“Oke, jadi bagaimana caranya kita pergi dari kota sialan ini? Kenapa kau tidak mengakifkan sihir anehmu yang tadi agar aku bisa keluar dari sini? Aku tidak ingin berlama-lama berada di kota memuakkan ini!” seruku setelah kami keluar dari restoran dan berjalan-jalan di tepian kota, aku terus-terusan membentak Wiza yang merupakan perwujudan dari kebencianku untuk membuat portal atau semacamnya seperti yang dilakukannya sebelumnya agar aku bisa kembali pulang ke gubuk reyotku di pantai. “Ayolah, Rey? Kau ini kenapa? Bukankah ini kota yang luar biasa? Apa kau tidak bisa menyadarinya? Memang apa bagusnya kau membusuk di gubuk reyotmu di tepi pantai itu? Hidup di sini lebih baik untuk kesehatan mentalmu, tentu saja. Dan seperti yang kubilang, aku juga yakin kau pasti akan masuk ke dalam salah s