19

1605 Words
Ck, kalo ga karena Nika pingin banget makan disini ga bakalan gua mau kayak gini. Ah lagian juga kenapa diantara kenalan gua sama Nika cuma dia aja yang malam ini kesini. Tunggu dia minum? Batin Rania yang semakin dekat dengan table Randra ia semakin bisa melihat apa yang sekarang ini ada di table mereka. Disana memang ada satu botol minuman beralkohol. "Hai Randra! Gua boleh ga nebeng table sama Lo? Table yang lainnya udah reservasi semuanya dan disini cuma Lo aja yang gua kenal. Gua pingin banget makan disini udah laper juga." ujar Nika yang menyapa Randra. Hal itu membuat Randra dan Atlas terkejut, Randra langsung menatap Nika dan ia juga menatap Rania yang sekarang ini berada persis di belakang Nika itu. "Temen Lo mau ga tuh satu table sama gua." ujar Randra ke Nika. "Rania? Tenang aja udah mau kok. Boleh ya?" tanya Nika dan akhirnya Randra mengangguk, sementara Atlas sedari tadi menatap ke arah Rania. Ia memang tahu Rania dari foto-fotonya tapi ia baru pertama kali bertemu Rania. "Ohh jadi ini Rania, Ndra? Pantes sih Lo ga bisa move on. Eh tapi kalo Lo masih mau move on, tetep call gua aja. Gua punya kenalan banyak cewek kok." ujar Atlas membuat Rania kini menatap ke arah Atlas dan Randra pun juga menatap tajam ke arah Atlas karena kartunya di buka oleh Atlas disini. "Oh dia bilang sama Lo mau move on. Mau move on dari siapa? Bukannya gua sama Lo ga ada hubungan apa-apa dari awal?" tanya Rania. "Lo lupa? Kita pernah pacaran. Lagi pula kalo gua sama Lo ga ada hubungannya emang kenapa? Gua suka sama Lo, gua sayang sama Lo. Lo nya aja yang ga pernah balas perasaan gua." ujar Randra dan mengetahui sinyal-sinyal jelek yang akan terjadi di table ini, akhirnya Nika memutuskan pembicaraan antara Rania dan Randra karena jika di lanjutkan maka akan terjadi perdebatan panjang yang mana nantinya mereka tidak jadi makan. "Udah ya guys, mending kita makan aja sekarang." ujar Nika tersebut. Rania sedang memesan makanan dan sekarang ini ia sedang menunggu makanannya datang. Sementara itu, Randra yang tadinya hanya ingin minum beberapa gelas itu ingkar karena ia tidak bisa jika disini ada Rania. Ia ingin melupakan Rania tapi Rania malah muncul secara langsung. Jadinya ia ingin, ia mabuk saja agar ia tak teringat apa yang terjadi dan siapa yang ia temui disini pada malam ini. Jika ia mabuk, masih ada Atlas juga yang akan mengurusnya dan pasti mengantarkan dirinya sampai ke rumah atau ke apartemen. Tapi biasanya Atlas akan membawa dirinya ke apartemennya. "Lo gila ya, kenapa lo minum sebanyak itu sih apa gunanya minum sebanyak itu? Lo tuh cuman rusak diri lo sendiri tahu nggak!" Ujar Rania yang sekarang ini menatap Randra dengan pandangan yang yang sangat marah. Randea kini menatap kearah Rania sembari tersenyum sinis. Senyuman ini bukan ke senyuman sinis hanya saja senyuman yang menyiratkan bahwa Randra sangat kesal sekali kepada kenyataan yang harus ia terima. Ia sering bertanya-tanya kenapa ran ia selalu seperti ini saat dirinya sedang mencoba melakukan hal-hal yang buruk. Justru Rania yang selalu mengingatkan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini. Namun ia melakukan hal-hal ini alasannya ya karena Rania. Jadi sebenarnya apa mau Rania kepada dirinya? "Gue enggak ngerti ya sama lo. Jalan pikiran lu itu enggak bisa gue cerna. Sebenarnya mau lo itu apa sih Rania? Kenapa sekarang lo jadi sok peduli gini sama gue? Padahal kemarin-kemarin bahkan tadi waktu di sekolah lu bilang kalau intinya gue sama lo itu emang bener-bener enggak ada hubungan apa-apa dan nggak akan pernah ada hubungan apa-apa juga. Jadi di kenapa sekarang lo kayak gini?" Tanya Randra kepada Rania karena ia benar-benar bingung sebenarnya apa mau dari Rania dengannya sekarang ini. "Gue cuman bilang sama lo karena rasa kemanusiaan gue aja. Lagi pula semua orang juga tahu kali kalau kebanyakan minum kayak gitu nggak baik. Tapi lo malah ngelakuin hal itu seakan-akan itu kayak air putih biasa bagi lo. Apa gunanya sih minum banyak kayak gitu? Mau mabuk kenapa lo?" Ujar Rania yang sekarang ini sebenarnya juga sedang gugup karena ia hanya beralasan untuk ini. Ia pun juga tidak tahu kenapa dirinya seperti ini pada Randra. Gue juga nggak tahu kenapa gue kayak gini, padahal gue juga nggak mau ngasih lo harapan karena gue tahu kalau gue enggak akan suka sama lo. Tapi kenapa kaya hati, pikiran sama otak gua nggak pernah sinkron dengan apa yang terjadi. Gue juga selalu meyakinkan diri gue sendiri kalau perasaan yang gue punya ke elo itu cuman perasaan sesama manusia saja. Enggak lebih karena gue yakin kalau gue nggak suka sama lo. Batin Rania tersebut. "Hello Rania, Lo pikir gue kayak gini sekarang siapa Rania?? Gue kayak gini karena lo. Selalu jadi alasan gue buat gue minum kayak gini supaya apa gue minum tadi lo tanya kan? Biar gue bisa ngelupain lo meskipun itu cuma sesaat aja karena gue tahu kalau gue selamanya nggak akan pernah bisa lupa sama lo. Seenggaknya kalo gue minum dan gue bisa mabuk gue bisa lupa apa masalah gue tadi." Ujar Randra dengan menggebu-gebu pada Rania. Saat ini, suasana di tabel mereka sangat tidak mengenakkan karena perdebatan yang terjadi diantara Rania dan Randra. Atlas pun sebagai pihak yang baru mengenal mereka hari ini meskipun ia tahu tentang Rania dan teman-temannya itu juga merasa kikuk dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan perdebatan antara Rania dengan Randra sekarang ini. Aduh, salah deh gue ini karena udah buat Rania sama Randra ada di satu meja yang sama. Padahal gue bener-bener tadi itu nggak mau buat mereka debat kayak gini. Gue cuman mau makan sama mereka. Batin Nika. "Gue udah berkali-kali bilang sama lo ya Randra. Jangan pernah berharap sama gue karena gue nggak akan pernah bisa sama lo. Lo harusnya tahu dan paham kalau impossible to me and you together. Jadi please berhenti berharap dan jangan pernah salahin gue lagi kalau lo kayak gini. Kenapa harus jadi salah gue kalau gue dari awal enggak pernah ngasih harapan ke lo?" Tanya Rania kepada Randra membuat Randra kini diam saja. "Hahaha lucu banget ya lo. Lu tadi bilang apa? Lu nggak pernah wah sama sekali ngasih harapan ke gue? Kalau lu bilang kayak gitu loh salah besar. Perhatian sekecil apapun itu yang datang dari lo itu udah gue anggap jadi kayak harapan kecil buat gue. Lagipula kenapa sih Rania? Kenapa lu sama sekali enggak bisa buka hati lo buat gue? Padahal gue bener-bener sayang sama lo gue tulus sama lo." Ujar Randra bertanya-tanya kepada Rania. Rania pun kini hanya bisa terdiam saja karena ya sama sekali tidak merasa bahwa selama ini ia memberikan harapan ke Randra. Ia rasa Randra saja yang baperan, padahal dirinya hanya memberikan perhatian kepada Randra layaknya yang memberikan perhatian kepada temannya yang lain. Jika terus-menerus seperti ini apakah Rania harus berhenti memberikan perhatian kepada Randra? Namun ia benar-benar tidak bisa jika ia harus diam saja ketika melihat rhandra melakukan hal buruk. Sebenarnya tidak hanya Randra saja karena jika itu orang lain ia pun akan melakukan hal yang sama. "Terus sekarang yang gue harus berhenti buat perhatian sama lo? I do. I want you you to promise with me if you can forgetting me. Deal?" Tanya Rania kepada rhandra yang membuat Randra menjadi semakin kesal kepadanya. "Gue tanya sama lu dari tadi Rania, gue tanya sama lo kenapa lu sama sekali nggak bisa buka hati sama gue? Apa sih kurangnya gue? Apa karena masih kacamata hitam itu? Kalau karena itu apa lu nggak bisa jadi pacar gue tiap malam aja? Gue cuman mau lo aja Rania. Gue sama sekali nggak mau dan nggak tertarik sama cewek lain selain lo." Ujar Randra kepada Rania. "Gila ya lo. Lo itu nggak suka sama gue lo nggak sayang sama gue. Dengerin gue ya, lo itu cuman obsess sama gue. Please Randra, lupain gue karena gue nggak akan pernah buka hati gue buat lo." Ujar Rania memohon. Randra sedari tadi hanya diam saja, ia tidak ingin lagi berbicara kepada Rania jika itu masih membahas tentang Rania yang memintanya untuk berhenti mencintainya. Karena jujur saja ia tidak bisa untuk berhenti mencinta. "Mending sekarang Lo makan aja, anggap kalau gue nggak ada di sini. Harus makan yang banyak ya Rania." Ujar Randra yang mana setelah itu ia menghela nafas dengan kasar tanda bahwa beban yang ia punya itu sangat berat. Rania tidak menjawab perkataan dari Randra karena ia sekarang hanya diam sembari melihat ke Randra yang laki-laki meminum minuman beralkohol itu sepertinya Randra tidak mendengarkan dirinya karena Randra masih melakukan hal yang yang tadi ia katakan untuk tidak melakukannya juga. Emang gak tahu apa alasan hidup kayak gini Randra, tapi yang gue tahu kalau lo itu cuman obsesi sama gue dan lo nggak suka sama gue. Jadi, gue nggak akan pernah ah ntar makan sama rayuan lo. Batin Rania itu. "Nah gitu dong jangan pada berantem lagi. Mending sekarang kita makan yuk Rania. Lagi pula kan, dari tadi kita juga ke sini buat makan. Lagian makanan juga udah ada di sini nanti kalau udah dingin nggak enak lagi kita makannya." Ujar Nika yang akhirnya bisa bernafas lega karena sekarang ini Rania dan Randra sudah berhenti berdebat. Kini Rania, Nika dan Seno sudah ah mau makan makanannya. Sementara Atlas dan Randra masih melakukan hal yang tadi mereka lakukan. Mereka berada di satu tabel yang sama tapi mereka seolah-olah tak saling mengenal satu dengan yang lainnya juga. Namun lebih baik begini saja daripada ada mereka nanti berantem lagi dan membuat semuanya menjadi pusing tujuh keliling. Sebenarnya, Randra masih ingin berbicara lagi kepada Rania tapi ia juga memikirkan bahwa Rania belum makan jadinya sekarang ia membiarkan Rania untuk makan bersama dengan 2 temannya itu. Pembicaraannya bisa dilanjutkan besok juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD