Bab 1 Diam-Diam Suka

1062 Words
Cherry Aqueena Naratama, putri tunggal dari mendiang Helen dan Arya, seorang wanita cantik berdarah Korea yang menjadi cucu angkat keluarga Naratama. Mendiang Helen dan Arya mengadopsi Cherry sejak Cherry berusia tiga tahun. Cherry adalah seorang bintang iklan dan artis yang cukup terkenal, sejak kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan pesawat, Cherry kemudian hidup bersama kakek dan neneknya di mansion Naratama. Keluarga mereka cukup terpandang karena Gerry Ardian Naratama adalah seorang Ceo dari sebuah perusahaan property yang sangat terkenal di Asia. Usia Cherry sekarang telah menginjak dua puluh lima tahun, namun gadis cantik itu masih berambisi mengejar karirnya. Sebenarnya itu hanyalah alasan klise Cherry saja supaya Gerry tak terlalu sering menuntut dirinya untuk segera menikah dan membina rumah tangga. Akan tetapi sejatinya Cherry masih setia menyimpan rapat-rapat perasaannya untuk pria yang sejak kecil selalu menjadi pujaannya. Pria yang selalu menjadi dambaan dan impian Cherry meskipun banyak yang akan mengatainya gila jika mengetahui kenyataannya. "Cherry Blossom kesayangan oma, akhirnya... Yang ditunggu-tunggu pulang juga." Emma menyambut kedatangan cucu kesayangannya dengan penuh suka cita, pelukan hangat ia berikan untuk Cherry yang tampak tersenyum senang karena akhirnya bisa berjumpa lagi dengan nenek tercintanya. "Oma I Miss you so much..." Ungkap Cherry dengan penuh kerinduan. "I Miss you too my honey bunny." Balas Emma, lalu iapun melepaskan pelukannya dan menciumi wajah cantik Cherry. "Oma sehat kan?" "Selalu sehat sayang, kamu juga kan?" "Selalu sehat dan enerjik omaku sayang." "Syukurlah, Oma senang dengarnya. Ayo masuk! Opa sudah menunggu didalam, dia kangen banget sama kamu." "Aku juga kangen banget sama opa Oma, aku bawain oleh-oleh banyak banget buat kalian berdua." "Oh ya? Pasti itu adalah barang kesukaan Oma kan?" "Of course my sweetie, aku selalu bawa barang-barang kesukaan Oma." "Oh... Manisnya. Ya sudah ayo masuk!" "Siap." Seru Cherry dengan penuh semangat. Cherry memang selalu bersemangat dalam segala hal, wanita itu selalu terlihat enerjik dan penuh akan pesona. Saat masuk ke dalam rumah, Cherry dikejutkan dengan kehadira sesosok pria paruh baya. Pria yang selama ini membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan, pria yang selama ini selalu berhasil membuat dirinya tak berdaya hanya dengan melihat matanya saja. 'Om Arsen.' gumam Cherry dalam hati seraya menelan ludahnya dengan susah payah. "Cucuku sayang... Akhirnya kamu pulang juga, opa kangen banget sama kamu sayang." Cherry bahkan sampai terdiam terpaku karena saking shocknya, ia sampai lupa menyapa balik Gerry yang kini sudah memeluknya dengan begitu erat. "O-opa, a-aku juga kangen banget sama opa." Balas Cherry dengan tergagap. Demi Tuhan Cherry terpesona dengan senyuman teduh Arsen, pria itu, kabarnya ia baru saja bercerai, istrinya berkhianat dan mencampakkan pria sebaik itu, tapi lihatlah, Arsen selalu masih bisa menunjukkan senyuman tipisnya dihadapan Cherry. "Hay Cherry. Apa kabar? Lama tidak berjumpa, kamu sudah semakin dewasa sekarang." Sapa Arsen pada Cherry. Jantung Cherry tentu saja langsung terpacu, namun karena ia adalah seorang artis, oleh sebab itu ia pandai sekali mengendalikan dirinya. "Baik om." Cherry mengangguk anggun, ia memang selalu berusaha tampil anggun didepan Arsen. "Opa, kenapa om Arsen disini?" Tanya Cherry pada Gerry. "Dia sedang kurang sehat, dirumahnya hanya ada pembantu, makanya opa menyuruhnya untuk tinggal disini sementara." Jelas Gerry pada Cherry. "Begitu?" Cherry tampak tersenyum penuh maksud, jika Arsen ada disini, ia bisa melakukan sesuatu, merebut hati pria itu misalnya? Atau mencari perhatian? Cherry benar-benar akan melakukannya nanti. "Hm, dia juga sedang butuh ketenangan, kamu tau sendiri kan?" "Iya opa, I know." Angguk Cherry. "Kalau begitu aku ke kamar dulu opa, aku mau bersih-bersih dulu biar seger." Pamit Cherry. "Oke, setelah ini makan malam. Opa, oma dan om Arsen akan menunggu di meja makan." Ujar Gerry. "Baik opa. Om aku tinggal dulu ya!" Pamit Cherry pada Arsen. "Iya silahkan." Balas Arsen dengan senyuman hangatnya. *** Didalam kamar, Cherry tak hentinya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Ia masih membayangkan sosok Arsen yang terlihat semakin muda dimatanya. Tubuh pria itu bahkan tak berubah sedikitpun, tetap tegap dan pelukable sekali, seolah menggoda Cherry supaya segera memeluknya. "Oh... Aku pakai baju apa ya? Apa yang harus aku pakai? Apa dia seneng aku pakai baju seksi? Oh gimana kalau ini, ini atau ini?" Cherry memilah-milah baju yang akan ia kenakan, ia harus selalu tampil anggun didepan Arsen, Arsen yang memang sangat menyukai keindahan dan keanggunan, begitupula dengan Cherry. "Aku pakai ini aja, iya. Kamu cantik, selalu cantik pakai baju apapun." Cherry tampak tersenyum puas saat melihat pantulan dirinya dicermin. Dengan penuh semangat, Cherry pun segera beranjak meninggalkan kamarnya untuk menuju ruang makan. Namun sayangnya saat tiba disana, ia malah tak melihat kehadiran Arsen sama sekali. "Ayo makan sayang! Makan yang banyak, habis perjalanan jauh kamu pasti kelaparan." Ajak Emma pada Cherry. "Om Arsen mana Oma? Dia nggak ikut makan?" Tanya Cherry seraya duduk dikursi makan. "Entahlah, opa kamu udah bujuk dia untuk makan, tapi dia kayaknya lagi nggak nafsu. Akhir-akhir ini nafsu makannya emang berantakan. Semenjak kasus perceraiannya selesai, Arsen jadi semakin murung dan menutup diri." Jelas Emma pada Cherry. "Kak Aiden sama kak Leo? Mereka kemana? Kenapa mereka biarin ayahnya sendirian kayak gini?" Tanya Cherry. "Aiden dan Leo terlalu sibuk dengan kehidupan mereka, maklum anak laki-laki, kalau sudah berumah tangga sendiri mereka pasti akan lebih sibuk dengan keluarga mereka. Opa sudah sering mengingatkan supaya mereka sering-sering datang untuk menjenguk Daddynya, tapi mereka hanya bilang iya, iya dan iya, tapi kenyataannya apa? Mereka tidak datang." Mendengar itu, Cherry jadi kasihan dengan Arsen, sudah tua bukannya bisa menikmati masa tua, tapi pria itu malah menanggung beban sebanyak ini. Sendirian pula. "Rebecca memang wanita gila, pria sebaik Arsen disia-siakan, dia pasti akan dapat karma, dia pasti akan menyesal karena sudah mengkhianati Arsen." Gumam Emma dengan penuh rasa kesal. "Jelas oma, dia pasti akan mendapatkan karma yang sangat berat." Timpal Cherry. "Sudahlah, ayo makan dulu!" Ajak Gerry. Cherry pun mengangguk paham, lalu segera memakan makanannya. *** Setelah makan malam selesai, Emma dan Gerry memilih untuk bersantai diruang tengah sembari membuka oleh-oleh yang Cherry bawakan untuk mereka. Sedangkan Cherry yang baru saja selesai dari toilet tampak melewati kamar yang Arsen tempati. Tanpa sengaja, gadis itu mendengar suara batuk yang cukup keras dari dalam kamar. "Uhuk uhuk uhuk!" Jelas sekali itu suara batuk Arsen, Cherry sangat mengenalnya sekali. Suara batuk yang rupanya sangat sulit dan menyiksa, Cherry benar-benar tak tega mendengarnya. "Apa dia baik-baik aja?" Tanya Cherry entah pada siapa, ingin rasanya ia masuk kedalam kamar Arsen dan melihat kondisinya. Mendengar laki-laki yang dicintainya begitu tersiksa dengan batuknya, tentu saja Cherry sangat tidak tega. Perasaannya sangat gundah, resah dan benar-benar tidak tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD