ketika Randra menjelek-jelekkan mereka, tapi mau bagaimana lagi mereka berdua sedang dalam keadaan mabuk dan tidak bisa berkonsentrasi tinggi sehingga jika dilanjutkan maka mereka berdua yang akan kalah karena mereka melihat Randra cukup handal dalam berantem. "Awas aja ya lo, urusan kita belum selesai." ujar cowok-cowok tersebut. Mereka pun setelah itu langsung pergi dari hadapan Rania dan Randra. Sekarang ini Rania masih diam saja karena ia masih terkejut dengan apa yang baru saja menimpanya. Ia tahu jika Randra tidak datang kemungkinan besar ia sudah tidak tahu lagi bagaimana dirinya. Mungkin mereka sudah membawanya ke mana dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara itu Randra menatap ke arah Rania yang masih diam. "Lo itu susah banget ya buat dibilangin. Gue udah bilang sama lo kalo di sini itu bahaya Rania. Gue bilang itu bener-bener bukan karena gue mau balik sama gue. Cuman lebih baik kalau lo emang balik sama gue karena disini bahaya banget, lo tadi udah ngelihat dan lo udah merasakan sendiri kan gimana? Kalau sekarang lo masih mau balik sendiri oke enggak apa-apa. Gue juga bakalan balik dan gue nggak akan tanggung jawab sama apa yang terjadi sama lo setelah ini. Karena ini udah jadi pilihan lo." ujar Randra tersebut. Randra sebenarnya sangat kesal karena perkataannya tidak didengar Rania. "Sorry." Hanya itu saja kata yang keluar dari mulut Rania. Randra pun tak masalah dengan hal itu, kini Randra sudah membawa Rania untuk kembali ke mobilnya lagi. Ia membukakan pintu untuk Rania dan dan setelahnya ia pergi ke pintu kemudi. Rania masih terlihat sangat terkejut karena hal tadi. "Seat belt nya dipakai." ujar Randra sebelum ia membawa mobilnya pergi dari tempat itu. Rania pun kini mencoba untuk mengaitkan jilbabnya tapi karena tangannya sangat tremor sekarang yang jadi ia sangat susah sekali. Karena melihat Rania yang kesusahan, akhirnya sekarang ini Randra yang mengaitkan seat belt itu. Rania menatap Randra yang sedang berusaha mengaitkan seat belt itu. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat daripada yang tadi. Namun ia sendiri juga merasa bahwa kemungkinan besar jantungnya berdetak lebih cepat karena tadi ia hampir diculik oleh dua orang yang sangat tidak ia kenal. Karena rasa takutnya masih terasa sekarang ini. Mobil Randra sudah meninggalkan tempat itu dan kini Randra sudah membawa mobilnya menuju ke rumah Rania. Hanya hening saja yang menemani perjalanan mereka di dalam mobil tersebut. Randa sendiri juga tidak ingin membuka percakapan antara mereka karena ia merasa bahwa Rania masih ketakutan. Ia membiarkan Rania untuk tenang lebih dahulu. Untung aja tadi ada gue Rania, coba aja kalo tadi gue nggak nyusulin lo. Gue nggak bakal tahu gimana kabar lo sekarang. Gue sayang banget sama lo Rania tapi kenapa lu nggak pernah bisa ngelihat rasa sayang itu? Apa hal-hal kayak tadi nggak bisa ngebuat lo tahu kalau perasaan gue galau itu bukan hanya sekadar obsesi semata. Gue emang benar-benar sayang sama lu dan gue tulus akan perasaan itu. Kira-kira kapan lo mau ngelihat perasaan gue ini Rania? Gue udah mulai capek memperjuangkan seseorang yang sama sekali nggak pernah mau untuk diperjuangkan. Batin Randra sembari menatap jalan. Mobil Randra akhirnya sampai juga di depan rumah Rania. Tapi sepertinya Rania belum sadar jika mereka sudah sampai di depan rumahnya titik karenanya Randra mengatakan kepada Rania bahwa mereka sudah sampai. Melihat hal itu, kini Rania sudah mengatakan terima kasih kepada Randa dan setelahnya ia masuk ke dalam rumahnya. Ya memang hanya ucapan terima kasih sapphire anda sudah merasa sangat dihargai saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD